NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Dari Seorang Gus

Menjadi Istri Dari Seorang Gus

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: pinkberryss

Akibat kenakalan dari Raya dan selalu berbuat onar saat masih sekolah membuat kedua orangtuanya memasukkan Raya ke ponpes. setelah lulus sekolah.

Tiba disana, bukannya jadi santri seperti pada umumnya malah dijadikan istri kedua secara dadakan. Hal itu membuat orangtua Raya marah. Lalu apakah Raya benar-benar memilih atau menolak tawaran seperti orangtuanya?

Tingkah laku Raya yang bikin elus dada membuat Arsyad harus memiliki stok kesabaran yang banyak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pinkberryss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengembalikan kalung

Sesampainya di kelas banyak pasang mata menatap kepada Raya yang tengah digandeng oleh Arsyad, para santriwati sampai melongo.

"Gus emang udah sah ya kok digandeng gitu?" celetuk santriwati bangku tengah.

Raya melihatnya dengan mata memicing, terlihat santriwati itu dengan dandanan yang berlebihan alias menor. Hingga dia menghampirinya dan mengelap bibir santriwati dengan selembar tisu yang tersedia di meja pengajar.

Aksi tersebut tak hanya membuat mereka kaget dan terbengong, namun Arsyad juga tak kalah terkejutnya. Namun Arsyad hanya diam dan malah duduk.

"Kalian santriwati tidak sepantasnya memakai pemerah bibir, masih sekolah juga kan tapi kenapa tidak menaati segala peraturan yang ada? Meski sudah besar pun tapi kalau masih dilingkungan pendidikan ya nggak pantas lah, kalau cuma pakai lip balm boleh," Arsyad begitu terkesima dengan penjelasan perkataan Raya.

"Memang nya harganya berapa paling juga dibawah dua puluhan ya? hati-hati nggak aman. Nih gue aja pake yang mahal kok harganya sekitar ratusan ribu satu lippies aja. ada harga ada kualitas, jadi dipastikan aman. Nih liat bibir gue pink alami karena perawatan," lanjutnya membuat Arsyad menjatuhkan rahangnya mendengar perkataan Raya lagi.

'Kalau kayak gini bisa-bisa lama saya ngajar, belum mulai mulai. Katanya mau belajar mengaji habis ini' Arsyad kemudian menyuruh Raya untuk duduk di bangku kosong belakang. Namun dia menolak akhirnya diseret lah bangku itu ke depan.

Saat berlangsungnya Arsyad mengajar Raya terkesima dengannya. Namun dia harus menepis rasa itu hanyalah rasa kagum biasa saja.

Selang setengah jam kemudian selesailah. Mereka balik lagi ke pondok. Raya langsung saja mengulurkan tangannya agar digandeng lagi oleh Arsyad.

"Gus gandeng lagi dong tangan gue ini!"

"Kenapa panggil saya Gus lagi tidak seperti tadi?"

"Tadi yang mana?" Raya memang tidak tahu atau lupa.

"Terserah kamu saja," Arsyad lalu melenggang pergi dan Raya yang tersadar pun langsung memanggilnya ulang.

"Mas Arsyad gandeng dong!" langkah Arsyad terhenti dan dia melihat Raya berjalan kepadanya dan langsung mengapit lengan.

Sebenarnya Raya kesal karena tadi hanyalah untuk memanas-manasi Zalima supaya mundur alon-alon. Bukan malah seperti ini yang harus manggil lagi.

"Gausah kegeeran ya gue manggil tadi cuma refleks aja bukan mengganti panggilan!"

"Loh kenapa? Harusnya ganti saja panggilan gus ke mas supaya terbiasa. Lagian kita sebentar lagi akan menikah bukan?"

'Dasar duda karatan ya begini nih!'

"Udah lah gue ngantuk, duluan ya!" Raya hendak melepas tangannya yang mengapit lengan Arsyad, namun urung karena Arsyad yang tidak mau.

"Bukannya tadi bilang ke saya kalau mau belajar mengaji?"

"Nggak jadi deh hari ini free aja ya? Males banget gue,"

Namun Arsyad malah menariknya supaya berjalan lebih cepat hingga tiba di mushola. Dengan gerakan cepat dia membuka buku iqro kembali didepan Raya yang tengah duduk bersila.

"Duh gus kenapa sih, nggak kasihan sama gue?"

"Apa yang perlu dikasihani? Sudah cepat baca doa dulu." Raya mendengus tapi juga melakukannya meski terkesan berat karena sifat malasnya kembali muncul.

Setelah drama yang dibuat Raya selesai juga kini Arsyad mengeluarkan sebuah kalung warna silver milik Raya yang waktu itu terjatuh.

"Ini punyamu bukan?"

Raya melihat kearah tangan Arsyad memegang kalung, dia langsung menyentuh lehernya yang ternyata tidak ada kalungnya.

"Loh kok bisa di elo sih Gus?"

"Maaf baru saya kembalikan karena kemarin lupa, waktu selesai mengaji tiba-tiba terjatuh begitu saja, saya tidak memanggil kamu karena sudah masuk ke dalam rumah akhirnya saya bawa,"

"Mau saya bantu pasangkan?" Raya mengangguk. Dia balik badan agar memudahkan Arsyad juga tak lupa rambutnya dipindah kedepan dan dijunjung. Sebenarnya tadi Raya pakai kerudung pashmina tapi sudah dicopot saat sampai di mushola.

Dengan hati-hati Arsyad memakaikan kalung tersebut ke leher jenjang dan putih Raya. Sedikit gemetar karena belum pernah merasakannya. Napasnya sedikit memburu tatkala mencium aroma parfum menyeruak dari leher Raya.

Raya juga merasakan hal yang sama tatkala hembusan napas dari hidung Arsyad mengenai lehernya. Memejamkan matanya tatkala tangan Arsyad tak sengaja menyentuh lehernya, ada sensasi geli.

"Gus—"

"Hm?" dia masih fokus mengaitkan kalung yang agak susah

'Omg tahan Ray, lo harus tetep santuy jangan deg-deg ini cuma masang kalung aja kok'

"Bisa cepetan dikit nggak?"

"Sabar dikit lagi," Raya menghembuskan napas kasarnya.

"Sudah." akhirnya Raya bisa bernapas lega, kalung nya bisa terpasang kembali.

"Ini beneran udah kuat nggak bakal jatuh lagi?" Arsyad mengangguk, kemudian mereka balik menyudahi sesi belajar mengaji malam ini yang dirasa sudah terlalu malam.

...----------------...

Paginya Raya menatap jail ke Zalima yang tengah menatap penuh kekaguman kepada Arsyad calon suaminya. Hari ini dia berada di lingkungan sekolah sebelah pondok.

Raya sudah menyiapkan sesuatu yang bisa dikatakan sebagai jebakan untuk Zalima. Dia sendiri melihat bagaimana wajah Zalima yang berseri-seri dan senyuman yang membingkai itu.

"Kayaknya dia mau nyamperin Gus Arsyad sama pak guru itu deh, saatnya gue beraksi," Raya bergerak cepat dan mengeluarkan beberapa butir kelereng.

Zalima yang hanya fokus menatap depan tak tahu bahwa dia akan menginjak kelereng tersebut. Dia terpeleset dan tergelincir jatuh. Mereka yang mengetahui langsung menolong Zalima. Arsyad dan guru itu mendekat, namun Arsyad melihat ada Raya yang melihatnya juga.

"Bukan kamu kan yang bikin gini?" bisiknya.

"Kalau iya mau hukum gue Gus? yaudah ayo sekalian aja batalin pernikahan kita," jawabnya enteng membuat Arsyad melotot.

"Enak saja! Undangan sudah jadi tinggal disebar kamu malah mau batalin," Arsyad menatap horror Raya namun yang ditatap malah tiada takut-takut nya.

"Kirain mau gantiin gue sama Zalima itu!"

"Maksudnya? Kok bawa bawa nama Zalima, emang siapa dia?"

"Dih pura-pura nggak tahu padahal dulu sempat dikasih makanan buatannya," sindir Raya.

Arsyad menatap jail kepada Raya, "Oh kamu mulai suka sama saya ya?" Demi apa rasanya ingin sekali Raya tonjok muka Arsyad ini, tapi sayangnya dia calon suaminya. Tingkat kepedean dari mana dia dapatkan.

"Cemburu berarti kamu sama saya,"

"Eh Gus kalau ngomong jangan sembarangan. Mana ada cemburu orang gue nggak cinta sama ente!"

"Nggak papa siapa tahu nanti malah kamu duluan yang jatuh cinta sama saya,"

"Ogah! gue pastikan lo sendiri yang nanti jadi bucin sama gue." ucapnya lalu meninggalkan Arsyad.

'Emang.'

Apa yang terjadi selanjutnya ya. Terus si Arsyad maksudnya apa coba ngomong begitu dalam hatinya?

Jangan lupa dukung author terus ya besti para pembaca...!

Love sekebon :)

1
Sena Kobayakawa
Gemesin banget! 😍
_senpai_kim
Sudah berhari-hari menunggu update, thor. Jangan lama-lama ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!