Namanya Kevin. Di usianya yang baru menginjak angka 20 tahun, dia harus mendapati kenyataan buruk dari keluarganya sendiri. Kevin dibuang, hanya karena kesalahan yang sebenarnya tidak dia lakukan.
Di tengah kepergiannya, melepas rasa sakit hati dan kecewa, takdir mempertemukan Kevin dengan seorang pria yang merubahnya menjadi lelaki hebat dan berkuasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keributan Di Depan Rumah
"Buka gerbangnya, cepat!" bentak seorang wanita, yang usianya sudah menginjak lebih dari 60 tahun. Wanita itu sangat geram karena sejak dia datang bersama suami dan anaknya, dua penjaga keamanan yang diberi tugas untuk menjaga gerbang rumah milik pimpinan black diamond, sama sekali tidak mematuhi perintahnya.
Setelah gagal memprovokasi Hernandez di kantornya, Margita kini menjalankan rencana cadangannya, bersama anak dan suaminya. Dengan percaya diri yang cukup tinggi, mereka mendatangi kediaman anak kandung yang telah dia sia-siakan.
"Kalian mau dipecat apa bagaimana, hah!" Kalian tahu kan kami siapa?" suami dari wanita itu juga ikut membentak sang petugas dengan nada tak kalah lantang.
"Maaf Tuan dan Nyonya, kami hanya menjalankan tugas," ucap salah satu penjaga.
Sebenarnya, mereka bisa saja menghempas keluarga itu karena sudah jelas, tubuh dua penjaga itu lebih tegap dan lebih tinggi. Tapi demi menghargai sang pemilik rumah yang masih ada hubungan darah dengan wanita tua itu, dua penjaga memilih berusaha menahan amarahnya.
"Kurang ajar! Akan aku laporkan perlakuan kalian kepada anakku! Aku pastikan, saat ini juga, kalian akan kehilangan pekerjaan!" wanita bernama Margita langsung meraih ponsel dalam tas yang dia tenteng dan langsung bersandiwara untuk menakut-nakuti dua penjaga kemaaan itu.
Di saat bersamaan, mereka dikejutkan dengan kedatangan sebuah mobil yang tepat berhenti di depan pintu gerbang. Begitu salah satu kaca mobil terbuka, dua petugas keamaaan langsung memberi hormat karena mengenali orang yang ada di dalamnya.
"Tuan Pedro, Anda mau masuk?" salah satu petugas keamanan menyapa dengan ramah.
"Paman Gito, tolong buka pintunya cepat! Aku dah keburu pengin ke toilet," satu satunya wanita yang ada di dalam mobil tiba-tiba bersuara, membuat semua yang mendengarnya terkejut bersamaan.
"Eh, ada Nona muda, baik, Non!" salah satu petugas keamanan segera menjalankan perintah.
"Apa itu tadi cucuku?" tanya Margita pada suami dan anaknya.
"Pastilah Mom, siapa lagi di rumah ini yang dipanggil Nona muda," jawab Dorman.
"Ah iya," wajah Margita langsung berbinar. "Cucu, hallo, cucu, ini nenek! Cucuku, sayang."
Semua yang ada di dalam mobil seketika melempar pandangan pada gadis bernama Nadira.
"Ngapain kalian malah pada lihatin aku?" sungut Nadira. "Paman Noel, ayo masuk, aku udah nggak tahan ini."
"Baik, Nona," Noel lansung menjalankan mobilnya kembali setelah gerbang benar benar terbuka.
"Cucuku, ini nenek sayang, cucuku!" Magita berusaha mengejarnya, tapi langkahnya terhenti karena satu penjaga menghalanginya. "Minggir kamu!" Margita langsung tak terima. "Aku mau ketemu cucuku!"
"Maaf, Nyonya, anda tidak bisa masuk!" sang penjaga terus berusaha menghalangi.
"Benar-benar kurang ajar kalian ya?" Dorman tak terima. "Minggir! Kami mau masuk!" pria itu mendorong si penjaga.
"Eh, anda jangan kasar!" penjaga lainnya tak terima dan langsung membentak Dorman. Dia juga segera menutup pintu gerbang otomatis dan ikut menghalangi tiga orang yang memaksa masuk.
"Kamu berani sama aku, hah!" Dorman langsung menunjukan diri bahwa dirinya adalah orang yang hebat.
"Anda pikir saya takut!" diluar dugaan, penjaga itu malah ikut maju sambil membusungkan dada dan menantang Dorman.
Seketika nyali Dorman menciut dan dia agak mundur beberapa langkah.
"Jangan memaksa kami untuk bertindak menggunakan kekerasan ya! Lebih baik sekarang, kalian pergi!" bentak slah satu petugas keamaan. "Ayo, Bro, masuk!" dia mengajak rekaannya untuk masuk ke dalam pos jaga.
"Sialan! Awas kalian! Kalau aku sudah menjadi nyonya rumah ini, kalian orang pertama, yang akan aku pecat!" maki Margita tak terima. Mau tidak mau, mereka pun pergi dengan segala kekesalan yang masih membara.
"Ikuti mereka, Berry!" titah Chen. Dua pria yang sedari tadi mengikuti mobil Pedro, nampaknya tertarik dengan keributan yang terjadi di depan pintu gerbang. Apalgi mereka mendengar teriakan Margita saat memanggil cucu, mereka yakin kalau tiga orang itu ada hubungannya dengan Hernandez.
"Baiklah," Berry kembali menyalakan mesin mobil dan segera menjalankan perintah rekan kerjanya.
Sedangkan di tempat lain, tepatnya di salah satu hunian mewah.
"Argo? Kamu?" Maya sangat terkejut kala melihat anaknya pulang dari kampus. "Kenapa badanmu babak belur kaya gini? Apa yang terjadi sama kamu, Go? Kamu habis berkelahi?" wanita itu langsung mencecar banyak pertanyaan sambil mengajak sang anak duduk di sofa ruang tengah keluarga.
"Bukan berkelahi, Ma, tapi aku habis dianiaya," jawab Argo nampak kesal.
"Dianiaya? Kurang ajar! Siapa yang berani menganiaya kamu?" Maya seketika langsung murka. "Ini nggak bisa dibiarkan."
"Kevin," jawab Argo dengan enteng
"Kevin?" Maya kembali terkejut. "Anak itu berani menganiaya kamu? Bagaimana bisa?"
"Aku juga nggak tahu, Ma, tiba-tiba dia nyerang aku," jawab Argo dusta. "Aku tuh tadi lagi ngobrol sama teman-teman di kampus. Tiba-tiba Kevin marah-marah. Padahal aku udah ngomong baik-baik, eh malah dia menghajarku."
"Kurang ajar! Ini nggak bisa dibiarkan! Bagaimana bisa dia berani datang ke kampus? Bukankah dia sudah dikeluarkan?"
Di saat bersamaan, Maya melihat kehadiran Dirgantara dan Kevin yang juga baru pulang. Maya pun langsung mendekat dan segera melaporkan keadaan Argo.
"Pa, lihat, pa, lihat Kevin," tunjuk Maya sambil menarik tangan Dirgantara.
"Loh, kamu kenapa, Go?" Vano yang bertanya.
"Dia habis dianiaya Kevin di kampusnya, lihat!" Maya yang menjawab. "Parah banget, kan?"
"Kevin?" ucap Vano.
"Iya, Kak," jawab Argo. "Tadi setelah Papa sama Kakak pulang, Kevin menghampiriku, memaki terus menghajarku. Teman-teman aku pun ada yang kena hajar," lagi lagi Argo memberikan keterangan palsu. Sudah pasti, dia memiliki maksud tersembunyi melakukan kebohongan itu.
"Kurang ajar! Ini sih nggak bisa dibiarkan, Pa. Kevin sudah sangat keterlaluan," ucap Vano tidak terima.
"Emang apa yang terjadi sih, Pa? Papa tadi dari kampus?" tanya Maya, masih bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Vano yang menjawab pertanyaan Maya. Dia menceritakan sebagian yang terjadi saat mereka menemui Kevin dan pihak kampus.
"Wahh, ini sih nggak benar, Pa, Mama nggak terima, Kevin harus segera ditindak. Bila perlu, masukan dia ke penjara, Pa" Maya terlihat begitu geram dan tidak terima. "Lagian, kenapa pihak kampus bisa seenaknya gitu, main terima mahasiswa yang bermasalah?"
"Karena ada orang besar yang melindungi Kevin, Ma," jawab Vano.
"Orang besar? Maksudnya?"
"Orang yang memiliki kekuasan tingkat dunia. Kevin dilindungi oleh orang seperti itu."
"Hah! Mana mungkin?" Maya dan Argo terperangah mendengarnya. "Bagaimana bisa Kevin memiliki pelindung sebesar itu?"
"Kami juga nggak tahu, Ma, kami sedang menyelidiki," jawab Vano. "Yang pasti, ini ada sangkut pautnya dengan cewek yang kena kasus bareng Kevin, ternyata dia anak orang paling kaya di kampus Argo."
"Apa! Kok bisa sih?"
"Itu dia yang sedang kita selidiki, Ma," jawab Vano. "Kita belum tahu, siapa orang tua gadis itu. Kalau sudah tahu, kita akan mendekatinya."