Di negeri fantasi Qingya, seorang gadis bernama Lian Yue tiba-tiba membangkitkan Spirit Rubah Perak sebelum usianya genap 18 tahun—sesuatu yang mustahil dan sangat berbahaya. Kejadian itu membuat seluruh sekte mengincarnya karena dianggap membawa warisan kuno.
Saat ia kabur, Lian Yue diselamatkan oleh pewaris Sekte Naga Hitam, Shen Ryuko, lelaki dingin dan kuat. Namun ketika tubuh mereka bersentuhan, Qi mereka saling menyatu—tanda bahwa mereka adalah pasangan ritual yang hanya bisa diaktifkan lewat hubungan intim.
Sejak itu, keduanya terikat dalam hubungan berbahaya, penuh gairah, dan diburu para sekte yang ingin merebut kekuatan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 — Tarikan Takdir
Lian Yue terbangun dalam keheningan yang tebal, tetapi ia tahu bahwa itu hanyalah lapisan tipis yang menyembunyikan kekerasan yang baru saja terjadi. Ia tidak merasakan sakit, hanya kelelahan yang luar biasa dan kehangatan yang asing.
Ia membuka mata perlahan. Ia berada di kamar yang sama, tetapi ia tidak sendirian.
Shen Ryuko ada di sana, duduk di ranjang yang sama, bersandar di kepala ranjang batu. Punggung mereka saling menempel, telapak tangan Ryuko diletakkan di tulang belikatnya, menyalurkan Qi Yang yang kini terasa begitu alami—bahkan esensial—seperti napas.
Ryuko tertidur, kelelahan setelah pertarungan. Wajahnya yang biasanya kaku kini tampak tenang, bahkan sedikit rentan. Ada noda darah kering di jubah hitamnya, sisa dari pertempuran yang ia lakukan demi Lian Yue.
Lian Yue merasa hatinya terpilin. Pria ini adalah Naga yang dingin, pembunuh yang brutal, dan kini ia adalah satu-satunya pelindungnya. Ryuko adalah ancaman terbesarnya dan satu-satunya sumber kehidupannya.
Ia mencoba bergerak menjauh, sekadar untuk melihat wajah Ryuko, tetapi bahkan gerakan minimal itu memicu sentakan Qi Yin yang dingin. Otot-ototnya menegang.
Ryuko, yang tidurnya seringan bulu Spirit Naga, langsung terbangun. Matanya terbuka, kembali memancarkan kilatan emas yang dingin.
"Jangan bergerak," perintah Ryuko, suaranya parau karena baru bangun. "Qi-mu belum sepenuhnya stabil."
"Maaf," bisik Lian Yue, merasa malu. "Aku hanya... ingin tahu apa yang terjadi."
"Mereka melarikan diri," jawab Ryuko, bangkit sedikit dan meluruskan punggungnya. Lian Yue terpaksa ikut bangkit, kepalanya bersandar di bahu lebar pria itu. "Lord Hei Wenzhan mengirim antek-anteknya untuk menculikmu. Aku menyingkirkan mereka. Itu saja."
"Dan formasi pelindung Paviliun Utara?"
Ryuko terdiam sejenak. "Hancur, karena lonjakan Qi-mu sendiri."
Lian Yue menunduk. Rasa bersalah menghantamnya. Bukan musuh, tapi dirinya sendirilah yang hampir merobek pertahanan sekte. "Aku tidak bisa mengontrolnya."
"Aku tahu," Ryuko menghela napas. Ia membalikkan tubuh, kini sepenuhnya menghadap Lian Yue, tetapi lutut mereka masih saling bersentuhan. Ia tidak peduli pada batasan. Ia hanya peduli pada koneksi Qi mereka.
Ryuko meraih tangan Lian Yue yang memiliki Tanda Ikatan. Ia menatap garis naga dan rubah yang kini bersinar pudar di bawah kulit.
"Aku tidak bisa jauh darimu, Lian Yue," kata Ryuko, pengakuannya terdengar berat, seperti janji yang dipaksakan. "Bukan karena aku menginginkannya. Tapi karena Qi kita saling menuntut. Ketika kau dalam bahaya, Qi Yin-mu berteriak, dan Naga di dalam diriku meresponsnya dengan liar."
Lian Yue menatapnya. Ia melihat gairah, tetapi juga keputusasaan yang nyata di mata emas itu. Ryuko juga adalah korban dari takdir ini.
"Kau membunuh mereka," ujar Lian Yue, nadanya datar.
"Tentu saja aku membunuh mereka," jawab Ryuko tanpa keraguan, nadanya kembali menjadi dingin dan posesif. "Mereka mencoba mengambil apa yang menjadi milikku. Warisan Purnama, dan tentu saja... kau. Aku tidak akan membiarkan siapa pun mencuri kekuatanku, atau menodai takdir yang sudah ditakdirkan untukku."
Klaim kepemilikan itu membuat Lian Yue merinding, tetapi anehnya, itu juga memberinya rasa aman. Ia benci betapa kuatnya rasa aman itu.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Lian Yue.
Ryuko hanya mengencangkan genggamannya. "Kita melanjutkan Latihan Kedekatan, sampai kita mencapai fusi Qi yang sempurna tanpa harus kehilangan kendali. Kita harus mengalahkan insting Rubah dan Naga ini."
Malam itu, Lian Yue melakukan Meditasi Spiritual. Ia menutup mata, mencoba menyatukan fokusnya.
Saat ia memasuki Alam Roh, ia mendapati dirinya berdiri di Lembah Purnama yang sama. Di depannya, Spirit Rubah Ekor Perak, Yueyin, berdiri anggun. Yueyin memiliki sembilan ekor perak yang bersinar, dan matanya adalah cerminan bulan purnama yang dingin.
"Yueyin," panggil Lian Yue.
Gadis bodoh. Suara Yueyin terdengar seperti gemerisik daun di musim dingin, menusuk. Kau mencoba menolak takdirmu.
"Aku tidak menolak takdir. Aku menolak Ritual Ikatan Tubuh! Aku tidak mau menjadi alat bagi Naga Hitam," protes Lian Yue.
Yueyin bergerak mendekat, auranya memancarkan kekuatan yang luar biasa. Shen Ryuko bukan alat. Dia adalah pasangan yang kau tangisi selama delapan belas tahun. Dia adalah Qi Yang yang ditakdirkan untuk menyeimbangkan Qi Bulan yang kau bawa.
"Aku tidak mencintainya!" teriak Lian Yue, suaranya bergetar.
Yueyin menyeringai, memperlihatkan taring peraknya. Cinta adalah konsekuensi, bukan penyebab. Ikatan ini adalah perjanjian hidup, perjanjian Qi. Dia adalah satu-satunya yang bisa menyelamatkanmu dari kehancuran.
Rubah itu mengarahkan hidungnya ke dada Lian Yue.
Kau merasakan dia. Kehangatan Qi Naganya telah membangunkan naluri terbesarmu. Setiap kali kau dalam bahaya, bukan ketakutan yang kau rasakan, tapi kebutuhan untuk berada di bawah perlindungannya, menyerap Qi Yang-nya.
Perasaan malu yang kau rasakan saat kau menyentuhnya—itu adalah bukti bahwa nalurimu telah menemukan Tuan-nya. Dia adalah pasangan Ritualmu, Lian Yue. Kau harus melakukan Ritual Ikatan Tubuh, atau kita akan mati pada Purnama berikutnya.
"Tidak! Aku akan mencari cara lain!" Lian Yue menolak, mundur dari Yueyin.
Tidak ada cara lain. Yueyin memotongnya dengan dingin. Hanya Ikatan Tubuh yang sempurna yang akan menstabilkan Warisan Purnama. Jika kau terus menunda, ia akan datang mencarimu dan menyelesaikannya secara paksa.
Itu adalah tugas seekor Naga yang menemukan Rubahnya. Dan kau adalah Rubah. Kau harus menyerah pada takdir.
Lian Yue terlempar keluar dari Alam Roh, jantungnya berdegup kencang. Ia terengah-engah, kembali ke kamar batu yang dingin.
Ia menatap Ryuko, yang sedang bermeditasi di seberangnya. Kata-kata Yueyin menggema: Dia adalah pasangan Ritualmu.
Rasa malu, takut, dan penolakan (denial) membanjirinya. Ryuko adalah Naga yang tampan dan kuat, ya, tetapi ia adalah orang asing! Ia tidak bisa menjalani Ritual Ikatan Tubuh, sebuah hubungan intim yang sakral, hanya karena takdir spiritual.
Lian Yue segera bangkit, mencoba berjarak dari Ryuko, tetapi ia harus melakukannya dengan hati-hati. Ia tidak ingin memicu lonjakan Qi lagi.
Ryuko membuka matanya, menyadari gerakan Lian Yue. Ia mengulurkan tangan.
"Mau kemana?" tanya Ryuko, nadanya mengendalikan.
"Aku... aku hanya ingin udara segar. Aku tidak tahan berada di sini terus-menerus," dusta Lian Yue. Sebenarnya, ia tidak tahan dengan tarikan yang tak terhindarkan itu.
Ryuko mengerutkan kening. Ia merasakan ada keraguan baru dalam diri Lian Yue.
"Kau tidak bisa," kata Ryuko. "Qi-mu masih terlalu fluktuatif. Jika kau pergi tanpa... dukungan dariku, kau akan pingsan lagi."
"Aku akan baik-baik saja!" desak Lian Yue.
Ia berjalan menuju pintu, dan Ryuko membiarkannya. Namun, begitu Lian Yue mencapai kusen pintu, Ryuko melepaskan fokus Qi Naganya.
WUSH!
Lian Yue langsung limbung, tubuhnya terasa berat dan dingin. Ia hampir jatuh ke lantai, untungnya ia berhasil menahan diri dengan berpegangan pada kusen pintu.
"Lihat," Ryuko berbisik, nadanya kini dingin dan tanpa emosi. "Kau adalah tawanan takdir, Lian Yue. Dan takdirmu terikat padaku."
Ryuko bangkit, bergerak ke arah Lian Yue dengan langkah lambat, memancarkan aura posesif yang kuat.
"Kau tidak akan ke mana-mana," kata Ryuko, mendekat hingga hidungnya hampir menyentuh rambut Lian Yue. "Aku tahu apa yang kau pikirkan. Kau ingin lari, menolak Ikatan ini. Tapi aku tidak akan membiarkannya."
Ryuko memegang dagu Lian Yue, memaksa gadis itu mendongak.
"Dengarkan aku. Aku menyelamatkanmu dari sekte-sekte yang akan menjadikanmu pelayan ritual. Aku mempertaruhkan posisi pewarisku untuk melindungimu. Aku adalah satu-satunya kesempatanmu untuk mengendalikan Warisan Purnama ini."
"Aku... aku tahu," Lian Yue berbisik, matanya berkaca-kaca.
Ryuko menunduk, bibirnya mendekat ke telinga Lian Yue.
"Mulai sekarang, kita tidur di ranjang yang sama," bisik Ryuko, nadanya mutlak. "Tidak ada lagi jarak. Tidak ada lagi meditasi di kursi terpisah. Kita harus membiasakan diri dengan sentuhan ini, sampai naluri Rubahmu dan Nagaku mengerti bahwa Ikatan ini adalah untuk perlindungan, bukan untuk gairah liar."
Lian Yue terkejut. "Tidur bersama? Tapi—"
"Tidak ada tapi," potong Ryuko, mencium lembut dahi Lian Yue, tepat di titik spiritualnya. Sentuhan itu mengirimkan gelombang Qi Yang yang menenangkan, tetapi juga memicu reaksi panas di perut Lian Yue. "Itu perintah. Jika kau tidak ingin ritual ikatan terjadi di tengah malam karena Qi-mu meledak tanpa kontrol."
Ryuko menarik Lian Yue kembali, memeluknya dengan erat, merasakan kehangatan yang dibutuhkan.
Lian Yue memejamkan mata, membiarkan dirinya ditarik. Ia tidak bisa melawan logika itu. Tarikan takdir itu sudah terlalu kuat, dan ia terlalu lemah untuk menolaknya. Malam ini, ia akan tidur di sisi Naga Dingin yang paling ia takuti, demi menyelamatkan hidupnya sendiri.
Tarikan Takdir ini baru saja dimulai.