NovelToon NovelToon
Gerbang Tanah Basah: Garwo Padmi Dan Bisikan Malam Terlarang

Gerbang Tanah Basah: Garwo Padmi Dan Bisikan Malam Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Poligami / Janda / Harem / Ibu Mertua Kejam / Tumbal
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: Hayisa Aaroon

Di Era Kolonial, keinginan memiliki keturunan bagi keluarga ningrat bukan lagi sekadar harapan—melainkan tuntutan yang mencekik.
~
Ketika doa-doa tak kunjung dijawab dan pandangan sekitar berubah jadi tekanan tak kasat mata, Raden Ayu Sumi Prawiratama mengambil jalan yang tak seharusnya dibuka: sebuah perjanjian gelap yang menuntut lebih dari sekadar kesuburan.
~

Sementara itu, Martin Van der Spoel, kembali ke sendang setelah bertahun-tahun dibayangi mimpi-mimpi mengerikan, mencoba menggali rahasia keluarga dan dosa-dosa masa lalu yang menunggu untuk dipertanggungjawabkan.

~

Takdir mempertemukan Sumi dan Martin di tengah pergolakan batin masing-masing. Dua jiwa dari dunia berbeda yang tanpa sadar terikat oleh kutukan kuno yang sama.

~

Visual tokoh dan tempat bisa dilihat di ig/fb @hayisaaaroon. Dilarang menjiplak, mengambil sebagian scene ataupun membuatnya dalam bentuk tulisan lain ataupun video tanpa izin penulis. Jika melihat novel ini di

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hayisa Aaroon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Asal-Usul Ki Jayengrana

Kereta berhenti beberapa puluh meter dari gerbang Dalem Prawirataman. Sumi meminta kusir tidak mendekat lebih jauh—terlalu berisiko jika ada abdi yang melihat dan melaporkan kepulangannya pada Soedarsono saat ia kembali dari jamuan.

"Sampai di sini saja," ucapnya pada kusir muda itu. "Saya akan jalan kaki."

"Ndoro yakin? Malam sudah larut," kusir itu tampak ragu.

Sumi mengangguk tegas. "Yakin. Ini ... tidak jauh lagi. Suara kereta akan membangunkan abdi yang sudah tidur, kasihan mereka, sudah lelah bekerja seharian."

Ia merogoh tas kecil mewahnya dan mengeluarkan beberapa keping uang perak. "Ini untuk kamu. Pulanglah sekarang, dan tidak perlu cerita pada siapa pun tentang perjalanan ini."

Kusir itu menerima uang dengan mata berbinar—jumlah yang diberikan Sumi jauh lebih besar dari upahnya.

"Sendiko, Ndoro. Hati-hati di jalan."

Setelah kereta berlalu, Sumi berdiri sejenak di pinggir jalan yang sepi. Malam sudah semakin larut, hanya beberapa lampu minyak yang masih menyala di rumah-rumah penduduk.

Angin malam bertiup lembut, membawa aroma khas tanah Jawa—campuran tanah lembap, bunga melati, dan sedikit asap kayu bakar dari dapur-dapur rumah penduduk.

Dengan langkah hati-hati, Sumi mengeluarkan segepok kunci dari tasnya, lalu menyelinap masuk melalui pintu samping Dalem Prawirataman—pintu kecil yang biasa digunakan para abdi. Ia berhenti sejenak, memastikan tidak ada yang melihatnya.

Pilihan di hadapannya ada dua: mencari Mbok Sinem untuk menemaninya, atau pergi sendiri.

Mencari Mbok Sinem berarti menunggu lebih lama dan risiko ketahuan lebih besar. Tapi pergi sendiri di malam hari juga bukan pilihan tanpa risiko.

"Ndoro Ayu?" sebuah suara mengejutkannya.

Sumi hampir terlonjak. Di hadapannya, Mbok Sinem berdiri dengan lampu minyak kecil di tangan. Perempuan tua itu tampak terkejut melihat majikannya pulang secara sembunyi-sembunyi.

"Mbok," Sumi berbisik, "jangan beritahu siapa pun saya pulang."

Mbok Sinem mengerutkan dahi. "Bukankah Ndoro Ayu seharusnya masih di Karesidenan bersama Ndoro Mas?"

"Ada urusan penting, Mbok," jawab Sumi cepat. "Saya ... saya perlu pergi ke suatu tempat malam ini."

Mata tua Mbok Sinem yang sayu mendadak melebar. "Tengah malam begini, Ndoro? Ke mana?"

Sumi terdiam sejenak. Haruskah ia berbagi rahasia ini dengan abdi setianya? Selama bertahun-tahun, Mbok Sinem telah menjadi lebih dari sekadar pembantu—ia seperti ibu bagi Sumi, terutama sejak kedua orangtuanya meninggal.

"Saya akan ke pondok Ki Jayengrana lagi," ucap Sumi akhirnya. "Ada ... ritual yang harus saya lakukan. Tapi jangan mengajak Mbah Joyo dan kusir."

"Ki Jayengrana? Dukun itu?" Mbok Sinem terkesiap. "Ndoro, tempat itu jauh. Dan berbahaya bagi perempuan sendirian di malam hari."

"Karena itu saya butuh bantuan si Mbok. Si Mbok nanti Tidak perlu ikut ke dalam pondok seperti kemarin malam. Cukup temani saya sampai di sana."

Mbok Sinem terdiam, batinnya bergulat.

"Mbok," Sumi meraih tangan keriput perempuan tua itu, "saya mohon. Ini satu-satunya harapan saya."

"Ndoro biasanya tidak pernah ke dukun, hanya ke sesepuh yang biasa menghitung tanggal baik. Jika boleh tahu …," Mbok Sinem tampak hati-hati memilih kata, "apa yang dicari Ndoro dari dukun itu? Syarat untuk membuka usaha baru atau …?"

Sumi menundukkan wajah. "Jalan keluar, Mbok. Dari keadaan ini."

"Maksud Ndoro ... soal keturunan?"

"Ya," jawab Sumi pelan. "Ki Jayengrana memberitahu saya tentang ritual kuno yang mungkin bisa membantu."

Mbok Sinem tidak berkata apa-apa untuk beberapa saat. Sebagai perempuan Jawa yang hidup dalam tradisi kuno, ia paham betul tekanan yang dihadapi seorang istri tanpa anak.

Tapi sebagai perempuan yang lebih tua dan bijak, ia juga tahu bahayanya berhubungan dengan dunia gaib.

"Ndoro," ucapnya hati-hati, "apakah Ndoro yakin dukun itu bisa dipercaya?"

Pertanyaan itu membuat langkah Sumi terhenti sejenak. Kata-kata mertuanya terngiang kembali: tentang ayahnya yang dulu menutup Kedung Wulan, tentang peristiwa mengerikan yang terjadi di sana.

"Saya ... tidak tahu pasti, Mbok," jawab Sumi jujur. "Tapi Ki Jayengrana tidak terlihat seperti orang jahat. Dia bahkan tidak meminta bayaran."

“Justru itu, Ndoro. Rasanya aneh. Kalau bukan uang, lalu apa tujuannya membantu Ndoro?”

Keraguan mulai menggerogoti hati Sumi. Bagaimana jika semua ini hanya jebakan? Bagaimana jika Ki Jayengrana punya dendam pada keluarganya karena tindakan ayahnya dulu?

"Ndoro Ayu tahu tentang keluarga Ki Jayengrana?

Sumi menoleh cepat, menatap Mbok Sinem dengan dada berdebar. "Mbok Sinem tahu tentang itu, Mbok?"

Mbok Sinem mengangguk pelan. "Saya sudah tua, Ndoro … dan dulu saya bekerja di rumah orangtua Ndoro saat kejadian itu. Saya ingat apa yang terjadi dengan Kedung Wulan, tapi tidak menyangka kalau Ki Jayengrana ... bapaknya dulu adalah juru kunci Kedung Wulan, yang dihukum karena dianggap melakukan ritual-ritual terlarang yang mengakibatkan hilangnya nyawa."

Informasi ini membuat jantung Sumi berdetak lebih cepat.

"Bagaimana Mbok Sinem tahu kalau Ki Jayengrana adalah anak dari juru kunci itu, Mbok?"

"Pagi tadi saya mencari tahu di pasar, Ndoro. Semalam saat Ndoro keluar dari gubuk itu, saya melihat sekilas wajahnya, mengingatkan saya pada juru kunci Kedung Wulan. Dia menghilang lama setelah kejadian itu dan baru saja kembali ke desa Manguntalan."

Langkah Sumi kembali terhenti. "Jadi ... Ki Jayengrana mungkin punya dendam pada keluarga saya?"

"Ngampunten … saya tidak tahu, Ndoro. Tapi sebaiknya Ndoro berhati-hati."

Sumi terdiam lama sebelum akhirnya mengangguk pelan. “Ayo Mbok, kita berangkat. Sama saja saya pergi atau tidak pergi, saya akan hancur. Tapi kalau pergi, paling tidak masih ada harapan agar tidak diceraikan Kangmas.”

Keputusasaan dalam suara Sumi akhirnya meluluhkan hati Mbok Sinem. "Baik, Ndoro. Tapi kita harus cepat. Saya akan ambil lampu minyak yang lebih besar dan selendang tebal untuk Ndoro."

Lima belas menit kemudian, kedua perempuan itu berjalan beriringan menyusuri jalan setapak yang mengarah ke desa Manguntalan.

Mbok Sinem memimpin di depan dengan lampu minyak besar di tangan, sementara Sumi mengikuti dengan langkah cepat, selendang tebal melindunginya dari dinginnya angin malam.

"Si Mbok yakin ini jalan yang tepat?" tanya Sumi setelah mereka melewati simpang tiga yang gelap gulita.

"Ya, Ndoro. Lurus saja, lalu belok kiri di pohon beringin besar. Ini satu-satunya jalan tercepat ke sana."

Perjalanan terasa lebih lama di malam hari. Jalan yang tadi siang bisa ditempuh dalam waktu setengah jam dengan kereta, kini terasa seperti bermil-mil jauhnya.

Suara-suara malam—jangkrik, burung hantu, dan sesekali lolongan anjing—mengiringi setiap langkah mereka.

Mereka melanjutkan perjalanan dalam diam, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Sumi merasakan keraguan semakin kuat dalam hatinya. Apa yang ia lakukan ini benar? Atau ia hanya termakan oleh keputusasaan dan cemburu?

Tapi kemudian, bayangan wajah Retnosari melintas di benaknya. Bayangan suaminya yang menatap perempuan itu dengan penuh ketertarikan.

Bayangan ibu mertuanya yang dengan terang-terangan berusaha menggantikannya dengan perempuan lain. Dan yang paling menakutkan—bayangan dirinya sebagai janda.

1
ian
tak tahu balas budi kamu yemm
ian
gimana rasa cemburu kang ???
puaaanaaaskan
Fetri Diani
sebagai istri nomor tiga yg selalu dinomor tiga kan.... lahh.. salahnya dimana jal yem? /Facepalm/ ada2 sj ndoro otor ini. /Joyful/
ian
pariyeeeeemmm kamu cari ulah sama emak2 netizen
ian
hadeuuh
Nina Puspitawati
kurangggggg....makin penasaran
Alea 21
Matur suwun up nya ndooroo..
Nina Puspitawati
face the world
Nina Puspitawati
semangat Sumi 😘
🍭ͪ ͩ💜⃞⃟𝓛 S҇ᗩᑎGGITᗩ🍒⃞⃟🦅
ndoro ayu sosok priyayi yg benar2 berdarah ningrat
ian
pedihnya sumi berasa sampai sini
Ratna Juwita Ningsih
aku sih dukung Sumi cerai... tapi aku takut dilaknat Allah...🤗
Jati Putro
Ndoro ayu Sumi nasib nya kurang mujur ,
suami nya banyak istri
mungkin yg mandul Raden Soedarso sendiri
Okta Anindita
semangat Raden Ayu..jangan mau turun derajat,,ihhh apaan dari garwo padmi kok jadi garwo ampil,pasti makan hati banget
Rani
koyoe sing mandul sing lanang.nanti kalau cerai kan biar ketahuan.Retno gak punya2 anak.dan ternyata Pariyem hamil boongan.ben malu sisan Ndoro Ibune.jebule anak e dewe sing mandul
Tati st🍒🍒🍒
kalau g cerai terus hamil anak martin nanti jadi petaka,kalau ketauan ...cerai jadi cibiran dan hinaan...tapi kalau aku lebih baik cerai sih😅
Tati st🍒🍒🍒
istrimu baru dideketin martin aja kamu udah g suka,apakabar sumi yg di madu dah pasti hatinya sakit,perih
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
mgkin martin kebahagian mu to ntah lah suka2 author nya mau gimna yaaa kann
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
idihhh istri mana yg mau di madu terang2an mending mundur lah org selir aja udh 2 trp nglah ini mau nambah lagi dann apa mau di turunin jd seli mndg kaur aja mndg sm martin aja klo gtu
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
nahh ndoro ini bikin dag dig dug deh bacanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!