Setelah menikah selama 7 tahun, Erwin tetap saja dingin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arum Dalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ingin bercerai
"Bagaimana dengan paman, Nek? Masih sibuk dengan klien?" Lanjut Clara.
"Begitu tahu kamu ke sini, pamanmu langsung atur ulang jadwalnya. Dia ingin ikut makan malam bersama kita. Mungkin, sebentar lagi dia datang."
"Baik, Nek."
Baru saja dibicarakan, Bagus hermosa pun tiba.
"Wah, Clara sudah datang, toh!" Ucapnya sembari menatap Clara dengan senyuman.
Namun, tak lama, dia langsung mengerutkan keningnya, lalu berkata, "Kamu kok kurusan, sekarang? Jarang makan?"
"Sebelumnya terlalu sibuk... Kelak aku akan makan lebih banyak lagi," Ucap Clara sambil tersenyum.
Begitu pelajaran menghilangkan masakan di atas meja makan, Bagus langsung mengambil daging dan memberikannya pada Clara.
Saat Bagus mengatakan dirinya kurus, sebenarnya Clara juga melihat wajah pamannya tampak kelelahan.
Meskipun tidak bekerja di hermosa grup, Clara tahu bisnis keluarga nya itu sedang memburuk.
Pamannya sibuk mengurus perusahaan setiap hari, tapi tetap tidak membuahkan hasil.
Selama ini, sebenarnya ada beberapa proyek.
Asalkan Erwin mau membantu, hermosa grup tidak akan jatuh hingga ke titik ini.
Erwin hanya pernah membantu mereka dua kali, itu pun atas perintah nenek keluarga Angga.
Clara berpikir dalam benaknya.
Berdasarkan kesalahpahaman Erwin pada dirinya, jika bukan karena nenek keluarga Angga, Erwin bukan hanya tidak membantu, bisa jadi pria itu akan menghancurkan keluarga hermosa.
Senyuman pahit terpancar di wajah Clara saat memikirkannya.
Rasa daging kambing yang lezat tiba-tiba berubah menjadi hambar.
Bagus sendiri tidak pernah meminta bantuan Clara untuk membujuk Erwin.
Dia tahu keponakannya itu sudah banyak menderita.
Selesai makan, saat nenek terlelap sebentar, Clara menyerahkan sebuah kartu ATM yang berisi uang rp140 miliar.
"Clara, Paman tidak perlu..."
"Tidak ada gunanya aku simpan,." Clara menyerahkan kartu ATM itu pada Bagus, lanjut berkata, "Aku tidak bisa bantu apa-apa, aku cuma bisa bantu ini saja."
Sejak kecil, memang benar Clara biasa mah jadi juara kelas.
Dia juga mampu melakukan penelitian dan pengembangan.
Hanya saja, dia tidak cocok untuk berbisnis.
Untungnya, Clara telah berhasil mendapatkan beberapa hak paten dalam kecerdasan buatan atau AI di awal tahun dirinya berkarir.
Saat itu, Dia dan Dilan mendirikan perusahaan teknologi.
Tiap tahun, perusahaan tentunya akan membagikan dividen.
Jika di total, dividen yang dia dapatkan mencapai ratusan miliar atau bahkan triliunan meski hanya berbaring tanpa melakukan apa-apa.
bagus merasa malu pada Clara.
"Kamu sudah kasih uang berkali-kali, tapi perusahaan malah...."
Hampir pailit.
"Maafkan pamanmu ini, Paman memang tidak kompeten."
"Wajar kalau perusahaan melakukan investasi lebih banyak dalam proses transformasi. Jangan jadikan hal ini sebagai beban, paman,"Hibur Clara.
Pada titik ini, Clara teringat apa yang dikatakan Dilan padanya hari itu: "Perkembangan AI sangat cepat. Kalau saja kamu tidak terburu-buru menikah waktu itu, dengan kemampuan dan terobosan mu, ditambah dengan kemampuan operasional ku, perusahaan kita pasti punya nilai pasar ribuan triliun dan menjadi perusahaan teknologi nomor 1 di Maro.
Untungnya, AI punya banyak ruang untuk dikembangkan sekarang.
Kita masih punya kesempatan, Aku harap kamu segera kembali.
****
Saat Erwin tiba di rumah, waktu sudah lewat pukul 10.00 malam.
Elsa mengusap matanya dan berkata, "Ayah sudah pulang?"
"Ya,"Jawab Erwin lalu lanjut berkata, "Kalau mengantuk, cepat pergi tidur sana."
"Ya, Selamat malam Ayah!"
"Selamat malam."
Elsa naik ke atas dan langsung pergi tidur.
Setelah meminum air yang diberikan pelayan, Erwin juga bergegas naik ke atas.
Kamar tidur utama masih dalam keadaan gelap.
Seperti tidak ada penghuni.
Erwin menghentikan langkahnya sejenak, lalu menyalakan lampu.
Benar saja, yang tidak ada seorangpun di dalam.
Namun, Erwin tak perlu memikirkannya dan hanya mengira aku lara sedang berkunjung ke kediaman hermosa saja.
Saat memasuki kamar mandi, tiba-tiba Dia teringat kebiasaan Clara yang sering membawa Elsa ketika berkunjung ke sana.
Tapi hari ini dia malah tidak membawa Elsa.
Apa mungkin Clara bukan ke kediaman hermosa?
Ah, masa bodoh, mungkin terjadi sesuatu di sana.
Dia semakin yakin dengan hal itu ketika teringat ucapan Rio di kantor sore tadi.
Kakinya memang sempat berhenti, tapi dia tidak peduli.
Keesokan paginya, sambil menyantap sarapan, Erwin berkata pada Elsa, "Semua berkas kepindahan mu sudah selesai, besok pagi langsung ke sekolah untuk mendaftar ulang."
"Ya, Ayah."Elsa mengernyitkan hidungnya kemudian lanjut berkata, "Apa Ayah besok bisa mengantarku ke sekolah?"
"Ayah belum tentu punya waktu."Jawab Erwin.
"Ya, sudah."Elsa tampak memutar matanya seolah sedang memikirkan sesuatu.
Tak lama, matanya pun berbinar dan berkata dengan kegirangan, "Aku telepon tante Vanessa saja. minta dia antar aku ke sekolah besok."
Belum sempat Erwin mengatakan apa-apa, ponselnya tampak berdering.
Telepon dari kediaman Angga.
Saat mengangkat telepon itu, terdengar suara nenek keluarga Angga di ujung telepon.
"Nenek dengar kamu sudah kembali, Erwin?"Tanya nenek.
"Iya, Nek."
"Elsa juga ikut?"Lanjut nenek.
"Iya, dia juga ikut."
"Sudah lama nenek tidak bertemu Elsa, nenek kangen sama dia. malam ini, kamu bawa Clara dan juga Elsa ke rumah untuk makan malam,"Perintah nenek.
"Baik, Nek."
"Mana Clara? Nenek mau bicara dengannya, "lanjut Nenek.
"Dia tidak ada di rumah, Nek."
"Jam segini dia sudah tidak ada di rumah?" tanya Nenek heran.
"Harusnya dia ada di kediaman hermosa."
"Harusnya? Sebagai seorang suami, apa kamu tidak tahu ke mana istrimu pergi? Omel Nenek.
Erwin tak menjawabnya,
"Kamu...."
Nenek menghela nafas panjang, dan akhirnya terdiam.
Pada titik ini, nada bicara Erwin sedikit lembut. Dia pun mengubah topik pembicaraan, "Nenek sudah makan?"
'Sudah kenyang melihat tingkahmu!" Jawab nenek ketus.
Erwin langsung tersenyum saat mendengarnya.
Dia masih menikmati sarapannya dengan tenang.
Nenek tahu, sejak kecil cucunya itu memang punya pendirian sendiri.
Bagi Erwin, hubungan pernikahannya dengan Clara saat ini sudah menjadi kompromi terbesar yang pernah dibuatnya.
Dengan watak Erwin yang seperti itu, sekalipun demi kebaikannya, nenek tetap tidak bisa memaksanya terlalu keras.
Saat memikirkannya, nenek kembali menghela nafas panjang, lalu berkata, "Lupakan, anggap saja Nenek tidak pernah bilang apa-apa barusan, huh."
"Baik, Nek. Kalau begitu sampai jumpa nanti malam."
"Kamu....Huh."
Nenek menutup teleponnya dengan kesal.
Awalnya Elsa tidak begitu mendengar pembicaraan ayahnya di telepon.
Dia hanya mendengar beberapa kalimat terakhir obrolan ayahnya.
"Ayah, siapa yang telepon barusan?" Tanya Elsa penasaran.
"Nenek buyut mu." teringat ucapan nenek ditelepon, sambil menelpon Clara, Dia berkata pada Elsa, "Nenek buyut minta kita datang untuk makan malam."
Nenek sangat baik pada Elsa.
Begitu juga Elsa, gadis kecil itu sangat menyukai Nenek.
Begitu mendengar ucapan ayahnya, dia langsung berkata dengan senang, "Siap Ayah, aku juga sudah lama tidak bertemu dengan nenek buyut, kangen."
Erwin menatap layar ponselnya dan mengiyakan.
Di waktu yang sama, Clara juga sedang menyantap sarapan di kediaman Hermosa.
Clara langsung terdiam saat melihat nama Erwin di layar ponselnya.
cepat2lah clara pergi jauh2 dari kedua manusia tdk tau diri itu..
keberadaannya tidak dianggap sama suami dan anakmu....