Qianlu adalah putri dari sebuah keluarga jenderal terpandang. Namun sayangnya hidupnya tidak bahagia, akibat dia sendiri, datangnya seorang selir dan juga anak nya membuat ibu nya tersingkir dan mengakibatkan sikapnya menjadi arogan.
"Jika seandainya aku bisa memutar waktu kembali, maka aku tidak mau menjadi seperti ini...." ujarnya ditengah ambang kematian.
"Dimana aku...."
"Qian! Lihatlah ayahmu sudah kembali!"
"Aku menjadi kecil?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perdebatan kecil
"Putriku, ayah nya sudah tiada. Sama seperti kakek mu." Ucap Jun Hui dengan lembut pada putrinya.
"Oh, kenapa tidak bilang. Apa bibi nya bisu?"
"Qian....." Peringat Yeong pada putrinya.
"Aku benar kan Bu. Kalau ada yang sulit bicara ataupun diam saja, artinya dia bisu." Jelas Qian dengan polos dan bersemangat.
"Bibinya tidak bisu sayang."
"Itu pasti ajaran mu Yeong, Qian bicara sembarangan pada orang lain." Cecar Nenek.
"Bukan salah ibu Nek! Aku dapat ajaran itu dari nenek. Nenek selalu mengatakan itu pada pelayan yang terlambat mengantarkan makanan nenek."
"Sungguh ayah, aku sering mendengar Nenek mengatakan itu, terutama di pagi hari. Nenek selalu saja marah-marah." Jelas Qian pada ayahnya.
"Jun Hui, itu... Maksud ibu bukan begitu."
"Putriku tidak berbohong Bu. Aku juga tau dengan itu, tapi akan lebih baik kalau ibu mengurangi nya. Ibu bisa bilang atau jelaskan baik-baik kan?"
"Hmmmmm." Ujar Nenek dengan berdehem.
'Entah darimana dia berani mengatakan itu pada ayahnya.'
"Ya sudah, ayo kita masuk!" Ajak Yeong.
"Mari fang Yin." Wanita bernama fang Yin itu mengangguk kecil, matanya melihat bangunan yang ada didepannya.
"Kau membawa barang-barang mu?" Wanita itu menoleh pada nenek yang masih berada di sana.
"Tidak nyonya, aku tidak membawa apapun. Aku hanya membawa diriku dan putriku." Ucapnya dengan sendu.
"Kalau begitu masuklah!"
"Iya."
*********************
Qian yang berada di gendongan nya melirik ke arah belakang. Dia sudah tau bahwa neneknya itu akan berdampingan dengan wanita gatal itu.
'Lihat saja, aku akan berikan sambutan hangat untuk dirinya disini.'
"Putri ayah lihat apa?"
"Tidak ada, aku sangat rindu pada ayah."
"Putriku yang cantik.... Ayah juga."
"Yong Zheng, apa ada masalah dengan kakimu?"
"Tidak ayah."
"Ayah senang mendengarnya."
"Sajikan makanan nya!"
Pelayan bergegas menghidangkan makanan. Terlihat Yeong juga menyajikan makanan untuk suaminya. Tak lupa dengan putrinya. "Aku bisa sendiri Bu. Aku kan sudah besar!" Seru Qian sebelum ikan bakar itu berada di piring nya.
"Begitu?"
"Ya ayah, dan aku juga bisa duduk sendiri." Qian turun dari pangkuan ayahnya dan duduk di kursinya sendiri.
"Lihat? Aku sudah besar kan?" Kedua orang tuanya tersenyum melihat tingkah Qian.
"Yong Zheng, mau yang mana nak?
"Aku mau ikannya Bu."
"Ini, ikan untuk kakak!" Qian lebih dulu meletakkan ikan di piring kakak nya.
"Qian, sejak....."
"Aku mau duduk disini saja. Disamping kakak." Sesekali mata bulatnya mengerjap.
"Iya-iya."
Keluarga kecil itu tampak bahagia dengan suasana makan malam mereka. Tapi tetap saja ada mata yang berniat jahat pada mereka. 'Rumah ini sangat besar, begitu mewah. Dan terlebih..... Aku akan mendapatkan posisi wanita itu. Maka hidupku akan terjamin kan? Dan sepertinya wanita tua ini bisa menjadi batu loncatan bagiku.'
"Ayo duduk."
"Ibu ayo duduk!" Qian menarik tangan ibunya dan membuat wanita cantik itu langsung terduduk di sebelah suaminya. Sedangkan sosok yang belum sempat mendudukkan dirinya itu hanya bisa menahan diri.
"Kau bisa duduk di sana." Ucap Jun Hui menoleh pada tempat yang tersedia di sebelah ibunya.
"Iya. Aku pikir disini kosong." Ucapnya dengan lembut.
'Enak saja mau duduk di sebelah ayah ku. Aku sudah tau niat buruk mu itu. Aku tidak akan biarkan.'
'Si@l! Tidak apa yin.... Tenanglah, bukankah itu terlalu awal. Aku masih punya kesempatan.'
Ditengah makan malam itu, sosok kecil itu membuka matanya. "Ibu...." Panggilnya.
"Putriku! Kau sudah bangun." Anak perempuan itu mengedarkan pandangannya, dia melihat keberadaan nya yang asing di tempat baru.
"Ibu, kita dimana?" Tanyanya, sambil mengucek matanya.
"Kita......"
"Makanan! Ibu aku lapar."
"Iya putriku. Kita makan malam. Ibu ambilkan ya."
"Ya, makanlah jia."
"Terimakasih ayah!" Ucapnya dengan semangat, membuat semuanya saling memandang.
"Jia memanggil tuan Jun seperti itu. Aku akan menjelaskan padanya."
"Jia, jangan panggil ayah. Panggil dengan paman ya."
"Tapi kenapa? Bukankah dia akan menjadi ayah ku Bu?"
"Ayah mu kan sudah di surga. Mana bisa dia kembali lagi. Dan ini adalah ayahku. Mungkin kau matamu masih belum jelas melihat nya. Apa mau cuci muka dulu? Tidak baik makan tanpa cuci muka atau mandi." Jelas Qian.
"Ibu, itu......"
"Jia, sudah..... Makanlah dengan tenang." Ujar fang Yin pada putrinya.
"Maafkan putriku, aku akan menjelaskan padanya."
"Tidak apa, namanya juga anak-anak, dan terlebih Jia pasti merindukan sosok ayahnya." Sungguh, Yeong begitu baik dan menganggap nya dengan tangan terbuka.
'Aku tidak akan membiarkan kau menjadi saudari ku!'
Bersambung........
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiah nya ya terimakasih banyak 🥰 🙏 🙏
suka bgt baca ceritamu thor