Pendekar Sinting adalah seorang pemuda berwajah tampan, bertubuh tegap dan kekar. Sipat nya baik terhadap sesama dan suka menolong orang yang kesusahan. Tingkah nya yang konyol dan gemar bergaul dengan siapapun itulah yang membuat dia sering berteman dengan bekas musuh atau lawan nya. Perjalanan nya mencari pembunuh keluarga nya itulah yang membuat sang pendekar berpetualang di rimba persilatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HASIL AKHIR
SUARA Kasak-kusuk masyarakat perlahan mereda setelah Jumardi Tejo bersuara lagi,
"Kotak pertama dari Kang Harya Soka, Jumlah keseluruhan suara beliau sekitar tiga ratus enam puluh tujuh!" Ramai sorak suara yang mendukung nya. Namun wajah kecewa terpampang jelas, Harya Soka tak terima pemungutan suara nya itu sangat sedikit. Namun apa daya, Ia tak bisa mengelak dan protes. Karena masyarakat yang memilihnya dan itu harus ia terima walau harus menelan kekecewaan.
"Baiklah sekarang kotak kedua dari Kang Surapati Wisma! Terhitung jumlah keseluruhan nya sekitar tujuh ratus lima puluh enam! Wow jumlah yang sangat banyak!" Ucap Jumardi Tejo sedikit melongo menatap masyarakat dan kemudian menatap Surapati Wisma yang tersenyum sambil mengangkat tangan kanan nya.
"Hidup Kang Wismaaaa...!!" Teriak para tim sukses nya memuji dan masyarakat yang memilihnya pun ikut mendukung pujian tersebut.
Rangga yang ada di sekeliling masyarakat pun sudah pasti bakalan memihak Surapati Wisma, Sebab ia memperhatikan banyak nya orang-orang yang memilih Surapati Wisma dibanding dua lawan nya. Namun tetap hasil akhir adalah penentu dari Kemenangan tersebut. Harya Soka mendengus benci mendengar nya dan berkata kepada Surapati Wisma,
"Seperti nya kau telah membujuk mereka dengan iming-iming hadiah agar memilih mu bukan?"
"Saya hanya berkampanye sesuai kemampuan saya saja, Kang Soka." Ujar Surapati Wisma tetap ramah terhadap saingan nya yang sudah kesal itu. Harya Soka nampak tak percaya dan ia mendengus dengan wajah ke samping.
Raden Jatiluhur tak banyak bicara, Ia sedikit was-was terhadap jumlah suara Surapati Wisma yang banyak itu. Namun menurutnya itu tak jadi persoalan, Hasil akhir tetap bisa merubah segalanya. Kemudian Jumardi Tejo lanjut bicara lagi,
"Baiklah, Sekarang kotak suara yang ketiga milik Raden Jatiluhur! Para panitia sudah menghitung keseluruhan dari kotak ini." Lalu Jumari Tejo menatap dua anggota panitia yang menghitung suara dikotak itu.
Hanya anggukan saja yang Jumardi Tejo dapat dari dua anggota itu.
"Aman." Ucap salah satu petugas dan Jumardi Tejo langsung melanjutkan ucapan nya.
"Terhitung dari jumlah keseluruhan kertas suara, Raden Jatiluhur mendapatkan suara sekitar....." Masyarakat tegang menunggu hasil akhir, Begitu pula dengan Surapati Wisma. Harya Soka sudah masa bodoh dan ia ingin segera pergi dari situ namun masih penasaran ingin menunggu siapa yang akan menang.
"Jumlah kertas suara Raden Jatiluhur sekitar sembilan ratus tujuh puluh lima!" *Deg!!* Jantung Surapati Wisma dan Harya Soka mendadak berdegup kencang. Keduanya melirik ke arah Jumardi Tejo dan masyarakat pun sama, Ikut menatap Jumardi Tejo dengan tatapan tak percaya. Nyai Sampur Sari tersenyum melihat para masyarakat yang di cap rendah oleh nya itu tak percaya akan kemenangan yang di raih Raden Jatiluhur. Raden Jatiluhur bangkit dari duduk nya dan tersenyum bangga atas kemenangan nya dalam hasil akhir tersebut.
Suara gaung masyarakat terdengar lirih, Banyak suara sumbang yang meragukan hasil suara dari Raden Jatiluhur. Sebab menurut beberapa orang yang menyaksikan dengan teliti, Lebih banyak orang yang memasukan kertas ke dalam kotak Surapati Wisma dibanding Raden Jatiluhur. Mungkin hampir imbang, Hanya beda tipis saja, Tetapi hasil akhir itu lebih dari beda tipis menurut mereka. Rangga pun mendelik tak percaya, Bocah itu melongo saja hampir tak percaya.
Surapati Wisma pun bangkit dari duduk nya dan merasakan ada kejanggalan dari hasil tersebut.
"Tidak mungkin jumlah suara anak ini lebih banyak dari ku! Panitia mungkin salah hitung!! Jauh sekali jarak nya dengan hasil suara milik ku!" Protes Surapati Wisma dan Raden Jatiluhur menghadap lelaki berumur empat puluh lima tahun itu.
"Kenapa anda tak terima dengan kekalahan ini? Sudah jelaskan pada panitia menghitung nya dengan terbuka dan dilihat orang kita semua?" Ucapan tersebut membuat Surapati Wisma mati kutu dan memang betul ucapan anak muda itu.
Harya Soka menimpali,
"Aku pikir kau akan menang, Surapati Wisma! Ternyata kau dikalahkan oleh bocah kemarin sore itu!" Surapati Wisma tak pedulikan ocehan Harya Soka, Ia tak terima kekalahan itu dan mendekati kotak suara milik Raden Jatiluhur.
"Aku tak percaya kalah suara oleh bocah itu! Jelas sekali dengan mata kepala ku sendiri, Berapa banyak masyarakat yang memilihku dibanding anak muda itu! Kalian jangan berbohong dengan memanipulasi suara!" Tuding Surapati Wisma marah pada anggota panitia pemilihan umum tersebut.
Jumardi Tejo sengaja tak menjawab nya, Karena itulah rencananya. Membuat Surapati Wisma marah agar dilihat masyarakat banyak agar mereka tahu watak orang baik dan ramah itu jika marah seperti apa. Ternyata sama saja seperti Harya Soka yang tak terima kekalahannya, Surapati Wisma hanya baik di depan saja namun buruk di belakang. Masyarakat saling berkasak-kusuk membicarakan hasil voting suara yang penuh kejanggalan itu.
Bocah cilik bernama Rangga itu melihat kejanggalan tersebut, Ia yakin bahwa panitia pelaksana seleksi pemilihan Adipati lengoksari itu telah melakukan kecurangan.
"Dipikir-pikir mengapa hasil suara banyak memihak Raden Jatiluhur itu? Seingatku tadi, Banyak orang yang memilih Surapati Wisma dibanding dengan nya." Rangga terus memperhatikan Surapati Wisma yang tetap tak terima kekalahan nya.
"Aku tetap tak percaya! Biar aku yang hitung sendiri! Ujar Surapati Wisma mendekati kotak suara milik Raden Jatiluhur.
Para prajurit kadipaten segera mencegah Surapati Wisma agar tak menyentuh kotak itu. Masyarakat semakin curiga terhadap hasil voting suara tersebut dan membuat Jumardi Tejo bingung sendiri harus bagaimana. Nyai Sampur Sari pun geram melihat tindakan Surapati Wisma dan bangkit dari duduk nya,
"Tunggu! Ada apa ini ribut-ribut...???" Ujar Nyai Sampur Sari dan Surapati Wisma menatap perempuan itu.
"Aku ingin pemungutan suara ini di hitung ulang!" Tegas Surapati Wisma. Nyai Sampur Sari menatap ke arah para panitia dan penjaga keamanan kotak itu,
"Biarkan orang ini menghitungnya sendiri, Biar dia tahu sendiri hasil akhir itu dimenangkan oleh Raden Jatiluhur dan tak ada suatu kecurangan!" Surapati Wisma mengerutkan dahi nya, Merasa janggal dengan wanita itu.
Padahal ia naksir berat pada Nyai Sampur Sari, Namun sikap wanita itu pada nya tak ada sopan nya sama sekali. Sedih memang kedengarannya, Namun apa daya soal hati tak bisa dipaksakan. Surapati Wisma menghitung kembali surat suara milik Raden Jatiluhur yang kini sudah mendekati Nyai Sampur Sari. Para penduduk mulai tegang, Tak ada yang berani mendekati untuk ikut campur dalam penghitungan suara itu. Semua panitia dan masyarakat menyaksikan Surapati Wisma menghitung dari satu sampai akhir dan total suara milik Raden Jatiluhur tak lebih dan tak kurang, Masih sama jumlah nya ketika di umum kan oleh Jumardi Tejo.
Mendadak pucat pasi wajah Surapati Wisma dan Raden Jatiluhur tertawa sinis meremehkan.
"Sudahlah kang, Akui saja kekalahan mu itu! Tak ada guna nya tetap mengelak!" Surapati Wisma cemberut kesal dan menatap Nyai Sampur Sari dan Raden Jatiluhur seraya berkata.
"Sampai kapan pun aku tak menerima kekalahan ini! Tuhan maha melihat dan tak pernah tidur!" Ujar nya sambil pergi dari panggung itu meninggalkan alun-alun kota bersama para pengikut nya. Harya Soka pun ikut pergi juga dan menurut nya tak berguna juga lama-lama ditempat itu, Yang ada malah makin tersulut emosi nya mengingat hasil voting suara nya yang paling sedikit.