apa yang terjadi dimasa lalu, sangat berdampak dengan perjalanan yang dilalui dimasa kini dan masa depan.
perlakuan terus menerus akan ketidakseimbangan dan pilih kasih , membentuk seseorang mempunyai karakter yang egois dan mempunyai dendam yang tidak ia sadari.
pilihan hidupnya antara mengambil segala hal yang terjadi merupakan pengalaman dan pembelajaran terbaik, ataukah justru membuat keras nya hati dalam bersikap dan menghadapi lingkungan sekitarnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danti Romlah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keseharianku episode 21
"Untung Yayang tahu aslimu seperti apa sebelum jadi pacarmu Rian, kalau sudah terlanjur jadi pacarmu, bisa-bisa dia ga bakal punya teman. Sudah hus hus sana, kamu yang tereliminasi dari kandidat untuk jadi calon pacarnya Yayang, justru Yayang harus bersyukur baru 4 bulan sudah bisa lihat asli nya karaktermu" ejek Dwi ga kalah menantang. "Dasar cewek-cewek ga laku. Ga level aku dekat-dekat sama kalian" ujar Darian sembari meninggalkan kami. "Sudah Yang, ga usah kamu pikirin cowok aneh kayak dia, belum apa-apa kog sudah posesif dan sok ngatur. Untung ada kejadian ini, jadi kamu ga terlanjur lebih dalam buat suka sama dia. Atau kamu sudah terlanjur cinta?" selidik Yanti. "Yaaa enggaklah..aku masih sebatas mengagumi dia, karena keaan pertama dan 4 bulan selama mengenal dia, kupikir dia adalah laki-laki yang memiliki karakter yang sama seperti ayahku, ternyata jauh banget ga ada mirip-mirip nya" jawabku. "Alhamdulillah kalau begitu" serempak kelima temen-temenku bersyukur.
Aaaahhh, tapi kenapa hatiku seperti kecewa dan sakit? Harapanku dan penilaianku ternyata melenceng jauh dari kenyataan. Aku harus mulai belajar menghapus sosok Darian dalam benak dan pikiranku. Bisakah.....
4 bulan mengenal Darian, cukup membuat hatiku nyaman. Karena Darian diawal perkenalan memang selembut dan seperhatian itu padaku. Pertemuan kami terjadi kebetulan saat aku perjalanan pulang sekolah jalan kaki bersama dengan Sari, teman beda kelas yang rumahnya searah dengan rumahku. Saat kami asyik ngobrol tiba-tiba ada beberapa siswa-siswa berseragam salah satu sekolah yang terkenal siswa-siswi nya nakal dan suka buat keributan mendekat ke kami dan ikut jalan beriringan, "waaaah, ada 2 cewek cantik nih...boleh kenalan kan?" Kata salah seorang dari mereka. "Weeeeeeiiiii iyaaa nich, cakep-cakep, apa perlu Abang antar dengan selamat sampai rumah neng?" Saut yang lain. Bahkan ada yang langsung menggandeng tangan Sar, reflek kami langsung teriak, "aaaaaarrrrgggghhhhh tolooong..tolooooong....toloooong..." aku dan Sari berteriak barengan dengan menghentikan langkah kami. Beberapa warga sekitar yang kebetulan sedang bersantai di sekitar spontan mendatangi kami, "ada apa nak? Kenapa minta tolong?" bapak-bapak yang memakai kaos biru mendekati kami, "ini pak, anak-anak ini mengganggu kami" ujar Sari agak ketakutan. "Bohong pak, kami berteman, kami biasa bercanda pak" bantah salah satu dari anak-anak nakal itu. "Jangan mempermainkan orangtua nak, kalau hanya bercanda ga perlu sampai teriak-teriak merepotkan orang* sergah bapak itu lagi. "Beneran pak, kami ga kenal mereka, mereka mengganggu dan menggoda kami" ucapku menyakinkan. "Mereka berdua ini lagi cari perhatian ke kami pak. Karena mereka menyukai 2 orang di antara kami dan ga kami gubris makanya cri perhatian" sanggah yang lain berargumen. Aku dan Sari saling menggenggam erat tangan masing-masing, sepertinya posisi kami akan terkalahkan dengan argumen mereka. Tapi tiba-tiba, "mereka memang mengganggu 2 cewek ini pak. Kami saksinya" kata 2 orang siswa berseragam sekolah berbeda dari ku dan anak-anak berandal ini. "Ooooooo, jadi kalian memang mengganggu yaa. Kalian cewek berdua, kalau mereka ini mengganggu kalian lagi, segera lapor polisi. Kami warga disini yang akan jadi ada saksinya kalau berandalan ini memang mengganggu kalian. Daaaann kamu kamu berandalan, sekolah yang bener, kalau sampai 2 anak perempuan ini mengadu ke kami atau kami lihat kalian mengganggu yang lain lagi, kami yang akan melaporkan kalian ke polisi" ujar ibu-ibu memakai daster motif bunga warna merah geram. Akhirnya anak-anak berandal itu berlalu meninggalkan kami sembari saling menyalahkan.
semoga kedepannya saya bisa makin berkembang dan memperbaiki segala kekurangan yang terjadi