Ayuna begitu shock ketika melihat video suami yang begitu di cintai-nya sedang bermesraan dengan wanita lain. akankah Ayuna tahu siapa wanita itu? dan apakah yang akan dia lakukan?
Yukkk bagi yang penasaran, baca cerbung ini sampai selesai, insya Allah menghibur dan tersemat pelajaran di dalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 3
Pov Yudha
"Kamu ngapain masih berdiri disitu nin, ayo sini duduk." Aku berkata sambil menunjuk sofa disebelah ku.
Ngapain juga Nina masih berdiri disitu, apa jangan-jangan dia memang sengaja, supaya aku terus memperhatikan body nya yang begitu menggoda!! Kenapa pikiran aku jadi aneh gini, baru juga ditinggal Ayuna sebentar.
"E-eehh, iya mas, aku duduk ya mas."
Nina duduk di sebelahku, kami bercerita tentang apa saja, tentang kuliahnya dan aku juga sempat bertanya tentang teman-temannya, begitupun sebaliknya.
Hujan turun dengan begitu deras, lalu tiba-tiba listrik mati, Nina repleks memeluk tubuhku, katanya dia takut sama gelap. Aku spontan ikut membalas pelukannya, wangi tubuhnya begitu menenangkan.
"Maaf mas, aku nggak sengaja, aku tadi kaget karena lampunya mati, aku takut." Nina melepas pelukkannya dari ku, kami duduk begitu dekat, hingga aku dapat melihat wajah cantiknya dengan jelas.
"Tidak apa-apa, sekarang sudah tidak takut lagi kan?'' Aku berkata setelah menyalakan penerang dari ponselku.
"Sudah tidak lagi mas." Nina berkata sambil mengikat rambut panjangnya keatas, hingga nampak begitu jelas leher jenjang miliknya.
"Syukur lah kalau begitu."
Aku begitu tersiksa dengan suasana saat ini, sebisa mungkin aku tahan hasrat yang begitu membuncah, Nina adalah adik dari istriku, aku tidak boleh berpikir yang aneh-aneh.
-----------------
"Mas baik-baik saja kan? mas, kenapa kelihatan nggak tenang gitu." Nina berkata sambil membusungkan dadanya yang berisi didepan ku.
''Cobaan macam apa ini tuhan!!''batinku
"Mas nggak kenapa-napa, kamu sangat cantik!" Tiba-tiba dengan tidak sengaja aku mengeluarkan kata yang tak seharusnya aku ucapkan.
"Mas juga sangat tampan, mbak Ayuna begitu beruntung bisa memiliki suami seperti mas." Nina berkata dengan wajah menunduk.
Apa aku tidak salah dengar? Nina bilang apa tadi!!
"M-maksud kamu apa nin? Mas tidak salah dengarkan?'' Tanyaku, sambil memegang dagunya, menegakkan wajahnya yang menunduk malu.
"T-tidak mas, Nina bicara apa adanya, jujur sebenarnya Nina dari awal sudah suka sama mas." Jawab Nina dengan muka yang bersemu merah, mata kami terikat, saling memandang begitu dekat.
Tiba-tiba Nina memeluk tubuhku lagi, dengan begitu erat.
"Mas jangan marah sama aku, aku tahu mas begitu mencintai mbak Ayuna, tapi aku juga tidak mungkin memendam perasaan ku terlalu lama, aku mencintai mas, maaf kan aku mas." Nina berkata dengan suara sedikit bergetar, aku mengelus punggungnya, agar dia merasa nyaman.
Aku ikut memeluk tubuh Nina, membiarkan dia dalam dekapan ku.
Setelah itu, aku tidak tau apa yang terjadi..
Kami sudah berpagut begitu mesra, cuaca yang mendukung semakin menambah gairah yang kurasa, begitu pun Nina, aku kira dia wanita yang lugu, tapi kenyataannya dia sangat bisa menyeimbangi permainan yang kami lakukan bersama.
Tanpa disengaja kami telah menyakiti hati seseorang disana, ya Ayuna, maafkan mas, adik mu sungguh luar biasa.
Sejak kejadian malam itu, aku semakin candu akan kehadiran Nina di hari-hari ku, dia begitu pandai dalam menyenangkan ku.
Jangan katakan Ayuna tak menggoda, Ayuna istri yang sangat sempurna, tapi pengakuan Nina membuat jiwa lelakiku terlena.
Kami sepakat untuk menyembunyikan hubungan terlarang ini dari istri ku Ayuna, biarkan semua berjalan semestinya, aku mencintai keduanya, aku tidak mau kehilangan Ayuna.
Setan telah berhasil menggoda, sehingga aku terjebak di lubang nestapa.
*pov Ayuna*
"A-pa...! Nina ngasih tahu kamu apa mas?" tanyaku masih di posisi yang sama.
"Ponsel kamu tidak bisa dihubungi sayang, terus mas berinisiatif untuk hubungi Nina buat nanyain keberadaan kamu. Nina bilang kamu lagi dirumah orang tua kamu sama dia. Mas merasa lega mendengar kabar dari Nina." Jawab mas Yudha, dengan santai.
"Terus, Nina bilang apa lagi, mas?"
"Nggak ada, Nina cuma bilang itu saja, sayang "
"Kamu kenapa pulang tadi malam, mas? katanya mau lembur.'' Tanya ku penuh selidik.
"Mas tidak jadi lembur, sayang. Mas kangen sama kamu, makanya mas pulang." Jawab mas Yudha, Aku pengen muntah rasanya, mendengar ucapannya.
"Kenapa kamu nggak nyusulin aku saja ke rumah orang tua ku tadi malam, mas?''Tanyaku lagi, Aku pengen tau apa jawaban mas Yudha.
"Mmm-mas capek bangat, Ayuna." Balas Mas Yudha, dia kelihatan gugup saat aku tanya begitu. Aku diam saja, tidak merespon.
"Kalau begitu mas mau mandi dulu, ya." Mas Yudha berkata, lalu berlalu ke kamar mandi.
"Mas aku berangkat ke kantor dulu, maaf nggak sempat bikin sarapan, pagi ini bibik saja yang masak, ya." Aku berkata sambil mengikuti langkah mas Yudha.
"Ya sudah, kamu hati-hati dijalannya, sayang." Mas Yudha berkata menghadap ke aku, mengelus pucuk kepala ku dan tidak lupa mengecup keningku, aku kemudian menyalami tangannya.
--------------------
Kemarin-kemarin aku selalu membuat sarapan untuk mas Yudha, melayani nya dengan sebaik mungkin, walaupun di rumah kami sudah ada pembantu, tapi aku ingin melayaninya sendiri, karena aku istrinya, itu sudah menjadi kewajibanku. Tapi, apa balasannya, dia mengkhianati dan membohongiku habis-habisan. Sekarang aku tidak akan sudi lagi untuk melakukan semua itu.
Mas Yudha adalah seorang manajer di sebuah perusahaan, dia laki-laki yang cerdas dan juga tampan, dulu saat aku masih pacaran sama dia, tidak sedikit wanita yang suka meliriknya saat kami jalan bareng, dia juga sangat baik kepada ku, dia selalu memberikan aku kejutan-kejutan yang membuatku merasa melayang, tapi sekarang dia malah menghancurkan aku dengan kejutan yang tak aku duga. Aku kira aku beruntung bisa memilikinya, tapi apa nyatanya? Untuk sementara waktu aku akan bersikap biasa saja terhadap mas Yudha, sampai aku menemukan bukti yang kuat atas perselingkuhannya dan sampai aku tahu siapa wanita simpanannya itu.
Sejak menikah, mas Yudha melarang ku untuk bekerja, dia meminta aku untuk resign dari pekerjaan yang telah mempertemukan kami berdua.
Aku yang masih harus membiayai kehidupan Nina merasa bimbang, aku tidak mau merepotkan mas Yudha, lalu aku memberikan dia pengertian.
"Mas, maaf ya? sepertinya aku belum bisa resign, aku masih punya kewajiban untuk membiayai Nina, biarkan aku bekerja sampai Nina selesai kuliah dan juga setelah dia mendapatkan pekerjaan yang layak''
"Iya sudah terserah kamu saja sayang, yang penting kamu harus pandai-pandai saja bagi waktu dan juga kamu harus jaga diri saat tidak bersama mas." Ungkap nya waktu itu.
Saat ini aku merasa bersyukur, karena dulu aku tidak jadi resign dari pekerjaan ku, jadi aku tidak terlalu bergantung pada mas Yudha, aku akan meminta pisah sama dia, setelah semua bukti terkumpul, biarkan saja dia berbahagia bersama gundiknya, dan aku akan menjalani hari-hari yang menyenangkan bersama adik semata wayangku Nina.
-------------------------------
Aku telah sampai di kantor, setelah melewati perjalanan yang begitu membosankan, aku terjebak macet, dan berulang kali juga pak Arya menghubungiku.
sialll aku terlambat!
Mana pagi ini aku harus menemani pak Arya bertemu klien, duhh pasti tu bapak-bapak sudah murka bangat sama aku.
********
"Eehhh cin sini lho, tumben lho terlambat?"teriak Siska sang resepsionis memanggilku.
"Iya, sial bangat tahu nggak sih, aku tadi habis kejebak macet."ujarku menghampiri nya.
"Lho dipanggilin sama pak Arya tuh, tadi dia kesini nanyain lho. Sana buruan, dia udah nungguin lho dari tadi."
"Mampus deh gue." Jawabku.
"Sudah buruan sana, lho tenang saja, pak Arya nggak mungkin mecat lho, palingan lho diceramahin sama tu pak bos," Siska tertawa garing setelah mengatakan itu, dasar sahabat tak punya belas kasih! Tapi, walaupun dia begitu, Siska adalah sahabat yang paling baik yang aku punya.
🌺🌺🌺🌺🌺
"Assalamualaikum, permisi pak. Ini aku Ayuna." Aku mengetuk pintu sambil mengucap salam.
"Masukkk!" Balas pak Arya, mendengar suara bariton nya saja sudah membuat nyali ku ciut.
"Baik, pak."
---------
Saat aku sudah berhadapan dengannya.
"Duduk!''pak Arya berkata, memberi perintah.
"Iya, pak." Jawabku, Aku menarik kursi yang ada dihadapan pak Arya.
"Ayuna, kamu kenapa?" Tanya nya, aneh yang membuatku bingung.
"A-pa pak?"
"Apa perlu saya mengulangi lagi pertanyaan saya?."
"E-eh tidak pak, maaf pak aku tadi habis kejebak macet, makanya telat, sekali lagi maaf pak." Jelas ku. Aku bicara begitu lirih, sedangkan pak Arya terus saja menatapku secara intens.
"Saya sudah mengenali kamu cukup lama, tidak biasanya kamu terlambat, dan gara-gara kamu saya harus kehilangan proyek yang cukup besar, apa kamu sedang ada masalah?"
"Maaf pak, aku tidak akan mengulanginya lagi, aku mohon jangan pecat aku pak."
"Huuhhhh, sana kamu selesaikan berkas-berkas ini, nanti habis makan siang kamu temani saya meeting di restoran xxxxx."pak Arya berkata sambil memberikan berkas dan menarik napas panjangnya. Aku tahu dia pasti sangat kesal karena ulah ku.
"Baik pak, makasih pak, kalau begitu aku permisi dulu, pak." Ucapku, Pak Arya hanya mengangguk kecil sebagai jawabannya.
**********
Pak Arya Wiguna, dia adalah pemilik perusahaan tempat aku bekerja, usianya sepantaran sama mas Yudha, 3 tahun lebih tua dari aku, kata orang-orang dia begitu tampan. Tapi, dia sangat sombong, kalau bicara seperlunya saja, walau aku sudah mau tiga tahun bekerja sama dia, tapi aku tidak terlalu mengenali pribadinya, dia begitu misterius, bahkan di usia nya yang bisa dibilang tidak muda lagi, dia masih betah saja sendiri, kasian sekali dia. Duhh aku kok jahat bangat, ya. Mana yang lebih kasian dari aku saat ini?
Emot sedihhhh.
sebejad2 nya laki2 pasti cari istri yg bener.