Arsyila Maharani harus terpaksa melalui hari- hari yang sulit, hanya karena sebuah kesalahan satu malam yang di luar kendalinya.
Arsyila menjadi korban dari bos tempat Ia bekerja yang pada saat itu sedang terpuruk, kehilangan mahkota yang sangat berarti dua hari sebelum pernikahan mereka.
Mampukah Arsyila melalui hari- harinya ke depan, bukan hanya masalah dari keluarga nya dan juga masyarakat yang memandang dirinya hina.
Bagaimana Ia menghilangkan rasa trauma berat dalam hidupnya, apakah ada cinta tulus yang akhirnya menghampiri nya. Yuk simak kelanjutan nya disini....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alvaro berulah
***
Pukul 9.30 pagi sebuah mobil terparkir tepat di depan kediaman Arkan, dan tidak lama kemudian seorang pria keluar dari sana.
Terdengar pria itu menyeru pada seseorang satpam agar membukakan pintu untuk nya, satpam pun berlari kedepan namun tidak serta merta membukakan pintu untuk si tamu.
" Maaf Tuan, tapi Tuan Arkan tidak ada di rumah. Tuan bisa kemari lagi nanti kalau Tuan Arkan kembali. "
Kening pria itu mengerut, heran dengan ucapan satpam yang melarang nya untuk masuk.
" Apa kamu lupa siapa aku, ini rumah kakak ku yang artinya rumah ku juga, bisa- bisanya aku di larang masuk di rumah sendiri. "
Alvaro mengumpat dalam hati, pagi-pagi begini Ia sudah di buat kesal.
" Maaf Tuan, saya hanya menjalankan perintah. Tuan tunggu sebentar, saya akan menghubungi Tuan Arkan lebih dulu. "
Si satpam merogoh ponsel jadulnya lalu melakukan panggilan, sampai tiga panggilan tidak satu pun yang terjawab.
Di balik gerbang, Alvaro bisa melihat raut wajah satpam itu, bibirnya menyunggingkan senyum tipis.
" Kenapa, tidak di angkat kan. Makanya jangan ngeyel, aku tadi sudah minta ijin padanya terlebih dahulu sebelum kemari. Lagi pula pagi ini Tuan mu itu sedang sibuk, cepat buka pintu aku ingin istirahat di dalam. "
Meskipun ragu namun akhirnya Joko pun mengalah, Ia membuka gerbang lebar- lebar agar mobil mewah itu bisa masuk.
Alvaro masuk ke dalam rumah dengan hati yang bahagia, dalam hati Ia bersenandung riang. Ya, pria itu sudah mendapat kabar dari orang kepercayaan nya kalau seseorang yang Ia cari selama ini ada di dalam rumah itu.
Alvaro masuk sambil celingak- celinguk, seperti maling. Senyum kembali menghiasi bibirnya karena tidak menemukan siapa pun.
" Pasti dia di kamar, kebetulan sekali. Dia tau saja kalau ada yang bertemu dengan nya. "
Benar saja dari balik pintu yang tidak tertutup sempurna, Alvaro bisa melihat keberadaan wanita yang di carinya. Nampak tengah merapikan tempat tidur dan hanya terlihat belakang nya dengan rambut panjang menjuntai.
" Oh sial, bisa- bisanya burung ku bereaksi hanya karena melihat tubuh bagian belakang nya. Tapi dia benar-benar menggoda dan seksi. "
Bayangan malam liar itu kembali membuat hasratnya seketika bangkit. Ya, sudah beberapa bulan berlalu semenjak terjadi nya malam petaka itu, Alvaro tidak pernah lagi merasakan hasrat untuk bercinta pada wanita lain.
Namun begitu ada satu wanita yang mampu membuat hasratnya menggila bahkan hanya cukup mengingat nya saja.
Lagi- lagi Alvaro menoleh ke kiri dan kanan, berharap tidak ada siapa pun melihat keberadaan nya.
Setelah merasa aman, Alvaro melangkah pelan dan bergegas menutup pintu dan menguncinya.
" Ris, kamu sudah kembali, bantu aku dong. Tarik ujung seprai nya sebelah situ, biar cepet rapi. "
Arsy mendengar suara pintu terbuka dan tertutup, Ia pikir itu adalah Larissa sahabat nya. Tanpa menoleh terlebih dahulu, Ia kemudian meminta bantuan. Namun kemudian hidungnya mencium sesuatu yang sangat familiar.
" Ris, kok tumben kamu pakai parfum sih. "
Ekor mata Arsy menangkap sesuatu yang aneh, Ia melihat sepasang kaki... bukan kaki wanita. Tatapannya beralih keatas dan terkejut melihat keberadaan pria yang selama ini ingin Ia hindari.
" Halo sayang, kita berjumpa lagi, apa kamu merindukan ku. "
Senyum tipis yang terukir di wajah tampan itu, bukannya terlihat tampan di mata Arsy namun justru terlihat menyeramkan. Tubuhnya bergetar hebat, tatapan tajam seperti elang itu seolah ingin menelan tubuhnya bulat- bulat.
Alvaro terkekeh melihat ketakutan Arsy, matanya tertuju pada bagian perut wanita itu. Terlihat sedikit membuncit namun itu justru terlihat seksi di mata nya sehingga membangkitkan hasratnya yang kini sudah menggebu-gebu ingin di salurkan.
Dalam hati Arsy memohon kepada sang empunya kehidupan, semoga ada seseorang yang datang untuk menolong nya. Karena tubuhnya seakan kaku bahkan untuk sekedar bergerak saja, mungkin karena rasa takut yang amat sangat.
Semakin langkah Alvaro mendekat semakin bergetar pula tubuh wanita itu.
" Jangan takut sayang. "
Sementara di tempat lain, tiba-tiba Arkan merasa gelisah. Tanpa sengaja lengannya menyenggol gelas di sampingnya. Nilam yang bersamanya pun terkejut dan bergegas menghampiri ketika melihat apa yang terjadi.
" Tuan, Tuan tidak apa- apa. Tuan pindah disana saja, biar saya bersihkan dulu. "
" Tidak perlu Nilam, itu bukan tugas mu. Panggil saja OB untuk membersihkan nya. Oh ya Nilam, dimana ponsel ku. Aku tadi lupa meletakkan nya dimana sebelum rapat. "
Nilam menyisir sekitar ruangan itu dan menemukan apa yang di cari atasannya itu.
" Itu Tuan. " Tangannya menunjuk ke satu arah.
Arkan meraih ponsel itu dan terkejut melihat tujuh panggilan dari satpam rumah.
" Tujuh panggilan tak terjawab, ada apa ya, apa ada sesuatu yang terjadi di rumah. "
Arkan bergumam sembari melakukan panggilan telepon, wajahnya menegang terlihat urat-urat menimbul disana- sini. Tangannya mencengkram pinggiran meja.
" Sialan kamu Varo, awas saja kalau terjadi sesuatu hal yang buruk padanya, akan ku buat hidup mu bagai di neraka. "
Sambil melakukan panggilan Arkan keluar dari ruangannya setengah berlari, Nilam yang melihat pun nampak bingung namun juga ikut khawatir. Ia pun ikut berlari mengejar atasannya itu, namun terlambat karena pintu lift sudah tertutup, hingga Ia pun harus menunggu beberapa saat.
Arkan sendiri sudah melaju di jalan raya yang sudah mulai ramai dengan pengguna jalan yang lain, harinya tiba-tiba memburuk karena Alvaro berulah.
Lima belas menit kemudian Arkan tiba di rumahnya, pintu gerbang sudah terbuka. Ia segera berlari tanpa parkir dengan benar, di dalam rumah Ia langsung di suguhkan dengan kondisi yang tidak mengenakan.
Pintu kamar yang di tempati Arsy terbuka, terlihat beberapa orang didalam. Arkan menerobos masuk tanpa menghiraukan siapapun.
Terlihat Arsy yang tengah meringkuk memegangi perutnya, sementara tangan seorang pria meraih tangannya.
Bugghhhh
Tanpa eleng- eleng dua pukulan melayang di wajah dan perut Alvaro sehingga membuat pria itu terhuyung kebelakang karena mendapatkan serangan mendadak.
" Tamat riwayat mu Varo kalau sampai terjadi apa- apa padanya. " Ucapnya sembari menggendong tubuh yang masih bergetar itu kedalam pelukan nya.
" Larissa cepat, kita harus ke rumah sakit sekarang juga. " Serunya sedikit keras karena panik.
Ia membutuhkan wanita muda itu untuk menemani sahabatnya ketika di dalam mobil. Terdengar tapak kaki bersahutan semakin menambah suasana mencekam.
Alvaro yang baru saja mendapatkan serangan brutal lalu di tinggalkan sendiri begitu saja membuat nya meringis.
Sudut bibirnya mengeluarkan darah segar, Arkan benar-benar mengeluarkan seluruh kekuatan seakan benar-benar ingin menghabisi nya.
" Benar-benar sialan, kenapa dia sampai sekhawatir itu. Katanya janin yang di kandung nya adalah milikku tapi kenapa sikapnya yang berlebihan. Apa jangan- jangan mereka menipu ku, bilang nya anakku padahal kenyataan nya adalah anaknya. Brengsek kamu Arkan, Ibu dan anak sama saja. " Umpatnya geram sambil menyentuh rahangnya yang sakit.
***
lope lope dah pokoknya ini mah cantik habis othor. next visual yang lain ya jangan lupa wiliam juga oke