Love Story At School

Love Story At School

Bab 1

"Berapa kali gue bilang, lupain itu cowok! Lo cantik, masih banyak yang suka sama lo!"

"Tapi gue maunya dia..."

"Tolol! Cantik doang kalo gak punya otak ya percuma! Ya udah sana, samperin cowo brengsek itu! Gak usah lo datang ke gue lagi. Percuma, karena lo gak dengerin apa kata gue!"

Venda menunduk meremas selimut yang ada di pangkuannya. Sedangkan Melody hanya diam menatap temannya dengan sebal.

Venda baru saja putus dengan pacarnya. Tanpa alasan yang jelas cowok itu memutuskan Venda. Tentu saja Venda tak terima, namun dia tak bisa berbuat apa-apa lantaran cukup sakit hati ketika mendengar ucapan kasar kekasihnya tadi.

"Cari yang lain aja sana! Tuh, masih ada Jaka, Putra, Lutfi, siapa lagi itu anak IPS yang kutu buku? Oh! Risky! Nah itu juga oke. Gak kalah ganteng mukanya!" ucap Melody.

"Lo pikir gampang ngelupain dia? Bayangin aja, gue kenal dia dari kecil, Mel!"

"IYA GUE TAU! Tapi, lo gak bisa gini terus lah, Nda. Itu cowok terlalu bajingaan buat lo tangisi!"

"Gue gini juga supaya lo sadar. Dia terlalu sampah buat lo yang spek berlian gini," lanjut Melody. Dia masih berusaha menyadarkan temannya, meskipun caranya salah.

Venda berdecak. "Pokoknya gue maunya sama dia! Gak mau yang lain, Mel!" rengeknya.

"Nyenyenyenye! Sekali lagi lo ngomong gitu, gue bakar itu rumah si Serangga!"

Rangga adalah nama mantan Venda, tapi Melody sering memanggilnya Serangga.

"Jahat banget! Udahlah sana!"

"Dih, ngusir gue lo? Yang bener aje! Gue mah ogah! Mending tidur aja kalau gitu." Melody segera menuju sofa yang ada di kamar Venda, lalu merebahkan tubuhnya di sana. Mengabaikan Venda yang kembali menangisi Rangga.

Melody adalah gadis berumur 17 tahun, kelas 11. Dia gadis yang ceria dan bar-bar, sangat berbeda dengan Venda yang kalem. Pertemanan mereka sudah 1 tahun lebih, sejak masuk SMA. Meski begitu, keduanya tak segan sama sekali.

****

"Kak Gian mana?" Kepala Melody masuk di celah pintu, dia mengintip keadaan isi kelas 12 yang hanya ada beberapa orang.

"Si ganjen, ngapain lo cari cowo gue?" celetuk seorang gadis yang tadinya berkumpul bersama temannya. Namanya Lisa.

"Dih? Kocak! Kak Gian aja gak pernah ngelirik elo!" balas Melody. "Udahlah, males gue ngeladenin mak lampir!" Melody mengibaskan rambutnya dan segera pergi dari sana tanpa menghiraukan teriakan Lisa.

"Kak Gian hobi banget ilang-ilangan." Melody berdecak. Dia melihat orang-orang yang ada di lapangan, tapi cowok bernama Gian itu tetap tidak ada.

"WOY CENTIL!"

Melody memutar bola matanya malas. Ia lanjut melangkah tanpa menghiraukan cowok yang memanggilnya dengan sebutan aneh itu.

"Gue tau lo nyari Gian, kan?"

Kaki mungil yang tadinya melangkah langsung terhenti. Ia berbalik menatap segerombolan cowok yang sedang duduk di bawah pohon di pinggir lapangan.

"Apa?!" sahut Melody.

Jaka tertawa jahil. Tangannya melambai menyuruh Melody mendekat. Dengan sebal Melody mendekat ke sana. Kalau bukan demi Gian, mana mau dia dekat-dekat dengan kadal gurun itu?

"Lo mau tau Gian di mana, kan?" tanya Jaka.

"Hm! Buruan kasih tau!" ketus Melody.

"Tapi, jodohin gue sama si Venda dulu." Kedua alis Jaka naik turun.

"DIH? NGACA, BOS!" seru Melody. "Venda terlalu berlian buat elo yang remahan rengginang!"

Sontak saja ucapan Melody mengundang tawa dari orang sekitar. Tentu saja Jaka malu.

"Berisik lo! Ya udah, gak akan gue kasih tau di mana Gian!" Jaka berdecih sinis.

"EGP, Emang Gue Pikirin?!" sahut Melody.

Dan saat Melody berbalik, di situ dia melihat Gian yang baru saja keluar dari ruang OSIS.

"NAH! Itu cowok gue! Bye bye Jaka Tingkir!" Melody tertawa puas sambil melangkah menjauh dari Jaka.

"Kurang ajar emang itu anak!" desis Jaka.

"Lagian bener apa yang dibilang si Melody," sahut temannya sambil tertawa.

"Diem lo!"

"Hai, Kak!" Melody berdiri di depan Gian. Di samping cowok itu ada seorang gadis yang menjabat sebagai sekertaris OSIS.

"Hai, Melody," balas Gian tak kalah ramah, bahkan dia tersenyum tipis.

"Maaf ganggu, aku cuma mau kasih ini aja. Jangan lupa dimakan ya!" Melody menyerahkan sebuah kotak bekal berisi masakannya. Ini sudah menjadi rutinitas nya sejak 3 bulan lalu.

"Thanks. Pasti gue makan kok."

Senyum Melody mengembang lebar. Dia pun segera menyingkir, membiarkan kedua manusia itu melanjutkan langkahnya.

"Silakan lanjut, Kak. Hehehe..."

Gian terkekeh kecil melihatnya.

Saat Gian sudah menjauh, Melody jingkrak-jingkrak tak jelas. Untungnya semua murid sudah hafal dengan tingkahnya yang random dan gampang salah tingkah jika bersama Gian, si ketua OSIS.

Melody melangkah dengan riang menuju kelasnya.

FYI, Melody dan Venda beda kelas. Melody kelas Bahasa, sedangkan Venda IPA. Mereka pintar di jurusan masing-masing.

"Gigi lo kering, hati-hati," celetuk seseorang.

Sontak saja Melody langsung mengatupkan bibirnya dan menatap sinis orang itu. "Bacot!"

"Dasar titisan singa!" cibir Putra. Namun Melody tak menghiraukan cowok itu.

Melody menghempaskan tubuhnya di kursi, tasnya ia letakkan di atas meja.

"Ngerjain apa?" tanya Melody pada temannya.

"Nyalin tugas, gue ngerjain pake buku coretan tadi malam," jawab Cindy.

"Hah? Tugas apa?!" Melody melotot kaget, ia menghampiri Cindy dan melihat tugas tersebut.

"WHAT?! GUE LUPA!"

****

"Lari, Melody. Kamu ini bisa lari apa nggak?"

"Iya, Bu..."

Dengan terpaksa Melody lari dengan benar mengelilingi lapangan. Dia dihukum karena tidak mengerjakan tugas. Padahal baru kali ini dia lupa mengerjakan, tapi, Bu Henny adalah orang yang tegas. Tidak tanggung-tanggung, hukumannya lari keliling lapangan 10 kali.

"Gian!"

Mendengar nama sang pujaan hati dipanggil Bu Henny, Melody menoleh dengan cepat. Ia menatap Gian yang berjalan mendekati Bu Henny. Gadis itu berhenti sejenak dan mengamati keduanya.

"Tolong kamu awasi Melody, ya. Saya harus mengajar anak-anak yang lain," pinta Bu Henny.

Gian mengangguk patuh. "Baik."

Bu Henny menoleh ke arah Melody, seketika matanya melotot. "Lari, Melody! Apa-apaan kamu ini!"

Melody menyengir dan langsung kembali berlari.

Bu Henny pun segera pergi menuju kelas Bahasa untuk mengajar yang lain.

"Malu gue kalo gini ceritanya," gumam Melody.

Dia ingin menjadi anak baik-baik di depan Gian. Tapi sekarang? Citra baiknya sudah hilang karena ketahuan dihukum.

Gian berdiri di pinggir lapangan sambil terus menatap Melody yang masih terus berlari.

"Masih berapa keliling?" tanya Gian saat Melody melintas di depannya.

"5 Kak!" jawab Melody tanpa menghentikan larinya.

Gian mengangguk paham. Dia menatap jam tangannya sebentar. Sebenarnya dia ada rapat OSIS 10 menit lagi.

Bruk!

Gian mendongak, dan alangkah terkejutnya saat dia mendapati Melody yang terjatuh. Langsung saja dia berlari menghampiri gadis itu.

"Sudah, kita ke UKS aja," kata Gian. Dia melirik luka di lutut dan tangan Melody.

"Nanti dimarahin Bu Henny, Kak. Aku gak papa, kok," jawab Melody.

Gendong gue pliss! Batin gadis itu berteriak.

"Biar nanti gue yang bilang ke Bu Henny. Luka lo harus diobati."

Melody mengangguk patuh.

"Bisa jalan?"

"Kayaknya gak bisa, deh. Lutut aku..." Melody menatap miris ke arah lutut mulusnya.

Tanpa aba-aba, Gian menggendong Melody dan membawanya ke UKS.

Tentu saja mereka menjadi pusat perhatian murid yang kebetulan jam kosong.

Peka banget, sih! Melody menahan senyumnya, berusaha untuk tidak salah tingkah.

Kapan lagi mencari kesempatan dalam kesempitan seperti ini?

bersambung...

Terpopuler

Comments

Vajar Tri

Vajar Tri

aduhhh seneng nya ...nyengir 7 hari 7 malam ini ....terus gak bakal di cuci seragam nya 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2025-01-21

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!