NovelToon NovelToon
Salah Kamar

Salah Kamar

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / CEO / Cinta setelah menikah / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Wardha

Salah masuk kamar, berujung ngamar ❌ Niat hati ingin kabur dari Juragan Agus—yang punya istri tiga. Malah ngumpet di kamar bule Russia.

Alizha Shafira—gadis yatim piatu yang mendadak dijual oleh bibinya sendiri. Alih-alih kabur dari Juragan istri tiga, Alizha malah bertemu dengan pria asing.

Arsen Mikhailovich Valensky—pria dingin yang tidak menyukai keributan, mendadak tertarik dengan kecerewetan Alizha—si gadis yang nyasar ke kamarnya.

Siapa Arsen sebenarnya? Apakah dia pria jahat yang mirip seperti mafia di dalam novel?

Dan, apakah Alizha mampu menaklukkan hati pria blasteran—yang membuatnya pusing tujuh keliling?

Welcome to cerita baper + gokil, Om Bule dan bocil tengilnya. Ikutin kisah mereka yang penuh keributan di sini👇🏻

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wardha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ajakan nikah

Alizha benar-benar tidak punya tenaga lagi saat si bule menyeretnya masuk ke sebuah salon kecantikan.

"Mister, astaghfirullah! Saya ini bukan pengantin baru, kenapa harus dirias segala? Saya sudah cantik natural, tahu!" katanya dengan wajah panik.

Pramuniaga salon langsung menyambut, dan sebelum Alizha sempat kabur, dua pegawai sudah menuntunnya duduk. Rambutnya yang tertutup kerudung pun hanya dibereskan seadanya, lalu wajahnya mulai dipulas dengan riasan tipis namun elegan.

"Ya Allah, saya diperlakukan benar-benar kayak putri keraton. Padahal aslinya kambing kampung," gumamnya lirih.

Sementara itu, di ruang ganti salon yang terhubung ke butik, dua pria bule itu juga berganti pakaian. Jas hitam mereka terlihat rapi, elegan, dan menonjolkan aura yang berbeda.

Anton yang sedang mengancingkan jasnya menoleh, menatap bosnya lewat cermin besar. "Apa anda benar-benar akan menjadikan gadis itu sekadar mainan?" tanyanya hati-hati.

Si bule menunduk sebentar, merapikan dasinya dengan gerakan tenang. Senyum kecil timbul di wajahnya, sebuah senyuman yang sulit ditebak.

"Atau," Anton melanjutkan dengan nada lebih serius, "sekadar bahan untuk balas dendam pada wanita yang sudah menyakiti anda?"

Bosnya menghentikan gerakan, menatap bayangannya sendiri di cermin. Tatapannya datar, namun bibirnya masih melengkung.

"Maybe both," jawabnya pelan. Lalu dia kembali merapikan dasi seolah tak terjadi apa-apa.

Anton terdiam. Hatinya gelisah, tapi dia tahu—kalau bosnya sudah tersenyum begitu, artinya tidak ada satu pun orang yang bisa mengubah keputusan itu.

Sementara itu, Alizha menatap pantulan dirinya di cermin. Wajah yang biasanya kusut karena lelah, kini terlihat berbeda. Bedak tipis, lipstik lembut, dan balutan gamis mewah membuatnya terlihat seperti orang lain. Hatinya berdebar tidak karuan. Ada rasa kagum dan takut yang melebur jadi satu.

Pintu salon terbuka. Dua bule itu masuk, aroma parfum mahal langsung menyeruak. Anton menoleh sekilas, tatapannya menyapu Alizha dari ujung kepala sampai kaki.

Dia terpukau. "Bos."

Sementara sang bos yang dingin itu, berhenti sejenak. Matanya menatap Alizha cukup lama sekali, seperti sedang menimbang sesuatu. Senyum tipisnya itu muncul lagi.

Alizha reflek mengusap gaun dan kerudungnya, karena canggung. Dia menundukkan kepala, menyembunyikan wajahnya yang bersemu malu. Tangannya gemetar, sampai-sampai hampir menjatuhkan tas yang baru diberikan si bule tadi.

"Come," katanya pelan, tapi ada kuasa yang membuat Alizha tidak bisa menolak.

Dengan langkah pelan, dia mendekat. Anton hanya bisa menggeleng lagi, semakin yakin kalau gadis malang itu akan terjebak dalam permainan berbahaya bosnya.

Begitu keluar dari mall, Alizha langsung mengomel pelan.

"Aduh, siapa sih yang kasih ide pakai sepatu setinggi ini? Saya bukan model catwalk, tahu!" gumamnya sambil berpegangan ke tas belanjaan yang menumpuk di tangannya.

Dia melangkah kaku, tumitnya berulang kali nyaris terselip di sela lantai. Orang-orang yang lewat sampai melirik, malah ada yang tertawa kecil melihat gadis berjilbab syar’i tapi jalannya seperti robot.

Si bule hanya berjalan tegap di depannya, sama sekali tidak menoleh. Dengan wajah dingin, dia tetap melangkah, membuat Alizha semakin kesal.

"Hey! You! Jalan pelan sedikit! Saya bisa jatuh, tahu!" gerutunya.

Anton yang berjalan di belakang hampir tertawa melihat tingkah itu. Namun, ketika menoleh pada bosnya, tawanya langsung tertahan. Lelaki itu tidak marah, justru bibirnya melengkung samar. Seolah-olah Alizha yang cerewet dan kikuk itu adalah hiburan tersendiri baginya.

Alizha merengut, wajahnya memerah karena malu dan kesal. "Kalau saya jatuh, jangan salahkan saya. Nanti rusak semua belanjaan mahal ini," katanya lagi sambil menggerutu.

Bos bule itu akhirnya berhenti, menoleh sekilas dengan tatapan tajam yang masih sabar. "You, diam. Walk properly."

Alizha mendengus keras. "Easy for you to say!"

Anton benar-benar tidak bisa menahan senyumnya kali ini. Dia semakin yakin, gadis itu memang berbeda. Bukan mainan biasa, bukan juga korban balas dendam biasa. Bisa saja, Alizha sebagai badut kesayangan si bos.

Mereka pergi lagi dengan mobil yang sama. Anton duduk di depan bersama sopir. Masih sama, Alizha dan si bule di belakang.

Mobil berhenti di depan sebuah gedung mewah dengan dekorasi bunga-bunga dan lampu. Dari luar sudah terdengar alunan musik. Alizha menempelkan wajahnya ke jendela, matanya seketika melebar.

"Ini—ini gedung pernikahan?!" katanya panik. "Kita mau ngapain di sini?!"

Si bule turun dengan tenang, membuka jasnya sedikit, lalu menoleh ke arah Alizha. "You, keluar."

Alizha masih terpaku, mulutnya terbuka. "Mister, jangan bilang kita mau kondangan? Saya ... saya bahkan tidak kenal siapa yang menikah!"

Anton yang baru turun hanya menghela napas panjang, lalu membuka pintu untuk Alizha. "Cepat turun, Nona. Tuan tidak suka ditunggu."

Dengan langkah gemetar, Alizha akhirnya keluar, masih memegangi gaun syar’i mewahnya yang baru dibeli. Dia benar-benar merasa dilempar dari satu kejutan ke kejutan lain.

Begitu masuk ke dalam, Alizha makin terkejut. Gedung itu penuh tamu dengan busana formal. Lampu gantung berkilauan, meja-meja penuh hidangan mewah, dan semua mata sempat menoleh pada mereka.

Dia berbisik keras pada bule itu. "Saya ... saya ini siapa? Kenapa saya dibawa ke sini?! Orang-orang lihatin saya dengan aneh, tahu!"

Si bule tidak menjawab panjang, hanya menunduk sedikit ke arah telinganya. "Tonight, you’re with me."

Jantung Alizha langsung berdetak kencang. Mulutnya tercekat, wajahnya panas, sekaligus bingung setengah mati.

Mereka diarahkan oleh pelayan menuju meja VIP paling depan. Kursi empuk, taplak berkilau, dan lilin kristal menghiasi meja itu. Alizha duduk dengan kikuk, kakinya masih pegal karena heels. Sementara si bule duduk dengan percaya diri, seakan ruangan itu memanglah miliknya.

Tamu-tamu di sekitar langsung saling berbisik, pandangan mereka penuh rasa ingin tahu. Ya, siapa lagi yang jadi bahan gosip, kalau bukan mereka?

"Siapa gadis itu? Cantik sekali, tapi pakaiannya seperti baru saja keluar dari butik," bisik seorang wanita paruh baya dengan tatapan menyipit.

"Ah, mungkin simpanan baru. Bos besar dari Rusia itu memang terkenal begitu," sahut pria di sebelahnya sedikit berbisik, tapi tetap saja terdengar sampai telinga Alizha.

Alizha langsung menunduk, wajahnya terasa panas. Dalam hati dia mendesis. "Astaghfirullah, simpanan katanya? Ya Allah, jangan sampai saya jadi bahan fitnah begini! Ya kali saya jadi simpanan om-om bule."

Si bule menoleh singkat padanya, seolah tahu apa yang ada di kepalanya. Lalu, dengan santai dia meneguk wine gelas kristalnya—yang membuat Alizha semakin salah tingkah.

"Haram, haram!" desisnya pelan.

Anton yang duduk agak jauh hanya bisa menggeleng kecil. "Tuan benar-benar gila. Membawa gadis polos ini langsung ke meja depan, jelas jadi sorotan banyak orang."

Tak lama kemudian, MC acara naik ke panggung, menyapa para tamu. Tepuk tangan bergemuruh. Namun, justru bisik-bisik tamu sekitar tetap tak berhenti.

"Kelihatannya dia calon istri, ya? Lihat, posisinya di meja utama."

"Ah, jangan bercanda. Mana mungkin? Gadis kecip begitu masuk lingkaran orang besar? Keliatannya saja seperti orang desa. Masih polos."

Alizha semakin tegang di kursinya, berusaha menutupi wajah dengan kerudung. Tapi bule di sampingnya hanya tersenyum tipis, lalu menyandarkan lengan ke kursi sambil berkata pelan, "Relax. You’re mine now."

Alizha hanya diam. Matanya hanya menoleh sebentar. Sekadar melihat suasana pesta. Si bule terlihat tenang sejak tadi. Seakan-akan tidak merasa bersalah, sudah membawa anak orang kondangan dadakan.

Begitu MC mengumumkan kehadiran pengantin, perubahan drastis terjadi. Pria bule itu mendadak kaku, rahangnya mengeras, matanya terfokus lurus ke depan. Tangannya menaruh gelas wine itu di meja.

Pintu besar pun terbuka. Pasangan pengantin berjalan masuk dengan senyum lebar. Tepuk tangan riuh dari para tamu menggema di seluruh ruangan.

Alizha ikut melirik ke arah mereka dengan takjub—sampai dia sadar ada sesuatu yang aneh di sampingnya. Wajah pria bule itu terlihat murung, tapi matanya begitu tajam. Dia menatap lurus ke arah pengantin wanita.

Alizha menoleh cepat, lalu kembali ke pria bule. "Astaghfirullah, tatapan mata begitu, seperti mau menelan orang hidup-hidup."

Pelan, dia memberanikan diri. "Mister, anda kenal dengan pengantin itu?"

Tidak ada jawaban. Hanya bunyi halus ketika pria itu menggeser kursinya sedikit, lalu mengambil gelas kembali. Dia meneguk pelan, menahan napas panjang, lalu menoleh singkat ke arah Alizha.

"She used to be mine," ucapnya lirih.

Alizha terdiam. Dadanya berdebar, belum tahu harus menanggapi apa. Tepuk tangan para tamu kembali pecah, sorak sorai semakin meriah. Tapi pria di sebelahnya menunjukkan aura kemarahan yang dia tahan.

Anton yang duduk tidak jauh menatap bosnya dengan sorot khawatir. Dia tahu bosnya akan kembali terpuruk sendiri tadi malam.

Sementara Alizha, dia menelan ludah. Dia mulai sadar—dirinya baru saja terseret masuk lebih dalam ke dalam kisah kelam pria asing ini. Pria yang baru saja membayarnya dengan harga mahal. Bukan sekadar membayar, tapi menyelamatkan hidupnya dari si Juragan Agus.

"Are you okay, Mister?" katanya pelan, matanya berkedip menatap si bule.

Si bule mengusap kasar wajahnya, tangannya mengepal. Lalu, meraih jemari Alizha untuk digenggam. Gadis itu kaget. "Mister, please don't touch me, okay? Jangan sentuh saya terus. Not Mahram. Haram, Mister. Haram!" tegasnya, walau bisik-bisik. "Berdosa, Mister. Dosa besar—"

"Ayo menikah," katanya memotong ucapan Alizha.

Seketika Alizha melotot, dia teriak tanpa sadar, "Apa?!"

Semua orang di sekitar mereka reflek menoleh.

1
Adinda
🤣🤣🤣
Zahira Zahira
aku mampir Thor ..liat dari judul nya seru sih..
D'blacksweet: wah, makasih. semoga suka, ya😍😍😍
total 1 replies
Afriyeni Official
ngakak sekali aku bacanya 🤣
Afriyeni Official
nggak kebayang si alizha ini paniknya minta ampun.
D'blacksweet: panik, tapi menang banyak dia🤭
total 1 replies
Afriyeni Official
seru kayaknya nih
D'blacksweet: semoga, hehe😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!