NovelToon NovelToon
Istriku Berubah Setelah Hilang Ingatan

Istriku Berubah Setelah Hilang Ingatan

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Crazy Rich/Konglomerat / CEO Amnesia / Cinta Seiring Waktu / Pelakor jahat
Popularitas:9.2k
Nilai: 5
Nama Author: Itha Sulfiana

Edward terkejut saat istrinya yang hilang ingatan tiba-tiba mengajukan gugatan cerai kepadanya.

Perempuan yang selama empat tahun ini selalu menjadikan Edward prioritas, kini berubah menjadi sosok yang benar-benar cuek terhadap apapun urusan Edward.

Perempuan itu bahkan tak peduli lagi meski Edward membawa mantan kekasihnya pulang ke rumah. Padahal, dulunya sang istri selalu mengancam akan bunuh diri jika Edward ketahuan sedang bersama mantan kekasihnya itu.

Semua kini terasa berbeda. Dan, Edward baru menyadari bahwa cintanya ternyata perlahan telah tumbuh terhadap sang istri ketika perempuan itu kini hampir lepas dari genggaman.

Kini, sanggupkah Edward mempertahankan sang istri ketika cinta masa kecil perempuan itu juga turut ikut campur dalam kehidupan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tipu muslihat pelakor

"Aku minta maaf!"

Tiga kata itu meluncur berat dari mulut Edward. Pria itu benar-benar menyesal.

Dia tidak pernah tahu bahwa ternyata istrinya alergi pada makanan laut namun tetap memaksakan diri selama ini untuk memakannya hanya demi menyenangkan hati Edward.

"Kalau nggak ada keperluan lagi, Tuan Edward lebih baik pulang. Nana harus istirahat. Nggak boleh diganggu," ucap Rossa dengan nada ketus.

Edward menatap ke arah Nana. Perempuan itu tampak acuh tak acuh pada keberadaannya.

"Na, aku ingin temani kamu di sini. Boleh?" tanya Edward seraya menyentuh pelan punggung tangan perempuan itu.

"Nggak usah," tolak Nana. Dia menarik tangannya agar tak disentuh Edward.

"Kamu masih marah? Aku benar-benar nggak tahu kalau kamu alergi, Na. Aku..."

"Aku nggak marah," tukas Nana. "Aku cuma nggak mau ada Tuan Edward di sini. Nanti, kalau ketahuan sama pacarnya Tuan Edward, bagaimana? Kalau Silva mengamuk, bagaimana? Nanti, malah aku yang disalahkan."

Nana mengakhiri ucapannya dengan senyuman miring. Sementara, Edward kini mulai tertunduk diam.

Semua memang salahnya. Andai dia tidak pernah menyambut Silva untuk masuk ke dalam kehidupan rumah tangganya, maka semua pasti akan baik-baik saja.

"Na... apa kita nggak bisa kembali seperti dulu? Aku janji, kali ini aku akan benar-benar berubah."

"Maaf, aku nggak berminat," sahut Nana.

"Tuan Edward, bisa Anda pergi sekarang?" Rossa yang sudah geram kembali angkat suara.

"Aku ingin di sini," ucap pria itu keras kepala.

"Tapi, Nana nggak mau ada Anda di sini," sahut Rossa.

"Nana masih istriku. Aku berhak menemani dia di sini," tegas Edward.

"Tapi, sebentar lagi kalian akan bercerai. Tuan Edward nggak lupa, kan?" Rossa tersenyum miring.

"Nggak akan ada perceraian antara aku dan Nana."

Ah, Rossa reflek memegang kepalanya. Dia benar-benar pusing menghadapi sikap keras kepala Edward.

"Nana!"

Suara itu membuat atensi semua orang sontak teralih. Seorang pria tampan dengan setelan jas yang rapi memasuki ruang rawat Nana dengan sedikit terburu-buru.

"Dylan?"

"Bagaimana keadaan kamu? Apa masih nggak nyaman?" tanya Dylan dengan ekspresi khawatir.

"Sekarang sudah mendingan. Aku baik-baik saja."

Pria itu menghela napas lega. "Syukurlah!" ucapnya. "Kenapa reaksi alergi kamu bisa kambuh? Kamu makan seafood, Na?"

"Cuma menghirup aromanya, sih."

"Kamu benar-benar teledor, Na! Kenapa kamu nggak sedia obat alergi kamu, hah? Kenapa keluar nggak pakai masker?" omel Dylan.

Dan, Nana justru malah tertawa menanggapi omelan dari sahabat masa kecilnya itu.

"Dylan, sudah! Aku sedang sakit. Berhenti marah-marah!"

"Aku begini karena aku khawatir, Na. Kamu lupa, kalau dulu kamu pernah hampir mati gara-gara nekat memakan lobster secara sembunyi-sembunyi di kolong dapur?"

"Ya, aku masih ingat. Aku minta maaf!"

"Jadi, laki-laki ini juga tahu kalau Nana alergi pada makanan laut? Dan, hanya aku saja yang tidak tahu soal itu?" gumam Edward dalam hati.

Ada perasaan iri ketika dia tahu bahwa lelaki lain justru lebih memahami istrinya dibanding dirinya sendiri.

"Dylan?" panggil Rossa. Sejak tadi, dia diabaikan oleh pemuda itu.

"Rossa?" tebak Dylan.

"Ya, aku Rossa," angguk Rossa tersenyum.

"Nana nggak merepotkan kamu kan, Ros?"

"Tentu saja tidak."

"Syukurlah kalau begitu. Terima kasih karena sudah peduli pada Nana."

"Aku sahabatnya. Wajar kalau aku peduli padanya."

Interaksi Rossa dan Dylan membuat Edward merasa iri. Kenapa Rossa begitu manis saat berbicara dengan Dylan sementara terkesan begitu galak jika berhadapan dengannya?

"Anda sudah melihat kondisi istri saya. Jadi, bisakah Anda pergi sekarang?" celetuk Edward yang sudah semakin panas akibat interaksi Dylan, Nana, dan Rossa yang begitu akrab.

Parahnya, Edward bagai makhluk tak kasat mata yang tak diajak berbicara sejak tadi oleh ketiganya.

"Maaf, saya masih ingin di sini," sahut Dylan.

"Jangan buat orang menjadi salah paham! Kalau ada yang menyebarkan gosip bahwa Nana dan Anda selingkuh, bagaimana?"

"Tidak masalah. Gosip murahan seperti itu, sangat mudah untuk saya tepis," sahut Dylan.

"Kamu..."

"Yang seharusnya pergi dari sini justru adalah Anda, Tuan Edward!" pangkas Nana dengan cepat.

"Na..."

"Dylan adalah sahabat masa kecilku. Bahkan, kedua orangtuanya sudah menganggapku seperti anak kandung mereka sendiri. Jadi, mustahil jika ada orang yang berani menggosipkan kami selingkuh. Iya kan, Dylan?" tanya Nana sembari memegang tangan Dylan.

Pemuda itu pun tersenyum kemudian mengangguk.

"Ya, itu benar. Nana adalah kesayangan kedua orangtuaku."

Grep!

Edward mengepalkan tangannya kuat-kuat. Meski Dylan mengucapkan kata-katanya dengan begitu santai, namun Edward tetap menangkap maksud yang tersembunyi dari ucapan pemuda itu.

Dylan seolah-olah ingin menegaskan bahwa sekalipun Nana bercerai dengan Edward, kedua orangtua Dylan akan tetap merestui Nana menjadi menantu mereka. Tak peduli, meski statusnya adalah janda.

"Pulanglah, Tuan Edward!" usir Nana sekali lagi.

"Nggak. Aku mau tetap di sini."

Nana memutar bola matanya malas. "Terserah," ucapnya sambil mengetik sebuah pesan yang sengaja dikirimkan kepada seseorang.

[Edward sedang menemaniku di rumah sakit universitas Bangsa. Apa kamu nggak cemburu? Ayo, kita bertaruh! Menurutmu, apa kamu bisa membawa Edward pergi dari sini?]

Terkirim.

Dan, hanya butuh beberapa detik, hingga pesan itu akhirnya berubah status menjadi terbaca.

[Tentu saja bisa. Edward akan selalu memprioritaskan aku dibanding kamu. ]

Selang hampir lima puluh menit, orang yang ditunggu-tunggu Nana akhirnya datang juga. Wanita dengan dress selutut itu tiba-tiba memasuki ruangan sambil menangis.

"Silva? Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Edward bingung.

Tanpa aba-aba, Silva langsung menghambur ke pelukan Edward. Wanita itu menangis tersedu-sedu.

"Ed, kenapa kamu nggak angkat telfon aku?" tanya Silva disela tangisnya.

"Maaf. Ponselku di silent. Ada apa, Silva?" tanya Edward lagi.

"Lihat!" Silva mengurai pelukan mereka kemudian mengangkat telapak tangan kirinya yang dibalut perban.

"Tangan kamu kenapa, Sil?" Edward reflek memegang tangan Silva sambil bertanya dengan nada khawatir.

Nana yang melihat pemandangan itu pun seketika tersenyum sinis. Lihatlah! Edward memang tidak bisa menentukan pilihan.

Tentu saja, jika memberi kesempatan kepada lelaki seperti Edward, hanya akan menimbulkan luka baru yang tak berkesudahan di hati Nana untuk ke depannya.

"Tadi, aku sedang memasak makan siang untuk kamu. Dan, nggak sengaja tangan aku malah ketumpahan air sup. Sakit sekali, Ed."

"Iyuh!" Rossa hampir saja muntah mendengar suara manja Silva yang dibuat-buat.

"Apa lukanya parah?" tanya Edward lagi.

Silva pun mengangguk. "Kata dokter, kemungkinan akan menimbulkan bekas."

"Tidak apa-apa. Yang penting, kamu baik-baik saja," sahut Edward menghibur. "Tapi, kenapa kamu bisa tiba-tiba masuk ke ruangan ini, Silva? Kamu tahu darimana kalau Nana dirawat di sini?"

Silva seketika kelabakan. Dia tak mungkin mengatakan dengan sengaja bahwa Nana-lah yang sengaja mengiriminya pesan.

"Tadi, aku habis jenguk teman di ruangan sebelah. Dan, aku nggak sengaja lihat kamu ada di sini," jawab Silva mengarang cerita.

Bodohnya, Edward langsung percaya.

"Baiklah. Kalau begitu, kamu pulang duluan, ya! Aku masih ingin di sini," pinta Edward.

"Ed, kepalaku mendadak pusing. Sepertinya, aku nggak bisa pulang sendiri," kata Silva yang berpura-pura hampir kehilangan keseimbangan.

"Kenapa tiba-tiba?"

"Vertigoku sepertinya kambuh."

Edward pun berhitung cepat dengan situasi. Melihat kondisi Nana yang sudah semakin membaik, sepertinya tidak apa-apa jika dia mengantar Silva pulang terlebih dulu.

Toh, ada Rossa dan Dylan yang menjaga Nana.

"Na, aku antar Silva dulu, ya! Vertigonya kambuh. Aku khawatir kalau dia kenapa-kenapa di jalan. Nanti, aku pasti kembali ke sini, kok."

"Oke," sahut Nana.

"Terimakasih, Na! Tunggu aku, ya!" seru Edward senang.

"Ya," angguk perempuan yang duduk diatas brankar itu.

Edward pun pergi sambil menggendong Silva. Tampak, Silva sengaja mengejek Nana melalui tatapan matanya.

Namun, Nana memilih untuk tidak peduli.

"Kenapa kamu malah izinkan dia untuk kembali ke sini lagi, Na?" protes Rossa setelah Edward dan Silva tidak ada.

"Dia nggak akan kembali, Ros."

"Maksud kamu?"

"Silva nggak akan pernah izinin dia untuk kembali lagi ke sini. Perempuan ular itu pasti punya sejuta cara untuk menahan Edward tetap di sisinya."

"Dan, kamu hanya diam saja?"

"Aku sudah memutuskan untuk melepaskan dia, Ros. Jadi, untuk apa aku peduli?"

1
mom's Abyan
suami plin plan gk pnya pendirian ngapain d pertahankan,, bgus na
Riaaimutt
sesuai amal dan perbuatan
Titidanny
ceritany keren
Diah Susanti
aq sangat setuju👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Adinda
bagus na emang laki cuma dia aja masih banyak diluar sana menunggumu
sihat dan kaya
best... aku suka watak perempuan tegas... teruskan berkarya Thor .. terima kasih mereka cipta watak² bagus... sihat selalu...bahagia selalu Thor..
Riaaimutt
boleh gak sih up date nya 10 bab
sihat dan kaya
ni jantan sejenis babi .. haram dinikahi.. jantan yang suka menghina perempuan tidak sesuai dijadikan suami....
Ma Em
Edward penyesalanmu sdh terlambat sekarang Nana sdh tdk mau lagi tinggal serumah dgn mu kamu terima saja karena kamu sdh memilih cinta pertamamu Silva dan lupakan Nana biarkan Nana bahagia dgn yg lain.
Queen AL
ini nih yg bikin malas lanjut baca di setiap novel selalu ada drama penjebakan seperti ini
Atika Sari
takut kere doi
Ma Em
Bagus Nana kamu harus tegas pada Edward untuk apa dipertahankan Edward nya saja sdh tinggal dgn selingkuhannya biarkan saja Edward bersama Silva dan Nana lebih baik cari kebahagiaan Nana sendiri apalagi skrg sdh didukung papanya Nana untuk berpisah dgn Edward.
Queen AL
jangan lagi ada drama tertundanya perceraian.... kebanyakan cerita novel begitu sampai bab seratusan cuma drama perceraian doang.
gaby: Bukan tertunda lg ka, malah bny novel yg ga jd cerai karena sang istri hamil. Demi anak rujuk lg/Grin//Grin/
total 1 replies
Riaaimutt
yang imut absen dulu ☝️
FLA
mampus lo bapak nya dateng
Adinda
kamu bilang bercerai saja itu sudah jatuh talak satu edward
FLA
laki laki bodoh
Suzana Diro
oh puas hati dengan pukul kenapa tak lebih-lebih kenapa dua duanya tidak dipukul sekali
princess Halu
cerai saja nana buat apa pertahankan kalau sudah berkali kali d sakiti.
Noor hidayati
kok belum up juga,ditunggu dari kemarin
Micha_Salwa: sudah up ya kakak sayang 🧡🧡
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!