JANGAN DI BOM LIKE PLISSS 😘🥰
Dhev si duda dingin dan tidak berperasaan akhirnya bisa jatuh cinta lagi dan kali ini Dhev mencintai gadis yang usianya jauh lebih muda.
Dhev, Nala dan Kenzo. Di dalam kisah mereka terdapat kesedihan masa lalu dan harapan untuk hidup bahagia.
Mampir? Jangan lupa tinggalkan jejak like, komen dan gift/votenya, ya. Terimakasih 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mala Cyphierily BHae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Sangka
Dhev keluar dari kamarnya dengan pakaian santai, bersiap untuk makan malam bersama keluarga kecilnya. Terlihat Kenzo sudah bisa tersenyum dan pria kaku itu mengira kalau Kenzo sudah melupakan Nala.
Kenyataannya, Nala berjanji akan main ke rumah Ken di hari liburnya. Itu lah yang membuat Kenzo merasa senang.
Sekarang, semua orang berkumpul di meja makan, tak melihat adanya Nindy membuat Dhev bertanya di mana anak itu.
"Masih di Semarang," jawab Amira seraya mengambilkan ayam goreng untuk Ken.
"Kapan anak itu akan belajar dewasa dan tanggung jawab dengan hidupnya sendiri." Dhev menggerutu seraya menatap nasi di piringnya, menggelengkan kepala.
"Jangan terlalu keras, Dhev. Dia butuh bimbingan," timpal Amira seraya menatap putranya itu.
****
Sementara itu, di apartemen. Jimin belum melihat Nala dan Jimin yang belum mengetahui di mana Nala bekerja itu tidak tau harus mencari kemana sedangkan Nala tidak dapat dihubungi karena ponselnya rusak.
Jimin menunggu dengan cemas, takut terjadi sesuatu dengan Nala.
Dan bukan hanya Jimin yang memikirkan Nala.
Dhev yang tertidur di sofa itu memimpikan Nala sedang bermesraan, berpegangan tangan di meja makan dengan Jimin membuat Dhev terbangun dari tidurnya.
"Astaga, cuma mimpi, tapi kok nyebelin, ya!" gerutu Dhev seraya merubah posisinya menjadi duduk. Dhev melihat jam di dinding ternyata sudah pukul 21.00 wib
Dhev yang selalu terbayang dengan Jimin dan Nala itu bangun, menyambar sweater dan kunci mobilnya.
Dhev keluar dari kamar bersamaan dengan Amira yang baru saja keluar dari kamar Kenzo.
"Mau kemana, Dhev?" tanya Amira seraya memperhatikan Dhev yang terlihat rapih dan tercium wangi parfumnya.
"Mau ke tempat Jimin," jawabnya.
"Oh, Jims. gimana kabarnya dia? Sudah lama nggak ke rumah, mamah titip salam buat Jims, ya."
"Ok."
Dhev melanjutkan langkah kakinya.
"Mamah kira kamu punya pacar, Dhev," batin Amira, ia memperhatikan Dhev sampai tidak terlihat lagi.
Dhev melajukan mobilnya dengan santai, dirinya merasa bingung. Bertanya dalam hatinya sendiri mengapa harus pergi ke apartemen Jimin.
"Kalau mereka melakukan apapun juga bukan urusanku, tapi kenapa mobilku tidak mau putar balik, setir kemudi ini seolah menolak ku ajak pulang," gumam Dhev dengan pandangan tetap lurus ke depan.
Sesampainya di apartemen Jimin, Dhev menekan bel dan Nala yang membukakan pintunya, terlihat Nala yang baru selesai mandi dan handuk kecil masih melilit di rambutnya.
Seketika pikiran Dhev menjadi travelling. Dhev menerobos masuk dan mencari Jimin.
"Jim!" teriak Dhev dengan sangat keras.
"Om, Om Jimin lagi pergi, cari makan," kata Nala yang masih berdiri di belakang Dhev.
"Apa? Mencari makan? Apa mereka benar-benar baru saja melakukan sesuatu?" tanya Dhev dalam hati, pria itu masih membelakangi Nala, matanya membulat lalu berbalik badan, memperhatikan Nala dari ujung kaki sampai ke ujung kepala, Dhev mencari tanda merah di leher Nala tetapi tidak menemukannya.
Dan Dhev yang sedang bersikap aneh itu mendapatkan pertanyaan dari Nala.
"Om, apaan sih? Ini kenapa Nala di putar-putar?"
"Apa yang baru saja kamu lakukan?" tanya Dhev seraya menatap tajam Nala dan Nala yang merasa takut dengan tatapan Dhev yang menyelidik itu mundur satu langkah dan ternyata di belakangnya sudah ada Jimin yang baru datang.
"Ada apa ini?" tanya Jimin seraya memberikan dua bungkus ketoprak pada Nala.
"Apa ini?" tanya Dhev, dan tentu saja bukan isi dari bungkusan yang Dhev tanyakan. Yang Dhev maksud adalah perhatian seperti apa yang diberikan oleh Jimin pada Nala.
Apakah Dhev cemburu?
Sementara Jimin memperhatikan Dhev, menatapnya keheranan.
"Sejak kapan lo jadi bodoh, Dhev?" tanya Jimin seraya meninggalkan Dhev yang masih berdiri di ruang tamu itu.
Mendengar pertanyaan sahabatnya membuat Dhev merutuki dan bertanya pada dirinya sendiri. "Bodoh, ngapain lo ke sini? Pasti lo bakal liat keuwuan mereka lah!" batin Dhev.
Dhev pun menyusul Nala dan Jimin ke meja makan.
Lagi-lagi Dhev bertanya yang membuat Nala bingung.
"Kalian habis ngapain?" sergah Dhev seraya menjatuhkan tangannya di meja makan membuat Nala dan Jimin menatapnya.
Berbeda dengan Nala, Jimin sudah mengerti maksud dari sahabatnya itu, Jimin tersenyum smirk pada Dhev dengan jari telunjuk yang terus menunjuk Dhev.
Jimin / si brekele.
"Gue laper banget, habis olahraga malam, nanti gue ceritain ya, Dhev. Sekarang mau makan dulu!" ucap Jimin yang ternyata mampu membuat Dhev seolah merasa terbakar.
"Lo! Lo tau nggak kalau Nala ini pengasuh anak gue! Jangan berani macem-macem lo, Jim!" Dhev menarik kerah jaket Jimin.
"Kalian ini bahas apa, sih? Om juga, dateng-dateng langsung marah, aneh!" Nala menjatuhkan sendok dan garpu ke meja makan, memilih untuk membawa makanannya itu ke kamar.
Dhev yang masih mencengkram kerah jaket Jim itu memperhatikan Nala dan melihat pada bokong Nala yang terdapat noda merah seperti Darah.
"Astaga. Jangan-jangan Jimin beneran merawanin Nala?" geram Dhev dalam hati, sementara Jimin merasa sesak karena Dhev seolah mencekik lehernya.
"Lepasin, Dhev!" pekik Jimin seraya berusaha melepaskan tangan Dhev dari kerah jaketnya.
"Jim, lo bener-bener kurang ajar! Sejak kapan lo jadi bajingan, hah!" teriak Dhev seraya mendorong Jimin sampai terjatuh dari kursi, baru saja Dhev melayangkan tinjunya sudah dikagetkan dengan pertanyaan Nala yang menggelitik di telinga para lelaki.
"Om, ada pembalut nggak?" Nala melongokkan kepalanya dari pintu kamar, tersenyum kikuk dengan gigi yang terlihat berjajar rapi.
"Apa?" Jimin dan Dhev bertanya bersamaan membuat Nala merasa sangat malu, bisa-bisanya dirinya menanyakan itu pada pria.
Nala kembali menutup pintu kamarnya. Masih menyender di pintu.
"Ya kali aja, Om Jimin nyimpan pembalut pacarnya atau mamahnya atau saudara perempuannya kan bisa." Nala membela dirinya untuk mengurangi rasa malunya.
Dan Dhev yang mengerti kalau Nala datang bulan itu melepaskan Jimin dari genggaman. Dhev sempat mengira kalau itu adalah sisa darah perawannya yang masih menetes.
"Jadi, sebelumnya kalian udah saling kenal?" tanya Jim seraya mengulurkan tangannya meminta Dhev untuk membantunya bangun.
Dhev meraih tangan itu.
"Hmmm," jawab Dhev.
"Apa Dhev suka sama Nala?" batin Jimin seraya memperhatikan mimik wajah Dhev yang terlihat merona, Dhev merasa malu dengan apa yang baru saja dia pikirkan tentang Nala.
"Tenang aja, gue udah nganggep Nala keponakan sendiri kok, nggak akan gue macam-macam sama keponakan sendiri!"
Dhev menjawab, "Baguslah, jangan sampai lo merusak masa depan anak kecil!"
"Yakin cuma itu?" Jimin melirik pada Dhev yang salah tingkah. Dhev yang mengerti sedang diperhatikan itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
****
Sekarang, Dhev, Jimin dan Nala sedang dalam perjalanan mencari minimarket yang buka dalam waktu 24 jam. Dua pria itu menemani Nala untuk mencari pembalut.
Bersambung.
Apakah Dhev bisa lebih lama lagi menyimpan perasaannya itu?
Dukung author dengan like, komen dan jangan lupa difavoritkan, ya. Terimakasih.