Gadis Incaran Vampir

Angel menundukkan kepalanya, dia memalingkan pandangannya ke luar jendela.

'Dia... kenapa dia?' batin Angel.

Sepanjang perjalanan, suasana benar-benar sangat canggung, sebenarnya lebih ke tegang. Kalau Angel, sudah pasti dia merasa takut pada pria di depan itu, yang sedang mengemudikan mobil menuju ke arah kampus itu. Sedangkan Darryl, dia melihat Zevran memang bukan seseorang yang bisa di ajak bicara. Seperti yang dikatakan oleh Nelson tadi, tidak usah mengajak Zevran bicara, dia bukan seseorang yang suka bicara.

Perjalanan ke kampus yang sebenarnya hanya sekitar 20 menitan lebih sedih sedikit itu, terasa semakin lama bagi Angel. Rasanya sungguh sangat lama.

Apalagi dia sama sekali tidak berani menoleh ke arah pria itu. Hingga mereka tiba di kampus. Angel bahkan langsung melepaskan sabuk pengamannya. Dia memegang gagang pintu, tapi pintu mobil itu tidak bisa terbuka.

'Ya ampun, pintunya di kunci' batin Angel cemas.

Darryl yang juga sudah melepaskan sabuk pengamannya. Pria itu menoleh dulu ke arah Zevran sebelum dia berniat membuka pintu mobil.

"Tuan Zevran, terimakasih..."

Darryl terkejut, pria itu bahkan sudah melepaskan sabuk pengamannya dan keluar dari dalam mobilnya. Pria itu pergi begitu saja meninggalkan mobilnya. Saat pintu mobil bagian Zevran tertutup, saat itulah kunci pintu bagian Angel terbuka.

Angel dengan cepat membuka pintu dan keluar dari dalam mobil itu. Darryl juga, dia melihat ke arah Zevran yang berjalan dengan langkah cepat menjauh dari tempat mereka berada.

'Pria itu, dia terlihat seperti marah? bukankah dia yang menabrak, kenapa dia yang marah?' batin Darryl.

Angel melihat ke sekeliling tempat itu.

"Kak, dimana kita harus daftar ulan" tanya Angel.

Darryl pun kembali fokus pada Angel.

"Disana, ayo aku antar!" kata Darryl yang memang beberapa waktu lalu mengurus pendaftaran ulang Olivia juga. Jadi, dia tahu dimana tempatnya.

Setelah daftar ulang, Darryl menerima pesan dari Nelson kalau mobilnya akan dikirimkan oleh orang bengkel setengah jam lagi.

"Kita bisa makan sesuatu dulu mungkin, di kantin kampus ini, bagaimana?" tanya Darryl.

Angel mengangguk setuju, dia kan memang cuma bisa setuju. Daripada menunggu di depan gerbang kampus.

Angel dan Darryl pergi ke kantin kampus. Mereka memesan finger food. Dan jus buah.

"Semuanya berjalan sangat baik. Apa kamu sudah siap untuk masuk kampus, lusa?" tanya Darryl pada Angel.

Angel mengangguk perlahan. Dan tiba-tiba saja Angel berpikir, kalah sebaiknya dia mengatakan yang sebenarnya. Tentang Aline yang menyukai Darryl.

"Kak Darryl" panggil Angel.

Darryl tampak senang, Angel menyebut namanya.

"Iya, Angel"

"Bagaimana menurut kak Darryl, tentang Aline?" tanya Angel membuka pembicaraan tentang Aline.

Darryl menatap Angel, dan raut wajahnya yang tadinya terlihat senang. Mendadak berubah terlihat serius.

"Aline?" tanya Darryl.

Angel mengangguk cepat.

"Iya, bukankah dia cantik, baik dan cukup perhatian..."

"Maksud kamu bicara seperti itu?" tanya Darryl.

Dia seorang pengacara, sangat mudah baginya mengerti maksud Angel. Dari kata-kata yang sebenarnya sangat biasa itu.

Angel menelan salivanya lumayan sulit, karena tatapan Darryl berubah. Sekarang pria itu terlihat menatap ke arahnya dengan sangat serius.

"Maksudku..."

"Bibi Martha sudah tahu aku sangat menyukaimu. Itu benar Angel, aku menyukaimu bahkan ketika kita masih kecil dulu, aku semakin menyukaimu sejak pertama kita bertemu. Dan aku tahu, Aline itu memang seperti yang kamu katakan. Dia cantik, baik dan cukup perhatian. Tapi, aku hanya menganggapnya sebagai adik. Tidak lebih dari itu. Satu-satunya yang aku sukai adalah kamu!" kata Darryl.

Angel terdiam, Darryl jelas telah menyatakan perasaannya pada Angel.

"Tapi bagaimana jika Aline menyukaimu kak Darryl?" tanya Angel.

"Dia masih sangat muda, begitu dia bertemu dengan pria yang lebih baik. Aku pikir, rasa sukanya itu bisa saja berubah" jelas Darryl.

"Tapi...."

"Apa kamu tidak menyukaiku?" tanya Darryl.

Angel tidak bisa menjawabnya, dia bukan tidak suka, dia juga tidak tahu, apa nantinya bisa suka atau tidak. Tapi, dia memang bukan tidak menyukai Darryl juga. Ini sungguh pertanyaan yang sulit di jawab.

"Aku..."

"Tidak masalah Angel, kamu tidak perlu menjawabnya saat ini. Hubungan ini sangat diharapkan oleh ibuku dan bibimu. Kita bisa jelaskan pada Aline pelan-pelan. Benarkan?" tanya Darryl.

Angel tidak bisa menjawabnya. Dia hanya diam, dia benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa. Tapi perjodohan ini yang mengatur adalah bibinya. Bagaimana dia akan mengecewakan bibinya dan ibunya Darryl.

"Tapi Aline..."

"Dia tidak pernah mengatakan dia menyukaiku" kata Darryl menyela, "atau kita bisa langsung tanya saja padanya, bagaimana?" tanya Darryl.

Sekarang, entah kenapa malah pilihannya semakin sulit bagi Angel.

"Kak Darryl, biar aku yang tanya saja" kata Angel.

"Baiklah" sahut Darryl yang tidak ingin membuat Angel merasa terdesak atau tidak nyaman.

Beberapa saat kemudian, Nelson memberi kabar, mobil Darryl sudah ada di tempat parkir. Darryl pada akhirnya pulang mengantarkan Angel ke rumah.

Angel sengaja membaca buku di ruang tengah, menunggu Aline keluar dari dalam kamar. Tapi tampaknya Aline sungguhan sedang marah. Bahkan makan siang tadi, bibi Martha sudah memanggilnya, dia juga tidak keluar.

"Angel, kamu tidak istirahat saja?" tanya bibi Martha.

"Bibi, Aline..."

Martha melirik ke arah pintu kamar Aline, wanita paruh baya itu menghela nafas dalam-dalam sampai bahunya terangkat agak tinggi lalu turun lagi.

"Bibi juga tidak tahu dia kenapa? dia marah karena tidak di ajak nak Darryl saat mengantarkan kamu ke kampus. Dia sungguh tidak masuk akal. Dia bilang bibi sama sekali tidak paham. Memangnya apa yang bibi tidak paham? dia kan sudah daftar ulang sebelum libur, bibi sudah mengurusnya. Dia kenapa ingin sekali ikut ke kampus?" bibi Martha terlihat mengeluarkan semua unek-uneknya.

Dia sungguh tak mengerti jalan pikiran anak bungsunya itu.

Angel semakin yakin, dia semakin yakin kalau Aline memang suka pada Darryl.

"Bibi, bagaimana kalau... ini hanya perumpamaan ya, bi. Hanya bagaimana gitu..."

Martha mengernyitkan keningnya. Dia agak bingung dengan apa yang ingin disampaikan oleh Angel padanya.

"Angel, bagaimana apa? perumpamaan apa sih? kok bibi malah bingung" keluh bibi Martha.

Angel sebenarnya ragu mengatakannya. Tapi, bukankah dia memang harus mengatakannya.

"Bibi, itu...."

"Itu apa?" tanya Martha merasa penasaran sekali.

"Itu, kalau..." Angel sungguh ragu. Dia takut bibi Martha terkejut.

Tapi bicara sepotong-sepotong begitu juga membuat Martha mendengus pelan.

"Angel, kalau apa?" tanya Martha dengan nada bicara sedikit tegas.

"Bibi, bagaimana kalau..."

"Angel!"

"Bibi, aku rasa Aline suka pada kak Darryl"

"Apa?" bibi Martha sungguh terkejut.

Angel mengangguk perlahan.

"Bibi, aku rasa memang begitu. Aline menyukai kak Darryl, bagaimana kalau perjodohan ini dibatalkan saja? Aline akan sedih, bibi" kata Angel.

Martha masih sangat terkejut.

"Kenapa seperti ini? nak Darryl itu suka padamu, dia sama sekali tidak suka pada Aline. Biar bibi bicara pada Aline..."

"Bibi"

***

Bersambung...