Kiara terpaksa menikahi Orion karena satu tujuan yaitu untuk balas dendam. Dirinya merasa dipermainkan oleh Leonard Arven Hadinata, anak sulung sebuah keluarga konglomerat Hadinata. Kiara dan Leo sudah menjalin hubungan cukup lama dan dijanjikan akan dinikahi suatu hari nanti. Namun sang pria justru menghilang tanpa satu alasan. Kiara hingga merasa sedih dan kecewa.
Kiara melakukan sebuah pernikahan kontrak dengan Orion Alaric Hadinata, sang putra tidak sah alias anak haram Hadinata. Dari Aditya Pramana Hadinata, sang kepala keluarga dengan seorang wanita yang tak diketahui siapapun. Sekaligus adik tiri dari sang putra sah yaitu Leonard.
Orion menyetujui pernikahan itu karena ia juga ingin menghancurkan keluarga yang selama ini merawatnya dari kecil. Juga untuk mencari tau dimana keberadaan ibu kandungnya sekarang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NABABY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jamuan makan Malam
Jantung Kiara begitu berdebar saat memasuki Kediaman Hadinata. Malam ini, ia diundang oleh Aditya untuk diperkenalkan pada anggota Keluarga Hadinata sebagai calon istri dari Orion. Entah mengapa tiba-tiba Aditya mengundang Kiara untuk makan malam di kediamannya. Memikirkan bagaimana sikap anggota keluarganya saja sudah membuat bulu kuduk Kiara berdiri.
"Orion... Sungguh ayahmu mengajakku untuk makan malam di sini?" Kiara menarik-narik lengan Orion pelan. Raut wajah gadis itu sungguh terlihat tertekan.
"Kau takut?" Orion terlihat sedikit khawatir.
Kiara hanya mengangguk. Orion menghela nafas, tangannya menepuk bahu Kiara berusaha membuat gadis itu yakin kalau semuanya akan baik-baik saja.
"Kau tidak apa-apa. Aku akan menjagamu di dalam sana. Ingat perjanjian kita kan? Kau harus masuk dalam rumah ini jika ingin mencapai tujuanmu." Genggaman tangan Orion pada bahunya begitu erat.
Kiara menelan ludah. Lalu mengangguk kembali dan memulai berjalan tegap. Memasuki kediaman Hadinata.
Suara sendok beradu dengan piring, kleting-kleting halus, terdengar jelas di tengah percakapan yang tertahan. Orang-orang begitu fokus dengan makanan yang tersaji di depan mereka.
Aditya duduk di ujung meja. Ratna dan Celine duduk disebelah kanannya. Sedangkan Orion dan Kiara duduk bersampingan disebelah kiri.
"Aku sudah selesai." Ratna langsung beranjak pergi dari meja makan. Semua mata langsung memandang.
"Mau kemana kau?" Suara dingin Aditya menghentikan langkah Ratna seketika.
"Kau memintaku untuk makan malam bersama. Dan aku sudah melakukannya. Jadi aku berhak pergi untuk sekarang." Balas Ratna tak kalah dingin.
Aditya menghela nafas. Lalu mempersilahkan pergi istrinya dengan gerakan tangan seperti mengusir. Ratna mendengus pelan. Sebelum pergi, ia menatap tajam pada Orion dan juga Kiara.
"Orion, Kiara. Aku mempercepat tanggal pernikahan kalian. Tidak perlu bulan depan. Sebaiknya kalian menikah dalam dua minggu lagi." Ucap Aditya.
Kiara tampak kaget. Ia ingin mengajukan keberatan, namun apa daya, ia tak berani untuk bicara pada lelaki separuh baya tersebut. Berbeda dengan Orion, pria disampingnya hanya mengangguk dan langsung menyetujui. Ucapan Aditya bagai perintah mutlak yang tak mampu ia bantah sedikitpun.
"Baiklah, aku juga sudah selesai makan. Aku akan kembali ke ruang kerjaku." Aditya kini meninggalkan meja makan.
Kini hanya tersisa tiga orang. Orion, Kiara, dan Celine.
"Jadi kak Orion sungguh akan menikah dengan kakak ini?" Celine mulai angkat bicara karena sudah tak ada orang tuanya. Sedari tadi Celine terus diam, karena masih ada kedua ayah dan ibunya. Dirinya tak pernah diperkenankan bicara saat di meja makan, karena hanya menganggu pembicaraan orang dewasa.
"Iya Celine. Celine, bagaimana sekolahmu hari ini?" Orion berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Baik kak. Kakak tau, aku tadi dapat nilai tinggi. Mau aku tunjukkan?" Ucap Celine begitu semangat.
Orion hanya tersenyum melihat adik kecilnya itu. Bagi Orion, Celine adalah adik yang sangat ia sayangi.
"Nanti ya, kakak ingin mengantar Kiara pulang dulu." Jawab Orion tersenyum.
Celine sedikit kecewa, tapi dia paham bahwa Orion sedang sibuk sekarang.
"Baiklah."
Dalam perjalanan pulang, raut wajah Kiara mulai terlihat tenang. Orion sesekali melihat melihat kearah Kiara. Ia melihat wajah gadis itu begitu indah. Entah sejak kapan pikirannya selalu tertuju gadis itu.
"Orion, terima kasih sudah mengantarku pulang." Ucap Kiara saat turun dari mobilnya.
"Kiara, tunggu!"
"Ada apa?"
"Ini, ada hadiah untukmu." Orion memberikan sebuah papper bag kecil untuk Kiara.
Kiara melongo. Ia bingung bisa-bisanya pria ini memberikan hadiah untuknya.
"Jangan salah sangka. Itu hanya sebuah tradisi di keluarga Hadinata untuk memberi hadiah pada orang yang baru saja makan malam dengan mereka." Orion berbicara ngasal agar gadis itu cepat percaya.
"Oh... Terima kasih." Kiara menerimanya dengan tersenyum.
"Baiklah, aku pulang dulu. Selamat malam." Orion kembali masuk dalam mobilnya.
Kiara masih berdiri melihat mobil Orion yang perlahan mulai menghilang dikejauhan. Tatapan Kiara begitu teduh.
"Hah! Untung aku selamat malam ini." Ucap Kiara begitu merebahkan dirinya di kasur.
Suasana begitu sepi pandangan Kiara melihat ke langit-langit atap apartementnya. Entah mengapa tergambar wajah Leo dalam pengelihatannya.
"Leo, kapan kita bisa bertemu lagi?" Gumamnya lirih.
Dalam gelayut rindu nan menggunung, Kiara meringkuk memeluk lututnya sendiri. Bohong jika dia tak mencintai Leo lagi. Bohong jika dia tak menginginkan pria yang telah menjalin asmara selama tiga tahun dengannya.
Satu demi satu kenangan manis terus menghampiri. Suara tawa antara mereka masih teringat jelas. Rasa saling cinta, saling sayang, saling mengerti, dan saling melindungi.
......................
"Aku akan terbang ke Jakarta besok pagi paman. Aku tidak peduli jika ayah membentakku atau mengusirku kembali kesini. Apapun yang terjadi, aku akan tetap pulang." Leo langsung keluar dari ruangan kerja pamannya yang mengurus bisnis di Singapura.
Davin, paman Leo sekaligus adik dari Aditya hanya menghela nafas di meja kerjanya. Ia kemudian menelfon kakaknya, memberitahukan bahwa putra sulungnya akan segera pulang ke Indonesia.
"Baik, aku paham. Biarkan dia pulang. Aku ingin melihat apa yang akan dia lakukan disini" Suara Aditya terdengar jelas dari ujung saluran seberang.
"Baiklah jika mau kakak begitu. Leo sepertinya juga tidak bisa dihentikan lagi." Jawab Davin.