"uuhhh... Ini... Ini, dimana? Bukankah aku telah meninggal karna gugur dalam medan perang, lalu dimana ini? " Ujar seorang wanita bergumam sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Makmisshalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25.
"Aahhh.. mending gue pergi ke klub aja, lagian juga kan ibu gak ada, jadi gak bakalan ada yang merhatiin gue, " ujar Nadia malah bahagia dengan tak ada nya orang di mansion nya.
Tanpa Nadia sadari, kini setiap gerak gerik nya ada yang memantau, dan setiap hal yang Nadia lakukan akan langsung terekam jelas hingga menjadi vidio.
"Gue hubungin dulu anak-anak deh, gak enak kan kalo ke klab sendiri, " ujar Nadia sambil menelpon salah satu teman nya.
"Halo Ren.. lo dimana, " tanya Nadia setelah sambungan telpon tersambung.
"Gue lagi di luar.. kenapa Nad, " tanya balik Reni.
"Kita ke klab yu, " ajak Nadia pada Reni.
"Bukan nya lo lagi di hukum ya Nad, " ujar Reni.
"Aman lah.. gak ada siapa-siapa ini di mansion, jadi gue bebas, " ujar Nadia.
"Ohh... oke deh, kalo gitu gue tunggu di tempat biasa, " ujar Reni.
"Oke.. jangan lupa ajakin Olivia juga Andini, " ujar Nadia.
"Sip, mereka langsung gue kabarin, " ujar Reni dan kemudian telpon terputus.
"Bi Nur.. " panggil Nadia pada bi Nur.
"Iya Non, " jawab bi Nur.
"Bi.. nanti kalo ada bi Ipah, tolong sampein biar bukain pintu belakan buat aku, " ujar Nadia.
"Emang Non mau kemana, ?" tanya bi Nur dengan takut-takut.
"Keluar bentar bi, " jawab Nadia.
"Maaf Non.. tapi kan Non lagi di hukum sama Nyonya, " ujar bi Nur.
"Heh.. bi Nur.. kamu jangan ikut campur.. terserah gue dong mau gimana juga, " ujar Nadia dengan nada tinggi.
"Ma.. maaf Non, " ujar bi Nur yang takut dengan kemarahan Nadia, karna Nadia tak segan-segan akan memukul para pekerja yang berani melawan nga, atau menjalankan perintah dari Merida.
"Sebaiknya lo jangan ber ulah bi Nur, " ujar Nadia dengan sinis dan berlalu meninggalkan bi Nur yang menunduk ketakutan.
…………
"Mana si Nadia kok belum datang juga, " ujar Olivia yang sudah bosan menunggu kedatangan Nadia, mereka tadi berada di luar dan posisi mereka juga tak jauh dari klab itu, maka mereka datang dengan cepat menuju tempat yang di janjikan.
"Sabar lah Liv, kan jarak mansion Nadia kesini lumayan jauh, " ujar Andini.
"Nah itu dia, " ujar Reni yang sudah melihat mobil Nadia.
"Lo kok lama Nad, " tanya Olivia setelah Nadia menghampiri mereka.
"Biasa ada sedikit kendala, " jawab Nadia.
"Udah yuk kita masuk, " ajak Andini pada Nadia dan lain nya.
"Ini nih yang gue butuhin.. ketenangan, " ujar Nadia sambil menggerakkan badan nya mangut-manggut mengikuti irama musik DJ di klab itu.
"Duduk sana yuk, ?" ajak Reni yang melihat bangku kosong.
"Bang seperti biasa, " ujar Nadia pada salah satu pegawai di klab itu setelah mereka duduk dengan nyaman.
"Lo serius mau minum Nad, ? tanya Andini.
"Emang kapan gue boong, " jawab Nadia.
"Apa gak apa-apa lo minum, nanti lo kena marah, " ujar Andini, karna di antara mereka Andini lah yang selalu berpikiran matang.
"Lo tenang aja, nyokap bokap gue gak ada di mansion.. begitu juga kakak gue, " ujar Nadia.
"Emang mereka kemana Nad, ?" tanya Olivia.
"Nyokap gue masuk rumah sakit, " jawab Nadia enteng.
"APA!!!????" tanya teman Nadia serempak.
"Berisik an-jing, " ujar Nadia dengan menutup kuping nya.
"Elo tadi bilang apa Nad, ?" tanya Reni kembali yang takut salah pendengaran.
"Nyokap gue masuk rumah sakit, " jawab Nadia mengulang kata yang sama.
"Dan lo malah di sini, ?" tanya Andini yang heran dengan kelakuan teman nya itu.
"Lah terus gue harus dimana, ?" tanya balik Nadia yang suskes membuat teman-teman nya melongo.
"Kalian kenapa malah diem, ?" tanya Nadia lagi.
"Ekhemm.. "Andini berdehem untuk menetralkan perasaan kaget nya.
"Elo nanya harus dimana, " ujar Reni dan Nadia mengangguk.
"Apa lo gak mau nemenin nyokap lo, ?" tanya Olivia.
"Buat apa, lagian disana kan udah ada kakak gue.. sama bokap gue juga, " jawab Nadia tanpa beban.
"Astaga Nad.. " ujar Andini sambil menggelengkan kepalanya.
"Kenapa dengan gue Din, ?" namanya Nadia.
"Nyokap lo sakit, tapi lo malah ajak kita kesini, " ujar Andini lagi dengan wajah heran nya.
"Lo kok jadi ribet gitu Din.. " ujar Nadia sinis.
"Bukan gitu Nad, " ujar Andini.
"Udah ya.. gue datang kesini karna mau ngilangin setres, dan kalian malah bikin mood gue tambah ancur, " ujar Nadia sambil beranjak meninggalkan teman-teman nya.
"Nad lo mau kemana, ?" tanya Olivia.
"Kemana aja.. yang penting bukan ketemu orang ribet kek kalian, " jawab Nadia dengan sinis.
Reni, Olivia, Andini tak ada yang menghalangi Nadia, mereka membiarkan Nadia pergi tanpa menahan kepergian nya.
"Gue gak mau terlibat sama urusan Nadia, "ujar Andini.
"Apa maksud lo Din, ?" tanya Reni.
"Lo liat sendiri kan sikap temen lo itu, " jawab Andini.
"Dia temen lo juga Din, " ujar Reni yang tak suka dengan jawaban Andini.
"Tapi gue gak kaya kalian, " ujar Andini sambil beranjak pergi meninggalkan Olivia dan Reni.
"Ini kenapa jadi gini sih, ?" ujar Reni sambil menjambak rambut nya prustasi, sedangkan Olivia hanya diam saja tanpa mau berbicara.
………………
"Gimana Dad, udah ketemu belum alamat nya, ? tanya Albian pada pak Wibowo.
"Sabar lah son.. ini Daddy masih nyari, " jawab pak Wibowo.
"Lelet banget sih Dad, " ujar Albian menggerutu.
Tok.. tok.. tok.. terdengar pintu di ketuk dari luar.
"Masuk, " ujar pak Wibowo.
"Ada apa, ?" tanya pak Wibowo setelah asisten nya berada di dalam.
"Ini informasi yang Tuan minta, " jawab sang asisten.
"Taruh di meja, " ujar pak Wibowo.
"Baik Tuan.. kalo begitu saya permisi, " ujar sang asisten, pak Wibowo pun hanya melambaikan tangan nya saja untuk menanggapi ucapan sang asisten.
"Bacalah, " perintah pak Wibowo pada Albian sambil menyodorkan beberapa lembar kertas dan juga ada beberapa foto.
"Aahh.. penolong ku, ternyata dia sangat cantik dan gagah, " ujar Albian.
"Ck.. ck.. berkedip lah Boy, dan lagi..kenapa perempuan harus gagah, " ujar pak Wibowo yang heran dengan tingkah anak semata wayang nya itu.
"Apaan si Dad, " ujar Albian merasa terganggu dengan seruan sang Daddy.
"Ternyata dia ada di salah satu sekolah kita Dad, " ujar Albian dengan gembira, sambil terus membaca lembar demi lembar kertas yang ada di tangan nya.
"Dan dia juga adalah salah satu donatur terbesar di sekolah kita itu Boy, " ujar pak Wibowo.
"Calon istri ku memang harus seperti dia Dad, " ujar Albian dengan PD mengaku Siska sebagai calon istri nya.
"Sejak kapan anak Daddy tak punya rasa malu, ?" tanya pak Wibowo pada Albian.
"Sejak bertemu dengan calon istri ku ini, " jawab Albian dengan ringan.
"Emang dia mau sama kamu Boy, " tanya pak Wibowo.
"Siapa yang gak mau sama orang ganteng gini sih Dad, ?" jawab Albian sambil bertanya.
"Hiliihh.. gantengan juga Daddy, " ujar pak Wibowo.
"Ganteng apanya, ?" ujar Albian mengejek sang Daddy.
"Kamu ini..
BERSAMBUNG.
