NovelToon NovelToon
Obsesi Sang Ceo

Obsesi Sang Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Diam-Diam Cinta / Dark Romance
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Biebell

Camelia tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam satu malam.
Hanya karena hutang besar sang ayah, ia dipaksa menjadi “tebusan hidup” bagi Nerios—seorang CEO muda dingin, cerdas, namun menyimpan obsesi lama padanya sejak SMA.

Bagi Nerios, Camelia bukan sekadar gadis biasa. Ia adalah mimpi yang tak pernah bisa ia genggam, sosok yang terus menghantuinya hingga dewasa. Dan ketika kesempatan itu datang, Nerios tidak ragu menjadikannya milik pribadi, meski dengan cara yang paling kejam.

Namun, di balik dinding dingin kantor megah dan malam-malam penuh belenggu, hubungan mereka berubah. Camelia mulai mengenal sisi lain Nerios—sisi seorang pria yang rapuh, terikat masa lalu, dan perlahan membuat hatinya bimbang.

Apakah ini cinta… atau hanya obsesi yang akan menghancurkan mereka berdua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biebell, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 — Percobaan Kabur Pertama

Camelia duduk di kursinya, memikirkan cara supaya dirinya bisa kabur mumpung ada kesempatan karena Nerios masih di ruang rapat.

Tapi di depan ruangan ada dua penjaga, itu membuatnya harus berpikir cara mengelabuhi kedua orang itu. Hingga matanya melirik ke arah tas miliknya yang ada di atas meja—ia pun tersenyum.

Ia mengambil concealer dari dalam tas, biar pun ia tidak membawa barang satu pun dari rumah, tapi Nerios benar-benar menyiapkan semuanya. Kemudian ia menaruh concealer itu ke dalam saku blazer.

Jantung Camelia berdebar cepat. Sekarang atau tidak sama sekali, pikirnya. Ia berdiri perlahan, berjalan membuka pintu dan menatap salah satu penjaga.

“Aku ingin ke toilet sebentar,” katanya berusaha tenang.

Salah satu penjaga menoleh, wajahnya datar. “Silakan, Nona. Kami akan mengantar!”

Camelia tersenyum tipis, menahan rasa kesal. Sial, mereka memang tidak pernah melepas pengawasan. Namun ia berjalan menuju toilet dengan langkah pelan. Setibanya di sana, ia masuk ke bilik dan menutup pintu.

Tangannya gemetar saat ia merogoh ponsel dari saku. Ia membuka peta gedung yang sempat ia unduh diam-diam malam sebelumnya. Ada pintu darurat di lorong belakang, tidak jauh dari toilet. Jika ia bisa mengelabui penjaga, mungkin ia bisa lolos.

Camelia menyalakan keran air agar terdengar suara, Ia mengeluarkan concealer dan memakaikannya ke bibirnya agar terlihat pucat. lalu keluar pelan-pelan dari bilik. Penjaga berdiri di dekat pintu masuk toilet wanita, jelas menunggu.

Camelia berpura-pura lemas tak bertenaga, tangan kanannya pun menopang tubuhnya pada daur pintu. “Maaf aku merasa pusing. Bisa buatkan aku teh hangat atau ambilkan obat?"

Penjaga itu tampak ragu, menoleh sebentar ke rekannya. “Saya tidak bisa meninggalkan Anda, Nona. Lebih baik kembali ke kursi dan istirahat.”

Camelia menggertakkan giginya. Ia harus lebih meyakinkan. Ia memegang perutnya, lalu menghela napas berat seakan kesakitan.

“Aku benar-benar mual. Tolong, aku butuh obat, atau setidaknya mintalah rekanmu membawakannya!”

Kedua penjaga saling pandang. Akhirnya salah satu keluar untuk mengambil obat, sementara yang lain tetap berjaga.

Kesempatan!

Camelia pura-pura kembali ke bilik toilet, tapi justru memanjat keluar melalui jendela kecil di samping. Tangannya terluka goresan, tapi ia berhasil menjejak tanah di lorong belakang. Nafasnya terengah.

Ia berlari menyusuri koridor sepi menuju pintu darurat. Suara langkahnya menggema. Alarm kecil berbunyi begitu ia mendorong pintu itu, tapi ia tidak peduli.

“HEI! Nona Camelia!” suara penjaga terdengar dari jauh.

Camelia menoleh sebentar, matanya membara. Ia menegakkan tubuhnya dan berlari lebih cepat menuruni tangga darurat.

Ini mungkin satu-satunya kesempatan untuk bebas dari Nerios.

Alarm pintu darurat masih meraung, namun langkah Camelia semakin cepat menuruni tangga besi yang berputar. Nafasnya memburu, jantungnya seolah melompat dari dada.

Suara langkah berat penjaga terdengar dari atas, memanggil-manggil namanya.

“Berhenti, Nona Camelia! Anda tidak boleh keluar tanpa izin Tuan Nerios!” penjaga itu berteriak dengan keras, ia berlari dengan kencang, jika Camelia lolos maka nasib buruk akan menghampirinya.

Camelia menggertakkan gigi, menolak berhenti. Tangannya yang bergetar memegang pagar besi, lututnya hampir lemas, tapi ketakutannya jauh lebih kuat dari rasa letih.

Akhirnya, pintu darurat lantai dasar terlihat. Ia mendorongnya dengan keras, keluar ke halaman belakang gedung. Udara luar yang segar langsung menyapu wajahnya. Untuk pertama kalinya sejak ia masuk ke perusahaan itu, Camelia merasakan sedikit kebebasan.

Namun belum aman. Di kejauhan, ia melihat dua penjaga lain berlari dari sisi kiri gedung, mungkin sudah mendapat panggilan dari atas.

Camelia buru-buru melepas sepatu haknya, menentengnya di tangan, lalu berlari tanpa alas kaki melintasi halaman beraspal. Sakit, tapi ia tidak berhenti.

"Aku tidak akan kembali. Aku lebih baik jatuh di jalan daripada kembali jadi tawanan Nerios!" gerutunya dalam hati.

Ia menerobos pagar kecil di samping gedung, lalu berlari ke jalan raya yang ramai. Mobil-mobil melintas cepat, suara klakson bersahut-sahutan.

Camelia mengangkat tangan, menghentikan sebuah taksi yang kebetulan melambat. Sopir menurunkan kaca, sempat memandang heran pada gadis muda dengan wajah pucat, rambut acak-acakan, dan kaki telanjang.

Camelia terengah-engah, ia berkata dengan mendesak. “Tolong cepat, bawa saya pergi dari sini! Jangan berhenti, saya mohon!”

Sopir taksi mengernyit, namun melihat ketakutannya yang nyata, ia akhirnya mengangguk dan membuka pintu. Camelia masuk tergesa-gesa, pintu dibanting menutup.

Tepat saat dua penjaga keluar ke jalan, taksi itu sudah melaju kencang, menghilang di antara keramaian lalu lintas.

Camelia menoleh ke belakang, matanya berkaca-kaca. Gedung tempat Nerios berada semakin jauh, makin kecil hingga hilang di balik deretan bangunan.

Ia bersandar ke jok, melepaskan napas panjang, meski tubuhnya masih gemetar.

“Aku berhasil …” ujar Camelia lirih, nyaris berbisik.

...——— ...

Suara tawa yang terdengar dingin itu menggema di dalam ruangan. Nerios baru saja membuka pintu ruangannya dan ia tidak mendapati wanitanya di sana.

Ia sudah menduga hal ini akan terjadi, karena melihat Camelia yang begitu berani melawan padanya—membuat dirinya tidak lagi heran.

Dengan langkah berat ia berjalan ke mejanya, membuka laptop miliknya seraya mendudukan dirinya. Ia membuka rekaman cctv, melihat aksi 'heroik' yang dilakukan oleh wanitanya.

Kamera cctv juga mengarah pada bangunan toilet dari arah belakang jadi Nerios bisa melihat Camelia yang meringis saat mencoba kabur dari jendela kamar mandi, rahangnya mengeras, urat terlihat di lehernya.

Wanitanya terluka.

Nerios membuka laci mejanya, mengambil r*kok lalu mematiknya dengan api. Ia terus menikmati aksi Camelia yang kejar-kejaran dengan dua penjaganya.

"Wanitaku ..." rasa cinta dalam hatinya semakin dalam karena penolakan dari Camelia dan aksi nekat wanita itu.

Tingkah Camelia membuatnya semakin ingin mengurung wanita itu di dalam sangkar emas miliknya.

Asap r*kok ia hembuskan ke udara bertepatan dengan pintu di buka oleh Rayhan—asisten pribadi Nerios sekaligus teman dekatnya sejak SMP.

"Penjagamu lalai dalam menjaga Camelia," ujar Rayhan memberitahu, ia datang ingin memberi informasi bahwa Camelia kabur, tapi sepertinya Nerios sudah tahu terlebih dahulu.

Tatapan tajam Nerios beralih menatap Rayhan. "Apa yang mereka berdua lakukan sekarang?" tanyanya dingin.

"Mereka mengejar Camelia dan akan membawanya ke hadapanmu kembali."

Tadi saat mendengar alarm yang berbunyi Rayhan langsung bergegas pergi ke halaman belakang, ia bertemu dengan kedua penjaga yang hendak mengejar Camelia menggunakan motor.

"Tidak perlu," ucapnya seraya mengisap r*kok, lalu menghembuskan asapnya. "Ikuti saja ke mana wanitaku pergi, informasikan padaku di mana tempat dia bersembunyi, biar aku sendiri yang menyeretnya!" perintahnya mutlak.

Rayhan mengangguk, ia mulai mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi salah satu penjaga dan memberitahu perintah Nerios.

"Wanitaku ini memang nakal, ya ..."

Berikan dukungan kalian teman-teman!

Jangan lupa vote dan komen

Salam cinta, biebell

1
Satsuki Kitaoji
Gak nyangka bakal se-menggila ini sama cerita. Top markotop penulisnya!
Alucard
Baca sampe pagi gara-gara gak bisa lepas dari cerita ini. Suka banget!
MilitaryMan
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!