CERITA INI MENGANDUNG 21++. DISARANKAN BIJAK MEMILIH BACAAN!
DISARANKAN JUGA UNTUK TIDAK AMBIL SERIUS CERITA INI. TUJUAN AUTHOR UNTUK MENGHIBUR NGANA SEMUANYA.
Miya Andara, seorang perempuan berkaca mata, berpenampilan sederhana yang bekerja di sebuah perusahaan property terbesar di Jakarta, tidak menyangka akan terjebak di dalam sebuah pernikahan dengan seorang lelaki yang ia temukan dalam kondisi mabuk pada suatu malam.
Bagas Gumilang, seorang CEO perusahaan property besar itu tidak bisa menolak permintaan ayah dan ibunya untuk menikahi Dara saat mereka kedapatan di dalam kamar yang sama.
Bagas yang sudah memiliki kekasih mau tidak mau harus menikahi Dara atas desakan kedua orangtuanya yang terlanjur salah paham.
Akankah keduanya bertahan dalam hubungan tanpa cinta yang akhirnya mengikat mereka dalam pernikahan dadakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Mau Putus
Sepanjang malam di salah satu kamar yang ada di rumah milik Mario, Bagas tampak tidak tenang. Sedari tadi ia bolak balik sambil menatap layar ponsel yang sudah berdering entah berapa kali.
Bagas sedang gelisah karena ia harus segera memutuskan Angel atas perintah Papanya. Tapi tentu saja tidak semudah itu. Angel bukan perempuan baru dalam hidupnya yang bisa ia putuskan begitu saja. Hubungan mereka telah berjalan cukup lama selama mereka berada di Amerika dahulu.
Pada dering yang sudah keberapa puluh kali akhirnya Bagas mengangkat telepon itu juga.
"Kamu kemana sih? aku bolak balik apartemen kamu, aku ke perusahaan, aku telepon, kamu gak ada!" Rentetan pertanyaan itu langsung mencecar Bagas saat ia mengangkat panggilan telepon itu.
Bagas menarik nafas sebelum ia menjawab pertanyaan Angel yang sudah seperti paparazi kehilangan berita itu.
"Sorry, Ngel. Aku sekarang lagi di Malang." sahut Bagas lirih. Ia duduk di tepi ranjang.
"Ngapain ke sana? lagian kok gak ajak aku?" cecar Angel.
"Lamaran." sahut Bagas singkat.
"Siapa yang mau nikah? saudara kamu?"
"Aku."
"Apa?!" pekik Angel.
"Iya beneran aku yang bakal nikah." Bagas menghela nafas berat.
"Kok kamu tega, Gas?" Suara Angel mulai bergetar tanda ia akan segera menangis.
Bagas menarik nafas panjang lagi.
"Terpaksa, Ngel." sahut Bagas berat.
"Tolak dong, Gas!!!"
"Gak bisa gitu, Ngel!" Bagas ikutan ngegas mendengar Angel yang sudah ngegas duluan itu.
"Kenapa gak bisa? kamu kan udah punya aku? lagian papa sama mama kamu udah kenal aku juga kan? kenapa malah nikahnya sama orang lain? kamu anggap apa aku, Gas?" raung Angel membuat Bagas semakin pusing.
"Aku terpaksa ikut kemauan Papa, karena dia ngancem bakal narik semua aset!"
Kali ini Angel diam. Ia tampak menghela nafas di seberang telepon.
"Ya udah gak papa kamu nikah aja. Tapi benarkan kamu kepaksa?"
"Semudah itu kamu nyuruh aku nikah?" Bagas tertawa keras.
"Loh, kamu ini maunya gimana, Gas? aku marah juga percuma, emang bisa bikin kamu batalin pernikahan itu? emang bisa bikin aku yang kamu nikahin? enggak kan? seenggaknya kita masih bisa jalan, kan kamu nikahnya terpaksa." balas Angel sengit.
Bagas menghentikan tawanya. Ia merasa perkataan Angel ada benarnya juga.
"Kita putus aja, Ngel." ujar Bagas akhirnya, entah mengapa saat ia mendengar Angel yang begitu mudah melepas dirinya tadi ia malah jadi ingin memutuskan hubungan secepatnya dengan gadis itu..
"Apaan sih, Bagas! gak lucu tau!" sergah Angel cepat.
"Aku serius, Ngel. Kita putus aja." ulang Bagas.
"Gak! aku gak mau putus, Bagas! kamu gak bisa giniin aku! pokoknya aku gak mau putus. Kita masih tetap bisa berhubungan walaupun kamu udah nikah!"
"Terserah kamulah, Ngel. Yang jelas syarat aku untuk mempertahankan harta itu juga selain menikahi Dara adalah memutuskan hubungan kita juga."
Bagas mematikan sambungan telepon. Ia malas berdebat dengan Angel. Makin ke sini Bagas malah merasa Angel tidak tulus mencintai dirinya. Meski berat namun Bagas nampaknya harus mengambil langkah itu, yaitu memutuskan hubungan mereka.
Ia bisa saja mempertahankan Angel karena ia menikah dengan Dara juga terpaksa, tapi mendengar reaksi Angel yang begitu mudah melepas dirinya menikah saat ia bilang hartanya akan segera ditarik, ia jadi ragu pada kekasihnya itu.
Bagas menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Ia iseng membuka salah satu akun media sosialnya. Di lihatnya Dara masih online. Ia iseng ingin mengerjai sekretarisnya itu.
Woi calon istri, kenapa belum tidur lo?
Bagas menekan tombol send.
Cukup lama ia menunggu, akhirnya pesan itu dibalas juga.
Berisik!
Singkat tapi mampu membuat Bagas tertawa.
Gak sabar lo pengen malem pertama bareng gue?
Goda Bagas lagi.
Ih, ogah! kamu bekasnya udah banyak. Amit-amit!
Balasan pedas itu membuat Bagas kembali terpingkal.
Iya, lo bakal jadi bekas yang kesekian! Hahahaha
Jangan coba sentuh aku ya nanti! rugi aku disentuh kamu yang udah gak perjaka!
Lagi-lagi balasan kalimat pedas itu membuat Bagas semakin bersemangat menggoda calon istri dadakannya itu.
Ya gak bisa dong! lo bisa dosa nolak gue kalo lagi pengen.
Aku ingetin kamu ya, pokoknya aku gak mau kamu sentuh nanti!
Bagas tertawa keras. Ia bisa membayangkan bagaimana kesalnya Dara saat ini.
Lo tenang aja, gue juga gak nafsu lihat elo. Bentukan elo begitu mana bisa bikin pistol gue bangun.
Pesan Bagas yang terakhir ini tidak lagi mendapat balasan dari Dara. Akhirnya setelah yakin tidak akan ada balasan lagi, ia memutuskan untuk meletakkan ponselnya. Bagas mencoba memejamkan mata, kantuknya sudah mulai datang.
Ia ingin segera tidur untuk mempersiapkan pernikahan dadakan yang tinggal satu hari lagi. Walaupun pernikahan ini tidak dikehendakinya, tetapi mengingat Dara, ia jadi tersenyum sendiri. Ia penasaran bagaimana nanti akan ketakutannya Dara bila mereka sudah satu rumah.
Perasaannya jadi aneh, ia malah tidak sabar ingin segera menikahi gadis berkacamata dan berdada besar itu. Besar? ya, Bagas masih ingat benda favoritnya itu begitu indah saat ia pandang dengan paksa waktu Dara mengantar ponselnya kemarin.
Mengenang itu, tidur kantuk Bagas tak jadi datang. Ia malah membuka kembali medsos dan melihat foto profil Dara yang sedang tersenyum manis dengan kacamata dan rambut terurai.
"Cantik juga nih si culun." ujar Bagas sambil tersenyum sendiri.
Ia memandangi foto itu berlama-lama hingga akhirnya kantuknya benar datang. Ia tertidur pulas dengan membawa wajah Dara ke dalam mimpinya. Mimpi basah tepatnya.
Sementara di kamarnya sendiri, Dara sudah berurai airmata menelepon Niar. ke empat teman akrabnya, termasuk Angga, Bayu juga Vira sudah mengetahui rencana pernikahan dirinya dengan CEO gondrong itu.
"Aku gak mau nikah sama dia." raung Dara pada sambungan video call yang langsung menghubungkannya dengan keempat teman akrabnya itu.
"Udah deh Ra, terima aja. Lagian bukannya kamu beruntung bisa nikah sama Pak Bagas. Ya allah, ganteng banget, macho abis." Vira tampak mengenang wajah CEO muda yang memegang perusahaan pusat itu dengan mata berbinar-binar.
"Iya Ra, Kali aja dia memang jodoh kamu." Niar mencoba menenangkan Dara.
"Aku nyerah deh kalo saingannya Pak Bagas, kalah jauh aku." ujar Bayu lesu disambut tawa oleh Angga.
"Ya emang kalian berdua itu ibarat tai kukunya Pak Bagas doang." Vira menimpali dengan kejam.
"Duh, udah deh jangan pada berantem. Kasihan itu Dara, lihat matanya udah bengkak kayak panda." Niar menimpali dengan iba.
Jadilah keempat sahabat Dara itu menghibur dirinya hingga akhirnya ia ketiduran karena lelah menangis. Mereka kemudian mematikan sambungan panggilan video setelah melihat Dara sudah tertidur pulas dengan sisa airmata.
Dara tidak bisa membayangkan, akan bagaimana nanti kehidupan rumahtangganya dengan Bagas. Yang pasti, ia akan dibuat jengkel oleh lelaki itu setiap hari tentunya.
Mana yg aku inget cuman nama peran laki lakinya aja pokoknya namanya Bagas, trus istrinya sekretaris dia.
Yahh pokoknyaa senenggg bgtttt akhirnya ketemu sama novel ini, udah pengen baca ulang dari tahun kemarin tapi ga ketemu mulu.