NovelToon NovelToon
Tiba-tiba Jadi Istri Dan Ibu

Tiba-tiba Jadi Istri Dan Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Sistem / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: istimariellaahmad

Wanita bernama Kaluna dengan usia 26 tahun terus saja di desak dan di tanya kapan nikah? Umur sudah cukup untuk membina rumah tangga.
Namun Kaluna tidak ada pacar dan sudah lama putus bagaimana caranya akan menikah? Dirinya saja malas untuk keluar saat teman- temannya mengajaknya nongkrong, dirinya masih percaya dengan kata-kata "Jodoh gak akan kemana."

"Nasib ku, bagaimana aku akan mati dalam keadaan jomblo begini." Ucapnya saat mobilnya mulai masuk ke dalam jurang, pintu mobil juga susah untuk ia buka.

Namun bagaimana jadinya, jika dirinya tidak jadi mati atau pending dulu untuk bertemu dewa kematian, ia malah masuk ke dalam raga seorang wanita yang sudah memiliki suami, bahkan anak?

Baca selengkapnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon istimariellaahmad, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teman lama

Tifara sedang membantu ayahnya mengelap tubuhnya, setelah itu ia memasangkan baju pada ayahnya.

"Ayah, Ara ambil makan dulu ya." Ayahnya mengangguk dan Tifara ke dapur membiarkan ayahnya di ruang tamu. Mama dan papa Aryan mengizinkan juga ayah Tifara tinggal, lagipula itu juga rumah Aryan sendiri.

"Makanan datang." Tifara membawa nampan dan berisi sepiring makanan dan mangkuk sup beserta air putihnya.

"Ayah makan yang banyak ya, Ara tau ayah sayang banget sama Ara 'kan?" Tifara selalu saja berkaca-kaca jika berbicara karena hanya sendiri dan ayahnya diam saja dengan respon mengangguk dan menggeleng saja.

Suara ponselnya berdering membuat dirinya menoleh ke atas meja.

"Mama, boleh Elzan yang suapin kakek?" Tanya Elzan yang menghampiri nya.

"Elzan gak bisa sayang, biar mama aja." Tifara menolak nya dengan halus karena tidak ingin membuat ayahnya tidak nyaman karena suapan dari Elzan.

"Elzan bisa, coba lihat dulu." Elzan tidak mengangkat piringnya dan hanya menyodorkan sendok dengan nasi dan lauk yang sedikit ke mulut kakek nya.

"Wah, Elzan bisa bantu mamam kakek." Tifara tersenyum memuji Elzan yang bisa menyuapi ayahnya.

Ponsel kembali berdering dan Tifara baru ingat jika dirinya akan menelepon balik tadi.

"Halo, om Kenzi nya sayang." Tifara menunjukkan Elzan yang sedang menyuapi ayahnya.

"Halo Elzan, sedang apa kamu?"

"Lagi suapin kakek makan."

Tifara tersenyum dan hanya menampilkan wajahnya. "Kangen banget sama papa dan mama."

"Kenzler gak?"

"Cie ngaku kalau kenzler." Tifara menggoda adiknya. Kenzi sudah memalingkan wajahnya kesal, tapi dia benar-benar merindukan Tifara yang persis seperti kakak nya.

"Nak, papa mau lihat ayah kamu."

"Kenapa pa? Ayah nya Ara sedang sakit dan sekarang tidak bisa berbicara."

"Coba tunjukkan wajah nya, papa mau lihat."

Tifara menunjukkan wajah ayahnya dengan duduk di samping nya.

"Dermawan, ayah kamu Dermawan?" Tanya papa Kaluna memastikan.

"Dermawan?" Tifara masih berpikir nama ayahnya tapi ayahnya langsung mengangguk menangis.

"Nama ayah memang Dermawan, kenapa papa bisa kenal dengan ayah?" Tanya nya penasaran.

"Ayah kamu adalah teman papa waktu papa kuliah dulu, ternyata kamu anaknya. Papa sudah lama hilang kontak, ternyata kamu dan Kaluna juga berteman sama seperti papa dan ayah kamu dulu." Tifara terkejut dengan ucapan papa nya.

'Jiwa yang membuat aku dan Tifara berteman.' Batin Kaluna sendiri. Plot twist sekali pikir Tifara, kenapa bisa jiwa Kaluna masuk ke tubuh Tifara, mungkin karena ada kaitannya dengan kecelakaan itu juga di balik ini semua, dia harus mencari tau.

"Dermawan, ini aku Luthfi rasyad teman kamu." Mama Kaluna juga seperti terharu dengan bertemu nya dua teman lama. Walaupun ayah Tifara tidak menjawab, tapi beliau merespon dengan mengangguk dan menangis terharu bisa bertemu kembali dengan teman nya yang sudah lama tidak bertemu.

'Ada kejutan apa lagi setelah ini.' Batin Tifara yang masih terkejut dengan papa nya dan ayah Tifara berteman.

"Ara, hei."

"Iya pa, Ara hanya terkejut dengan ini jika papa dan ayah ternyata berteman. Pantas saja Ara merasa sangat dekat dengan papa dan mama."

'Yah walaupun kalian memang orang tua kandungku.' Sambungnya dalam hati.

"Benar, kamu juga sama persis seperti Kaluna kami." Tifara melirik ayahnya, ia merasa ayahnya itu sepertinya juga merasa dirinya tidak seperti putrinya yang penurut pada mama dan kakak tirinya, tapi ia melihat jika Tifara sekarang sangat berani dan mengirim surat cerai untuk mama tirinya itu yang masih menumpang di rumahnya.

"Mungkin karena Kaluna menceritakan semuanya, makanya Ara sekarang juga seperti Kaluna."

Tidak mungkin jika dirinya mengakui bahwa dirinya adalah Kaluna yang berpindah jiwa nya ke raga Tifara, mereka tentu saja tidak akan percaya karena itu sangat mustahil bagi orang lain kecuali dirinya sendiri yang merasakan.

"Nanti Ara pesan kan tiket ke sini untuk papa dan mama." Tifara ingin mereka berkumpul di rumah nya.

"Lah Kenzi gak diajak."

"Sekolah yang bener, sebentar lagi kamu kuliah. "

"Sudah mengajarkan Kenzi beladiri pa?" Karena sebelum kembali ia meminta agar papa nya mengajarkan Kenzi beladiri untuk jaga-jaga.

"Tentu, dia sebenarnya juga sudah ahli dan sesuai apa yang kamu inginkan. Tapi ke sekolah kadang bawa mobil."

"Kenzi, kakak sudah bilang pakai motor kenapa kamu tidak dengar."

"Kenapa sih kak? Kenzi juga mau seperti yang lain terlihat punya mobil." Kenzi hanya ingin seperti teman lainnya, dirinya sering pakai motor saja ke sekolah jadi untuk gaya jika pakai mobil.

"Kamu hanya ingin gaya dan mengantar jemput pacarmu, kamu tidak pernah mendengar apa yang kakak bilang. Hati-hati walaupun dengan orang yang kamu sayangi tapi bukan keluarga yang sudah dekat denganmu, bisa jadi orang itu akan menghancurkan mu." Mendengar pacar membuat papa dan mama nya melotot, ternyata yang disembunyikan anaknya adalah ini.

"Urus Kenzi, pa. Ara males sama adik yang tidak mendengar ucapan kakak nya. Ara tidak perlu di hormati jika tidak bisa karena tidak gila akan hormat, tapi setidaknya hargai."

Saat Kenzi akan berucap lagi Tifara mendahului.

"Ara tutup pa, mau suapin ayah makan." Tifara kesal sendiri, ia berkaca-kaca karena adiknya tidak mendengar nya, ia hanya ingin menjaga walaupun dari jauh.

Ayahnya memandang Tifara seakan bertanya kenapa?

"Ara baik-baik aja ayah. Sayang, terimakasih karena sudah suap kakek. Sekarang kamu main lagi sama bibi ya, nanti mama kesana."

"Iya ma." Elzan mengangguk dan mencium pipi mama dan kakeknya lalu setelah itu pergi.

"Ayah istirahat dulu ya, Ara mau bikin masakan dulu takutnya mas Aryan datang." Tifara mengelap mulut sang ayah dengan telaten, ia membawanya ke kamar nya agar beristirahat.

Keluar dari kamar ayahnya, Tifara dikagetkan dengan Aryan yang saat dirinya berbalik ada di hadapannya.

"Ih mas, Ara kaget tau gak." Memukul dada suaminya pelan.

Aryan terkekeh, "maaf sayang, aku tidak sengaja membuat mu kaget." Tangan nya memegang tangan Tifara.

"Kenapa sudah pulang? Ara belum masakin mas makan siang." Padahal dirinya tidak istirahat dan menjaga ayahnya sejak tadi.

"Kamu gak perlu masak, mas sudah beli makanan diluar tadi. Mas tau kamu pasti capek ngurus ayah, Elzan, dan mas juga." Aryan tau betul karena ia juga selalu memantau nya, istrinya itu lelah tapi tidak menunjukkan nya pada Aryan.

Aryan menarik tangan Tifara untuk ke meja makan, mengambil mangkuk dan piring untuk mereka makan bersama. Membuka box yang dia beli dari luar.

"Mending mas duduk aja, Ara yang siapkan ini."

Aryan menuntun istrinya agar kembali duduk.

"Mas bisa hanya melakukan ini sayang, kamu duduk aja."

Aryan sudah selesai dengan menyiapkan makanan, ia mengambil piring dan menyendokkan nasi dan beberapa lauk di piring nya dengan begitu banyak. Tifara yang melihat itu berpikir bahwa suaminya kelaparan, ia mengambil piring sendiri untuk ia gunakan.

"Untuk apa sayang?"

"Untuk Ara makan juga." Tangan nya ia tarik lagi, ia menatap Aryan dengan memelas, mungkin Tifara mengira jika Aryan melarang nya ikut makan.

"Biar mas suapin kamu, kita sepiring berdua. Kamu gak mau kalau sepiring berdua?"

Tifara menggelengkan kepalanya, "Ara mau kok."

Aryan terkekeh dengan istrinya, setuju tapi menggelengkan kepalanya. Menggeleng karena tidak keberatan.

"Kenapa mas?" Tifara bingung suaminya itu sering tertawa sendiri.

"Tidak." Aryan mulai menyuapkan makanan ke mulut Tifara, dengan porsi yang kecil pastinya, karena ia tau bukan dirinya yang bisa menyuap banyak makanan. Setelah makan dan bercerita Aryan datang menyapa anaknya dulu walaupun biasanya sering berebut Tifara. Aryan kembali lagi ke kantor setelah makan siang bersama istrinya, ia bisa begitu jika tidak ada meeting di kantor. Aroma bucin nya Aryan kuat banget gengss...

Mau satu yang seperti Aryan gak gengs?

Selalu dukung othor bebu sayang, annyeong love...

Baca juga cerita bebu yang lain.

See you...

1
Isti Mariella Ahmad
luar biasa dengan pemikiran yang kubuat menurut ku sudah sempurna saja, walaupun memang tulisan ku tidak begitu bagus.
Asmarni Marni
Buruk
Isti Mariella Ahmad: Setidaknya jika tidak suka jangan memberi rating yang buruk, tinggal di skip saja kakak. Tapi Terima kasih juga, saya akan lebih memperbaiki tulisan, dan semoga kakak nya sehat selalu.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!