"Cinta hanyalah sebuah omong kosong sebelum aku mengenalmu," Adipati Berutti
Beberapa bagian cerita ini terdapat cerita 21+.
(Tahap Revisi)
S1 Bab : 1 sd 150 (tamat)
S2 Bab : 151 sd 384 (Tamat)
Taca Safina Trina, Gadis cantik dengan masa lalu yang kelam, harus rela memberikan kegadisannya kepada pria asing disebuah kamar mandi club malam elite di Jakarta. Ternyata, Taca memberikan kegadisannya kepada Adipati Berutti lelaki yang tidak pernah jatuh cinta dan seorang Womanizer sejati, jenis laki-laki yang selalu Taca hindari, kerena trauma masa lalunya. Tapi, anehnya cinta satu malam tersebut menumbuhkan rasa cinta diantara Adipati dan Taca.
Lika liku percintaan Adipati dan Taca, diwarnai dengan komedi, cinta, romantisme dan hubungan yang panas.
Ada pula Juan dan Iis pasangan kocak, yang berjuang menerima kenyataan akan rahasia Juan.
Semua karakter, visual, tempat, tokoh masyarakat, instansi, kejadian dalam novel ini hanyalah fiksi, novel ini murni karya fiksi dan tidak berhubungan dengan orang, organisasi, lokasi atau kejadian nyata.
Dilarang melakukan plagiatisme, bila anda menemukan cerita yang memiliki alur yang sama harap hubungi penulis, terima kasih...
Ig : storyby_gallon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gallon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sepenggal kisah kelam..
"Teh Tasya, Neng Taca... Ngak akan sekolah ? Udah jam setengah 7 ini," panggil Abah kepada dua anaknya.
"Pagi Bah," ujar Taca sambil mencomot perkedel di meja makan.
"Pagi Abah, Neng," Tasya berkata sambil mengecup pipi Abah, kemudian mengecup pipi Taca.
"Hari ini aku pulang telat yah, Bah. aku mau ada ekstrakulikuler. Jadi, pulangnya malem, Bah."
"Taca, kamu juga ?" tanya Abah penasaran, karena setaunya Tasya dan Taca satu ektrakulikuler.
"Hah... aku? Ngak Bah, Tasya doang. Aku kan ngak ikut main dipementasa drama minggu depan. Jadi, aku pulangnya ngak telat," ujar Taca sambil menatap kembarannya Tasya yang sudah memberikan kode pada dirinya.
"Oh, ya sudah. Jangan malam-malam pulangnya," ujar Abah sambil tersenyum kepada dua anak kembarnya.
"Ya udah, kita pergi yah, Bah."
•••
"Teteh, mau kemana emangnya ?" tanya Taca kepada kembarannya Tasya, karena dia tau Tasya sedang berbohong pada Abah.
"Pacalan dung, sama Ryan," jawab Tasya dengan gaya bahasa dicadel-cadelkan.
Taca langsung mendelikkan matanya, ada perasaan was-was dihatinya. Taca tau dengan pasti bagaimana kelakuan pacar Tasya. Ryan lelaki terganteng dan terkaya di kampungnya, umurnya sudah 23 tahun. Seorang playboy cap kampak yang hobinya celap celup, pacarnya banyak.
"Teh, Teteh kenapa sih, bisa suka sama Ryan, Ryan kan playboy, pacarnya banyak. Hobinya celap celup, Teh," Taca memperingatkan Tasya dengan wajah kesal.
"Ryan tuh romantis, Ta. Baek banget. Dia ngak suka celap celup kok. Buktinya Teteh, masih perawan ampe sekarang," Tasya meyakinkan Taca sambil tersenyum nakal.
Taca hanya bisa mengeleng melihat kelakukan kakaknya. Tasya dan Taca memang kembar identik, yang membedakan mereka hanya rambut panjang Taca dan rambut tanggung Tasya.
"Taca, mah. Cuman bisa doa yang terbaik aja buat, Teteh," ucap Taca sambil berlari menjauhi Tasya masuk kedalam kelasnya.
•••
"Taca, nih surat cintah," Iis tiba-tiba datang sambil membawa sepucuk surat dan bunga mawar untuk Taca.
"Dari ?"
"Kang Entis," jawab Iis santai sambil duduk disebelah Taca.
"Ih... buang, ah. Aku ngak suka sama, dia," ujar Taca sambil melempar bunga beserta suratnya kepada Iis.
"Ta... kamu jadinya kuliah dimana ?" tanya Iis sambil menatap brosur-brosur universitas.
"Ngak tau, Is. Kamu tau sendiri, Abah orangnya kaya apa. Aku minta izin kewarung aja ribet amat."
Iis hampir saja membalas omongan Taca, seandainya saja bel sekolah tidak berbunyi keras.
•••
Taca melihat jam di dinding kamarnya, bingung kenapa Tasya belum pulang sama sekali.
"Udah jam 11 malem, kok Teh Tasya belum pulang yah ?" ujar Taca.
"Neng, Teh Tasya belum pulang ?" tanya Kang Riki bingung.
"Iya, Kang, gimana kalau kita cari Teh Tasya. Kita konsul dulu ke Bu RW gimana, Kang ?" tanya Taca sambil mengambil handphonenya.
"Ya sudah kita ke rumah Bu RW dulu," Kang Riki langsung mengiyakan usulan adik terkecilnya tersebut.
"Bah, Riki, Taca sama Rozak ke rumah Bu RW dulu yah, mau nyari dimana Tasya," ujar Kang Riki sambil pergi keluar rumah.
"Ati-ati Riki, nanti kalau udah ketemu sama Tasya, telepon Abah," tampak rasa cemas di raut wajah Abah, karena Tasya bukan tipe anak yang pulang sangat malam.
"Iya."
•••
"Waduh, memang belum pulang Tasya ?" tanya Bu RW khawatir, dikampung tersebut bila ada anak gadis belum pulang, akan langsung dicari.
"Ya...sudah kita cari sama-sama, saya akan hubungi aparata desa setempat."
Dengan cepat Rozak, Riki, Taca dan semua warga desa mencari Tasya keseluruh penjuru kampung. Suara kentongan terdengar bertalu-talu.
"TASYAAA...TASYA..."
Hampir semua orang memanggil Tasya bersahut-sahutan. Tapi, hasilnya nihil, sampai pukul 3 subuh Tasya tidak ditemukan dimanapun. Semua orang makin panik, semua orang mulai menduga-duga apa yang terjadi dengan Tasya. Dari dugaan yang masuk akal sampai yang gaib.
"Mungkin Tasya kabur ke Bandung."
"Ah... moal salah pasti ieu mah diculik demit ti walungan hareup."
(Ah.. ngak salah pasti ini, diculik hangu dari sungai yang didepan.)
Taca yang baru ingat dengan obrolannya tadi pagi dengan Tasya, langsung menarik lengan Kang Rozak.
"Apa ?"
"Kang, jangan marah yah, tadi pagi Teh Tasya bilang kalau mau pergi sama Ryan. Teh Tasya kan sampe bolos sekolah, Kang," ujar Taca sambil mengaruk kepalanya yang tidak gatal, kebodohan benar-benar menerpa dirinya, merasa bodoh sekali sampai melupakan informasi penting ini.
"Astaga, Taca kenapa ngak bilang dari tadi. Ngapain Tasya pergi ama si Ryan. Ryan kan playboy, kabogohna rea dimamana (pacarnya banyak dimana-mana)...?!" hardik Riki yang sudah juga berdiri tidak jauh dari sana, sehingga bisa mendengar pembicaraan Taca dan Rozak.
"Hampura, Aa Riki, Taca hilap ( maaf, Aa Rozak, Taca lupa)," ujar Taca sambil menundukkan kepalanya.
"Udah..udah..sekarang kita cari kerumahnya Ryan," Rozak menengahi pertengkaran sodaranya.
"Iya."
Entah kenapa perasaan Taca benar-benar gelisah. Rasanya Taca ingin menangis dan ada rasa ingin berteriak meminta tolong dari tadi. Taca merasa ada yang tidak beres dengan Tasya. Taca benar-benar memiliki perasaan harus menemukan Tasya sesegera mungkin sebelum terlambat.
•••
"Ryan, belum pulang dari sawah. Karena, lusa kan panen. Sawah harus dijaga kan," kata Idad ketus, pada rombongan Taca.
Idad adalah ayah Ryan, juragan tanah yang sangat Kaya di kampung tersebut, kekayaannya melebihi keluarga Taca yang juga seorang juragan tanah.
"Dari kapan, Pak ?"
"Dari subuh tadi," jawab Idad sekenangnya.
"Kang, ayo kita cari di pangheleran, eta," entah kenapa Taca benar-benar penasaran dengan bangunan disamping rumah Ryan. Terdapat bangunan yang suka dipakai untuk menggiling padi ( orang sunda menyebutnya pangheleran ).
"Kamu kesana aja dulu, Ta. Kakau ada apa-apa nanti teriak yah," ujar Kang Rozak pada Taca, Rozak masih ingin bertanya banyak hal pada Idad.
Taca mengangukkan kepalanya, Taca pun berjalan ke bangunan penggilingan padi di samping rumah Ryan. Bangunan tersebut tampak gelap dan sunyi. Tapi, entah kenapa Taca merasa sangat penasaran. Penerangan yang temaram tidak menyurutkan langkah Taca untuk terus berjalan kearah bangunan tersebut.
Taca terus berjalan, sayup-sayup Taca mendengar suara tangis yang bercampur dengan suara desahan lelaki. Taca pun mendengar suara terbata-bata seseorang yang meminta untuk berhenti.
"Stop..kang stop.. udah.. huhuhuu.."
Lagi suara wanita itu terdengar jelas, suara meminta tolong seseorang untuk berhenti. Rasa penasaran Taca makin menggebu-gebu. Diambilnya kursi kecil disamping alat-alat penggilingan padi. Taca yang bertubuh pendek berjuang untuk mengintip di sela-sela jendela yang tinggi.
Taca menyipitkan matanya, berjuang untuk melihat bagian dalam ruangan yang remang. Penerangan yang minim membuat Taca kesulitan, tapi samar-samar Taca melihat tubuh wanita tergolek di lantai dengan kedua tangan yang terikat. Diatas tubuh wanita tersebut Taca melihat sesosok tubuh pria.
"Ryan," bisik Taca kebingungan, karena melihat Ryan yang hanya mengunakan celana pendek yang sudah melorot dari pinggangnya.
Taca makin penasaran dengan siapa wanita yang ada dilantai. Taca memanjangkan lehernya untuk memperjelas pandangannya. Saat, wanita tersebut menolehkan kepalanya ke arah Taca, Taca menjerit keras hingga membuat kursi yang dijadikan pijakannya oleng.
"TEH TASYA....!!!!!"
•••
Hufttt... mulai kebagian yang sedih-sedih ini.
Sabar yah emang masa lalu Taca sedih. Jadi tetep dukung Taca-Adipati. Kasih pelukkan hangat buat Taca yah...!
Kalau buat Author kasih like, rate dan comment. Sama terus baca kisah ini sampai tamat ❤️
Terima kasih sudah membaca maaf klo masih banyak typo...
Add ig author yah storyby_gallon
Jangan lupa comment,like, kasih bintang, kasih tau juga orang-orang satu kampung buat baca karya author and vote yah ❤️❤️
Comment yang banyak, author suka keributan hehehe...
Salam sayang Gallon
dah gtu aj deh,q klo komentar panjang2 suka binun 🤭..