"Aku ini kamu anggap istri bukan sih mas! Pulang kerja tidak pernah menyapaku, langsung main HP sampai lupa waktu, waktu sholat pun kau lupa" sentak Andin. "Diam kau! Aku ini lelah bekerja, pulang2 malah denger kau ngomel? Tak tau diri! Ini rumahku! Ini kehidupan ku, kau cuma numpang tak usah mengatur ku" jawab Firman tak mau kalah.
Deg
Andin terkejut dengan penuturan suaminya. Apa dia bilang? Ini rumahnya? Hah yang benar saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuma Utari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Di Kampung
"Assalamu'alaikum" ucap Andin begitu memasuki rumah. Ia sampai di rumah selepas adzan maghrib. Sebelumnya ia sudah sholat terlebih dahulu di masjid.
"Walaikumsalam ibuuuk, kok baru pulangg" jawab Fara sambil menyalami takzim tangan ibunya.
"Maaf ya nak tadi ibu ada urusan sebentar di luar, mbak? Fara udah makan kan? " tanya Andin pada pengasuh Fara yang muncul dari dapur.
"Belum bu, tadi Fara katanya mau nunggu ibu, tapi Wati udah masak kok bu buat kita makan"
"Oh ya? Wahh makasih ya Wati tau aja kamu kalau aku capek hehe. Ibu mandi dulu ya sayang" pamitnya pada putrinya.
Selesai makan, Andin langsung menghampiri putrinya yang sedang belajar bersama pengasuhnya di kamar. Ia harus membicarakan masalah ini sekarang.
"Sayang, ibu mau bicara. Mulai besok kita akan pindah ya, untuk sementara kita akan tinggal di apartemen"
"Eh kok pindah bu? Kenapa? "
"Iya bu, terus saya gimana? " tanya Wati yang penasaran dengan nasibnya.
"Kamu ya ikut Wat. Gimana, kamu mau emangnya disini ngelayanin penghuni lain? "
"Ihh gamau buu, amit2 Wati ngelayanin Ibu Winda sama itu mbak Retno hiii" ucap Wati dengan gerakan menggoyangkan bahu.
"Haha ya kali aja mau kamu Wat, oh iya sayang, besok pulang sekolah ibu jemput ya, dan tugas Wati adalah membereskan pakaiannya Fara yaa. Nanti selepas menjemput Fara kamu juga aku jemput Wat"
"Tapi kenapa kita pindah bu? " tanya Fara penasaran.
"Ada sesuatu yang terjadi dengan ibu dan ayah nak. Mungkin kedepannya ibu sama ayah nggak akan bersama-sama lagi. Tapi, jangan takut. Kasih sayang ayah ke Fara insyaallah tidak berubah yaa" jelas Andin.
"Buu, kalau ibu mau pisah sama ayah Fara gapapa. Ayah jahat bu, gak pernah sayang sama Fara. Sayangnya sama Chika terus. Fara dimarahin terus" ucap Fara sambil menundukkan kepala.
Andin dan Wati yang mendengar keluh kesah Fara tak kuasa menahan air mata mereka. Sungguh menyakitkan bagi Fara. Anak sekecil ini harus bergelut dengan perasaan yang diliputi rasa iri terhadap kasih sayang ayahnya. Entah apa yang dirasakan Fara hari-harinya saat melihat ayah yang seharusnya menyayanginya malah lebih sayang kepada anak lain. Meskipun itu sepupu sendiri.
"Ibu jangan nangiss, Fara gapapa kok bu. Daripada ibu nangis terus"
Degh
Jadi selama ini Putrinya mengetahui saat ia menangis dalam diam.
"Maafin ibu sayang" ucap Andin sambil memeluk putrinya.
**
"Malam ini mama udah mengatur pertemuan kamu sama anak temen mama"
Dahulu Alex mengernyit dalam. Pasalnya, sebelum ini ibunya juga sudah sering mengenalkan banyak perempuan padanya. Tapi tak ada satupun yang bisa membuat Alex tertarik.
"Nggak ma"
"Ayolah lex sekali ini aja. Kalau kamu nggak suka biar mama ganti"
"Gak ada ganti2 ma. Kali ini berhenti"potong Alex.
"Baiklah baiklah. Sekarang sana siap-siap" usir mama Rindi pada anaknya.
"Mama ini, kalau anaknya gak mau yaudah ma. Biarin dia milih pasangannya sendiri"ujar papa Bastian yang tiba-tiba muncul di belakang mama Rindi.
" ih papa ini ngagetin mama. Ya biarin to pa. Wong mama lagi berusaha. Kali aja yang ini klop"ujar mama Rindi.
"Terserah mama lah"
Sesampainya di restoran tempat pertemuan Alex dengan perempuan kenalan mamanya. Alex segera duduk di meja yang sebelumnya telah mamanya pesan.
"Saya mau kopi hitam aja" ucapnya pada pelayanan restoran.
"Baik, ditunggu pesanannya tuan"
15 menit berlalu, perempuan yang digadang-gadang akan bisa meluluhkan hati seorang Alex akhirnya datang.
"Haii, kamu Alex ya? Boleh duduk? " ucapnya.
"Yaa silahkan" jawab Alex singkat.
"Kenalin, aku Cintya" ucapnya sambil mengulurkan tangan.
Alex hanya mengangkat alisnya sebelah dan menyambut uluran tangan perempuan itu dengan ogah-ogahan.
Tak lama, kopi pesanan Alex telah datang.
"Emm, saya mau coffe latte aja ya mbak" ucap Cintya pada pelayan tersebut.
"Baik nona, ditunggu pesanannya"
Alex begitu tak peduli kenapa perempuan ini tak memesan makanan. Hanya memesan minuman saja.
Suasana di meja itu begitu hening. Pasalnya, Alex sama sekali tak mau memulai obrolan.
'S*alan, kalo gak ganteng gue juga ogah kaya gini. Mending tadi dugem. Cari topik pembicaraan apa coba' monolog Cintya pada dirinya sendiri.
"Emm lex, kamu sekarang menjabat CEO ya? "
Krik krik krik..
'B*go, kenapa juga pake nanya itu'
"Kamu sudah tahu saya sekarang seorang CEO, kenapa masih tanya? "
Cintya hanya bisa menggaruk kepala mendengar pertanyaan Alex.
Kecanggungan mereka terhenti setelah minuman pesanan Cintya datang.
"Singkatnya saha Cintya, saya menolak perjodohan ini, saya tak suka dijodoh-jodohkan. Meskipun usia saya sudah matang. Tapi maaf saya menolak"
"Tapi lex, kita belum saling mengenal, apa tak sebaiknya kita mengenal lebih.. "
"Cukup. Saya pamit" ujarnya dan langsung menggeser kursi untuk keluar dari restoran. Namun sebelum itu ia sempat membayar dia minuman yang ia dan Cintya pesan.
Cintya yang melihat Alex keluar dari restoran hanya bengong dengan bibir sedikit terbuka. Tak ayal ia sekarang menjadi sangat jengkel. Dalam sejarahnya tak ada laki-laki yang berani menolak pesonanya. Baru kali ini. Ia merendahkan harga dirinya serendah-rendahnya hanya demi pria.
**
Jam berganti dengan cepat. Tak terasa sekarang pagi telah datang. Andin yang disibukkan dengan berbagai bahan masakan di dapur sangat semangat karena hari ini ia akan pindah dari sini. Ia sudah membicarakan masalah rumah ini dengan papanya. Bahwa ia akan menjualnya saja. Bahkan sertifikat telah ia masukkan ke dalam koper yang nantinya akan ia bawa untuk pindahan. Baju-baju Fara dan Mbak Wati pun sudah disiapkan dari semalam.
"Ibuuu... " teriak Fara begitu keluar dari dalam kamar. Ia sudah siap dengan setelan baju sekolahnya. Begitupun Mbak Wati yang menyusul di belakang Fara dengan menarik dia koper. Satu koper Fara yang ukurannya besar. Dan satunya koper Mbak Wati sendiri yang ukurannya di bawah koper Fara.
"Yuk sarapan" ajak Andin pada Fara dan Mbak Wati.
"Duh jadi gak enak sama ibu, masa saya malah dimasakin sih" ucap Mbak Wati sambil garuk-garuk kepalanya yang tak gatal.
"Ya gapapa dong Mbak. Tugas Mbak kan disini cuma ngasuh Fara. Mbak udah membantu Fara bersiap kan tadi? Berarti udah cukup" ucap Andin dengan senyuman tak lepas dari wajahnya.
"Iya Buu"
"Oh iya mbak. Nanti setelah iki akan ada taxi yang mengantar kalian ke sekolah dahulu. Mumpung masih pagi. Fara gapapa kan berangkat pagi? Soalnya pak supir taxi nya nanti akan ikut ibu ke apartemen buat nganter koper kita"
"Iyaa buuu gapapa"
"Yaudah yuk sarapan"
Mereka bertiga sarapan ditemani tawa yang tercipta karena candaan Fara. Bagi Andin, ini lebih dari cukup. Tak ada pengganggu di rumahnya, fikirannya jadi lebih tenang.
**
"Mass, kita kan disini masih tiga hari lagi. Gak mau ngajak aku ke luar kota kamu? " tanya Shela pada Firman yang baru saja selesai mandi.
"Nggak Shel. Mas nggak punya uang. Semua uang mas kan udah buat acara kemarin. Mending kita nikmati waktu kita di sini saja"
"Nggak mas. Aku pokoknya mau liburan! " rengek Shela.
"Ngertiin mas dong Shel. Tabungan mas juga udah nipis nih"
"Ke puncak aja masss... Yaaa" pintar Shela dengan mengangkupkan tanganya di depan dada.
Ckk
"Yaudah tapi sehari aja"
"Beneran mas? Yessss"
Siang harinya. Sesuai janji Firman pada Shela. Bahwa hari ini ia akan mengajak Shela berbulan madu ke puncak.
"Mau kemana kalian? " tanya bu Winda pada Shela dan Firman yang telah siap dengan tas yang lumayan besar. Mungkin berisi baju.
"Shela minta ke puncak bu" jawab Firman.
"Waahhh, Chika mau ikut dong omm" teriak Chika begitu mendengar pamannya akan liburan ke puncak.
"Iya nih Fir, mbak juga ikut dong" punya Retno.
"Mass keluargamu apa-apaan sih. Ini kan bulan madu kitaa" bisik Shela pada Firman.
"Maaf Bu, mbak Firman sama Shela ke puncak kan mau bulan madu. Lagian cuma sehari. Kasihan nanti Chika kalau capek pasti rewel" ucap Firman penuh pengertian. Berharap keluarganya itu akan mengerti.
"Kalian ini juga apa-apaan sih, kenapa nggak pulang aja sana. Disini cuma ngabisin beras aja" sewot bu Siti, ibu Shela yang tiba-tiba keluar dari dalam kamar. Dibarengi dengan Pak Lukman ayah Shela.
"Apa sih Jeng. Ya wajar dong kami disini Wong kami ini tamu" sahut bu Winda yang tak Terima saat dibilang cuma bisa menghabiskan beras.
"Tapi ya nggak seminggu juga. Ya kalau kalian ngasih kami uang belanja. Ini? Enggak. Kalau cuma sehari dua hari sih gapapa. Ini SEMINGGU!! " bentak bu Siti dengan mata melotot melihat bu Winda.
"Halah kalian ini dasarnya aja pelit. Bahkan rumah kalian ini anakku bisa membelinya" sahut bu Winda tak kalah sengit.
"Yaudah kalau gitu sini mana yang buat makan kaliann!! " ucap bu Siti dengan mengadahkan tangannya.
"Stopp!! " teriak Firman tiba-tiba. Padahal ia mau berangkat. Eh malah mendengar ibu dan ibu mertuanya bertengkar.
"Ibu juga kenapa sih. Kan kemarin Firman udah bilang sama ibu buat kita nginep di penginapan aja. Malah maunya nginep disini" ucap Firman pada ibunya.
"Yakan biar hemat Fir"
"Hemat sih hemat. Tapi kalau seminggu saya yang tekor" tegas bu Siti.
"Bu, maaf ya sebelumnya. Maaf atas nama ibu saya. Yaudah ini Firman kasih uang belanja. Kita disini tinggal tiga hari lagi kok" ucap Firman sambil menyodorkan sepuluh lembar uang berwarna merah.
"Firmannn kenapaa banyak sekaliii" ucap bu Winda tak Terima.
"Udah lah bu. Benar kata ibu mertuaku. Disini kita numpang. Bahan makanan zaman sekarang tuh gak murah Firman" tegas Firman pada ibunya.
"Yaudah sini makasihhh" sahut bu Siti yang langsung merampas uang yang diberikan Firman.
"Maafin ibu ya Fir" itu adalah suara pak Lukman yang sedari tadi diam.
"Gapapa pak. Kita kan sekarang keluarga. Lagian yang dibilang ibu benar. Kita disini numpang jadi sudah sewajarnya saya memberi uang belanja pada ibu" jawab Firman.
"Udah kan dramanya? Yuk mas berangkat" ajak Shela yang langsung menarik lengan Firman keluar dari dalam rumah.