Proses Revisi. Disarankan jangan membaca dulu.
Alur VERY++++ Slow.
KARYA INI TERISNPIRASI DARI NOVEL KING OF GODS, KARYA FAST FOOD RESTAURANT
Weng Lou merupakan seorang anggota Klan Keluarga Weng yang berasal dari keluarga cabang. Dia berhasil masuk kedalam Keluarga Utama setelah berlatih dengan sangat keras dan menjadi seorang jenius berbakat didesanya.
Namun, dirinya yang merupakan jenius di keluarga cabangnya bukanlah siapa-siapa di keluarga utama. Banyak sekali jenius beladiri yang berasal dari keluarga utama. Namun meski begitu, ia tetap berlatih dengan keras agar tidak tertinggal dari yang lain.
Hingga suatu malam, dia mengalami kejadian aneh, dan berakhir dengan dirinya mendapatkan sebuah kitab. Kitab yang membuat kehidupannya berubah. Dari seorang pecundang, menjadi seorang jenius .
Nama kitab itu adalah "Kitab Keabadian". Dan dengan kitab itu, ia akan menuju 'Keabadian'.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noviant Juan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 28. Sebelum Pesta Dimulai
Desa Sungai Biru. Matahari sudah mulai terbenam, dan warga desa sudah selesai menyiapkan pesta untuk malam ini.
Terlihat kebahagiaan di wajah seluruh warga desa yang pulang ke rumah mereka masing-masing untuk membersihkan diri selepas mempersiapkan pesta.
Pesta malam ini diselenggarakan ditengah desa, atau tepat didepan kediaman Kepala Desa Sungai Biru.
"Kau tau, hampir 20 tahun aku tak pernah melihat mereka semua segembira ini," ucap ayah Weng Lou sambil berjalan bersama Tuan Gong disampingnya.
"Maksudmu pesta sehabis bencana itu? Ya....kalau dipikir-pikir mereka sepertinya memang jarang membuat yang seperti ini, jadi biasa saja jika mereka sering-"
UHK!
Sebuah jitakan keras diberikan ayah Wen Lou dan mendarat tepat di kepala Tuan Gong dengan mudah.
"Kau semakin banyak omong kosong saja, ya? Aku tau kau ingin bercanda, tapi jangan memakai bencana itu sebagai sebuah lelucon, jika warga desa lainnya mendengar mu, maka kujamin itu tak akan berakhir baik," bisik ayah Weng Lou sambil melihat sekitarnya.
Untungnya tidak ada satupun orang lain yang mendengar apa yang baru saja Tuan Gong katakan.
Tuan Gong sendiri hanya menggosok-gosok kepalanya yang terasa sakit tanpa membalas omongan ayah Weng Lou.
"Dan hentikan sifat anak kecilmu itu, itu membuatku jijik."
"Sifat anak kecil dari mana sialan?! Aku hanya.. memikirkan orang-orang yang pernah terbunuh waktu kita pergi dari Kota Bintang Putih ke Kota Giok Merah..." Wajah Tuan Gong tampak murung saat dia mengatakan tentang ini.
Ayah Weng Lou juga terdiam, dia tampak mengingat hal yang dimaksud oleh Tuan Gong, dan dia sangat benci akan kenangan itu.
"Kau tahu...alasan mengapa aku berhenti menjadi penjaga barang untuk keluargamu adalah aku takut ada orang lain lagi yang terbunuh karena diriku.
Selama hampir 2 tahun sebelum aku menikah dengan Weng Hai, aku terus dihantui dengan rasa bersalah. Aku bahkan hampir bunuh diri jika bukan karena Hai memberiku sebuah tamparan waktu itu."
Mata ayah Weng Lou menerawang langit malam, mengingat momen dirinya dan istrinya, Weng Hai, menjadi dekat karena kejadian yang bisa dibilang agak canggung.
"Yah...kau benar. Seharusnya Hai tidak menamparmu dan membiarkanmu bunuh diri," kata Tuang Gong dengan santainya seperti tak ada dosa sedikit pun.
"Kau tau? Aku selalu ingin memotong lidahmu itu. Entah bagaimana caranya lidahmu bisa menjadi bom yang sumbunya sudah berasap, menunggu angin bertiup untuk menyalakan apinya dan meledak.
Kau bahkan mungkin tidak sadar saat kau mengeluarkan kalimat-kalimat itu," dengus ayah Weng Lou dengan jengkel dan memilih mempercepat langkahnya kembali kerumah.
"Kalimat yang bagus, belajar dari mana?" Seringai Tuan Gong.
"Omong kosong lagi dan kau tidur di luar malam ini," balas ayah Weng Lou dingin.
Tuan Gong tersedak napasnya sendiri begitu ayah Webg Lou mengatakan hal itu, dia akhirnya memilih diam dan berjalan dengan tenang bersama sahabat lamanya ini kembali kerumah untuk membersihkan tubuh.
***
Di lain tempat, daerah pinggiran desa.
Terlihat Weng Lou dan dua orang lainnya, Weng Wan dan Weng Hua, masih bermeditasi untuk menyerap sumber daya latihan yang Weng Lou bawa sebelumnya.
Beberapa menit kemudian....
"Fhuu....aku sudah selesai menyerapnya, bagaimana dengan kalian?" Kata Weng Lou yang mulai bangkit berdiri dan meluruskan badannya yang terasa kaku.
Selang beberapa detik, Weng Hua juga membuka matanya. "Aku juga sudah selesai. Sumber daya ini benar-benar luar biasa, aku langsung naik ke Dasar Pondasi tingkat 3 menengah hanya dengan satu buah sumber daya!"
Weng Hua yang selama ini terkenal akan sifat pendiamnya tampak berbeda sekarang dengan wajah bersemangatnya saat ini.
Tak beberapa lama, Weng Wan juga menyusul mebuka matanya.
"Lou...a-aku tidak tau bagaimana membalas yang kau berikan padaku hari ini."
Weng Wan tampak sangat senang, dia baru saja memasuki Dasar Pondasi tingkat 3 awal dua hari yang lalu, dan hari ini dia sudah memasuki tingkat menengah.
"Apa yang kau bicarakan, anggap saja ini balas budi karena kau menolongku waktu itu," jawab Weng Lou sambil membantu Weng Wan berdiri.
"Sudah gelap, seahrusnya pestanya akan segera dimulai. Aku akan kesungai sebentar membersihkan diri. Hua, kau dirumahku saja membersihkan diri, aku takut Weng Wan akan mengintipmu jika kau ikut bersama kami."
"Apa kau bilang?! Bukannya kau yang kedapatan mengintip para gadis desa waktu itu!?"
"Tutup mulutmu sialan! Menurutmu siapa yang menipuku waktu itu, huh?!"
Dan begitulah mereka berdua beradu mulut dan berakhir dengan masing-masing mendapatkan cubitan dari Weng Hua dipinggang mereka.
"Kalian ini bukan anak-anak lagi, jadi dewasalah sedikit. Cepatlah membersihkan diri, aku akan menunggu kalian didepan rumah lamaku."
Weng Hua memilih pergi meninggalkan Weng Lou dan Wang Wan yang masih menggosok pinggang mereka yang memerah karena menerima cubitan keras dua kali dalam sehari.
Weng Lou dan Weng Wan saling berpandangan sejenak dan memilih pergi langsung kesungai untuk membersihkan diri.
Malam harinya, banyak warga desa yang sudah mulai ramai berdatangan di depan rumah kediaman Kepala Desa Sungai Biru.
Untuk membuat suasana yang nyaman, meja dan kursi disusun rapi seperti mengadakan sebuah pesta pernikahan.
Wajah para warga semuanya tampak gembira dan bahagia. Semua rasa takut dan gelisah yang mereka rasakan kemarin kini sirna, mereka dengan rasa kekeluargaan yang tinggi mengadakan pesta yang sangat jarang mereka lakukan.
Para orang dewasa sibuk membakar daging-daging yang akan disantap bersama, sedangkan anak-anak bermain dengan ria.
Weng Lou dan kedua orang tuanya, Weng Hua, Weng Wan, dan Tuan Gong datang bersama-sama setelah semuanya selesai membersihkan diri.
"Ayah, jika aku masuk Dasar Pondasi tingkat 4 kau akan mengajariku menggunakan tenaga dalam bukan," tanya Weng Lou sambil berjalan santai.
"UHUK! UHUK!...Yah...ayah memang bilang begitu. Tapi mencapai Dasar Pondasi tingkat 4 dengan cepat, itu tidak akan mudah.
Jadi sebaiknya kau melatih teknik beladirimu saja hingga matang dan siap untuk memakai tenaga dalam," jawab ayahnya yang tampak terkejut dwngan pertanyaan Weng Lou.
Weng Lou tersenyum lebar mendengar jawaban ayahnya.
"Ayah tidak perlu khawatir. Aku sudah mencapai Dasar Pondasi tingkat 3 menengah sore tadi, jadi mencapai Dasar Pondasi tingkat 4 seharusnya sangat mudah dan cepat untukku." Wang Lou terkekeh menjawab ayahnya.
Ayah dan ibu Weng Lou tampak terkejut mendengar pernyataan Wang Lou.
Dasar Pondasi tingkat 3 menengah? Bukankah baru 3 hari yang lalu anaknya mencapai Dasar Pondasi tingkat 3?
Pertanyaan demi pertanyaan muncul dibenak mereka berdua, sedangkan Tuan Gong hanya melihat mereka.
"Ayah, kau lupa dengan sumber daya latihan yang aku tunjukkan sebelumnya?."
Benar! Sumber daya latihan!
"Ka..kalau begitu. Jangan bilang kau sudah memakai salah satunya?" ayah Weng Lou hampir tak bisa menahan rasa terkejutnya.
Weng Lou mengangguk mengiakan pertanyaan ayahnya.
"Tapi bukan aku saja. Hua dan Wan juga memakainya bersamaku, mereka berdua juga memasuki Dasar Pondasi tingkat menengah bersama-sama denganku," dia menunjuk Weng Hua dan Weng Wan disampingnya.
Weng Wan dan Weng Hua tampak terkejut mendengar pembicaraan Weng Lou dan ayahnya.
Mengajari cara menggunakan tenaga dalam!? Ketika memsauki Dasar Pondasi tingkat 4!?
Weng Wan menelan ludah, sedangkan Weng Hua tampak semakin bersemangat.
"Paman, bisakah paman mengajariku cara menggunakan tenaga dalam juga?" Weng Hua bertanya dengan sangat bersemangat dan penuh harap, sedangkan Weng Wan semakin terkejut dengan pertanyaan Weng Hua.
"A-aku juga paman! Tolong ajari aku cara menggunakan tenaga dalam!" Weng Wan menunduk dihadapan ayah Weng Lou, dan membuat ayah Weng Loolu tampak salah tingkah.
"A-ah...yah jika kalian bersikeras... baiklah. Tapi seperti yang Weng Lou katakan, hanya ketika kalian mencapai Dasar Pondasi tingkat 4 baru aku akan mengajari kalian bertiga," ayah Weng Lou menggaruk kelapanya yang tidak gatal.
Anak-anak ini...dari mana datangnya semangat mereka? Bahkan kami yang seusia mereka dulu tak sebersemangat itu.
Ayah Weng Lou memandangi putranya bersama dua sahabatnya. Dia berharap anaknya akan menjadi Praktisi Bleadiri yang hebat nantinya.