Lala mengalami kecelakaan yang membuat jiwanya terjebak di dalam raga seorang antagonis di dalam novel dark romance, ia menjadi Clara Shamora yang akan mati di tangan seorang mafia kejam yang mencintai protagonis wanita secara diam-diam.
Untuk menghindari nasib yang sama dengan Clara di dalam novel, Lala bertekad untuk tidak mengganggu sang protagonis wanita. Namun, ternyata ia salah langkah dan membuatnya diincar oleh malaikat mautnya sendiri—Sean Verren Dominic.
“Sekalinya milik Grey, maka hanya Grey yang bisa memilikinya.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MTMH18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian tiga
Saat Clara keluar dari kamar mandi, gadis itu sudah tidak melihat sosok Sean di dalam kamarnya.
“Baguslah kalau dia sudah pergi,” gumamnya sambil keluar dari kamar.
Hari ini Clara ini belanja kebutuhan dapur, karena ia lebih suka memasak sendiri daripada beli di luar.
“Itu apa?” Gadis itu melihat sebuah bungkusan cukup besar di atas meja makan.
Clara langsung membuka bungkusan tersebut, ternyata makanan. Ia mencoba mencari sosok Sean, karena gadis itu yakin yang membeli makanan tersebut adalah Sean.
“Ada kertas?” Clara menemukan secarik kertas di bawah gelas kosong yang berada di atas meja makan.
Gadis itu membacanya, ternyata dari Sean. Pria itu pamit pulang, lalu makanan yang ada di atas meja untuk Clara semua.
“Aku harap tidak bertemu dengannya lagi,” gadis itu mengendus makanannya, karena takut ada racunnya.
“Sepertinya aman,” Clara memutuskan untuk memakannya.
Pasta tadi malam tidak membuat perutnya kenyang, jadi pagi ini gadis itu makan cukup banyak. Lalu untuk sisa makanannya, akan dimakan nanti siang atau malam.
Clara harus berhemat, karena ia masih belum tahu mau pindah jurusan atau tidak. Namun, Clara merasa tidak cocok kalau kuliah di jurusan yang tidak disukainya.
“Bahkan tidak ada satu pun pesan yang dikirim oleh mereka,” gumam Clara saat tidak mendapatkan pesan apapun dari keluarganya.
“Lebih baik tinggal sendiri, daripada tinggal bersama masalah yang bisa membuat nyawaku melayang.”
Masalah yang dimaksud adalah Bella, karena gadis itu yang menjadi sumber penderitaan Clara.
Clara hanya ingin hidup dengan tenang, tanpa ada gangguan. Namun gadis itu tidak tahu dengan masa depan, untuk sekarang Clara ingin menghindari orang-orang yang menurutnya pantas untuk dihindari, termasuk Sean.
“Tidak ada jadwal kuliah?” Clara melihat jadwal kuliahnya di ponsel.
Kebetulan sekali hari ini gadis itu ingin membereskan apartemennya yang kecil, nanti agak siangan ia akan keluar untuk berbelanja kebutuhan yan diperlukan.
...***...
Hanya membutuhkan waktu sekitaran dua jam untuk Clara membereskan apartemennya, kini gadis itu sedang berada dalam perjalanan menuju salah satu pusat perbelanjaan yang murah dengan menaiki taksi.
Clara menatap jalanan yang dilewatinya, ternyata dunia novel nyaris tidak ada bedanya dengan dunia nyata. Sehingga gadis itu masih belum percaya kalau dirinya benar-benar masuk ke dalam novel yang pernah dibacanya.
“Sudah sampai, Nona,” ucap sopir taksi.
Clara langsung membayarnya, ternyata tempatnya tidak begitu jauh dari apartemennya. Hanya membutuhkan waktu sekitar dua puluh lima menitan.
Gadis itu keluar dari taksi, ia mengikuti orang-orang yang juga ingin berbelanja. Saat tangannya hendak meraih troli belanja, seseorang menahannya dan membuat Clara terkejut.
“Siapa?” Tanya gadis itu yang tidak mengenali lelaki yang sedang memegang tangannya.
Lelaki itu mengernyit alisnya, saat mendengar pertanyaan aneh Clara.
“Jangan berpura-pura, Clara!” Serunya dengan nada tinggi.
Beberapa orang melihat ke arah mereka, dengan cepat Clara menarik tangan dan hendak berlalu dari hadapan lelaki asing yang baru saja membentaknya.
Clara tidak memiliki waktu untuk berdebat dengan orang tidak waras.
Grep!
“Kau ingin menghidariku?” Tanya lelaki itu sambil menahan troli yang didorong Clara.
“Minggir!” Usir Clara yang mulai kesal dengan lelaki tersebut.
“Jangan kekanakan-kanakan Clara! Kau harus meminta maaf kepada Bella!” Marah lelaki itu yang membuat Clara mengernyit bingung.
Gadis itu mencoba mengingat ciri-ciri lelaki menyebalkan ini…
“Aaron?” Nama itu keluar dari mulut Clara.
Aaron Keylo, nama dari protagonis pria dan juga tunangan dari Clara yang nantinya akan menikah dengan Bella.
Semua milik Clara akan direbut oleh Bella, karena Bella adalah pemeran utamanya. Sedangkan Clara hanya seorang antagonis yang nasibnya benar-benar menyedihkan.
“Apa-apa reaksimu itu? Kau ingin berpura-pura tidak mengenalku?” Tanya Aaron dengan tatapan tajamnya.
“Benar—”
“Aaron!” Suara itu membuat ucapan Clara terputus.
Clara mendengus pelan saat melihat sosok Bella yang kini berjalan ke tempatnya, sedangkan Aaron langsung menjaga jarak dengan Clara.
“Kalian sedang membicarakan apa?” Tanya Clara dengan tatapan polosnya.
Clara berdecih di dalam hati, ia baru menyadari sesuatu hanya dengan melihat tatapan mata Bella kepadanya.
“Tidak ada, aku hanya memintanya untuk tidak memperbesar masalah.” Jawaban Aaron membuat Clara muak.
Suara lelaki itu mengalun begitu lembut saat berbicara dengan Bella, berbeda saat berbicara dengannya.
Tanpa memedulikan dua orang yang saling bertatapan dengan penuh cinta itu, Clara memilih keluar dari sana. Gadis itu akan mencari tempat lain, tempat yang tidak ada sosok Bella atau siapapun yang membuatnya kesal.
“Permisi, kau menghalangi jalanku!” Seru Clara saat seseorang menghalangi jalannya.
Gadis itu mendongak, saat orang tersebut masih belum menyingkir. Clara tidak mengenali pria bertubuh tinggi tersebut.
“Saya adalah orang kepercayaan Tuan Sean,” ucapan pria tersebut membuat Clara terkejut.
“Saya datang untuk menjemput Nona Clara, karena luka di perut Tuan Sean kembali mengeluarkan darah.” Kata Elios.
“Menjemputku? Apa urusannya denganku?” Tanya Clara dengan tatapan bingungnya.
Gadis itu merasa urusannya dengan Sean sudah selesai, jadi mereka tidak akan bertemu lagi.
“Bukankah Anda sudah menjadi dokter pribadi Tuan Sean?” Pertanyaan itu membuat Clara semakin bingung.
“Tidak. Aku bukan dokter,” kata gadis itu.
“Sebaiknya Anda ikut dengan saya, karena Tuan Sean tidak suka menunggu,” kalimat itu terdengar seperti peringatan untuk Clara.
Gadis itu menjadi bimbang, tetapi saat mendengar suara Aaron yang memanggilnya… Clara segera menarik tangan Elios agar cepat masuk ke dalam mobil pria itu.
Clara memilih untuk ikut dengan Elios, daripada berdebat dengan Aaron.
“CLARA!” Aaron mengerang kesal saat tunangannya pergi dengan pria asing.
Bella mendekati Aaron, gadis itu mengusap bahu Aaron agar tetap tenang.
“Siapa pria itu? Apa Clara berselingkuh?” Tanya Aaron sambil menatap Bella.
“Aku juga tidak tahu. Tapi Clara lebih memilih pergi dengan pria asing, daripada tunangannya sendiri,” jawab Bella dengan seringai kecilnya.
Aaron menggeram marah, lelaki itu akan mencari tahu siapa pria yang bersama tunangannya. Kalau sampai Clara berani mengkhianatinya, maka Aaron tidak akan memaafkannya.
“Apa dia tinggal di tempat pria asing itu?” Pertanyaan Aaron membuat Bella tersenyum di dalam hati.
“Aku juga tidak mengerti kenapa Clara begitu ngotot untuk keluar dari Mansion, mungkin dia sudah memiliki tempat yang lebih besar dari Mansion,” ujar Bella.
Aaron terdiam, kemarahannya semakin menjadi saat mendengar pernyataan Bella. Kalau benar Clara tinggal di tempat pria asing itu, maka Aaron akan memutuskan pertunangan mereka.
Aaron merasa jijik dengan Clara yang sudah berani bermain di belakangnya, padahal sudah memiliki tunangan.
“Dia gadis yang menjijikkan,” gumam Aaron sambil menatap Bella yang juga menatapnya dengan lembut.
“Tidak sepertimu,” lanjutnya sambil mengusap pipi lembut Bella.
Bersambung.
up..up..up..
/Determined//Determined//Determined/