Satu psikopat mampu menebar teror pembunuhan berantai, bagaimana jika ada enam psikopat berkumpul dalam satu tempat?
Sekelompok mahasiswa dan mahasiswi yang berasal dari kota Jakarta memutusan untuk liburan semester ke sebuah kota Kyoto dinegara matahari terbit, Jepang.
Mereka diajak oleh salah satu teman mereka, yang merupakan seorang blasteran Jepang bernama Ayana dan adiknya Yuki. mereka kemudian bertemu dengan seorang pemuda tampan asal Jepang yang mengajak mereka untuk mengunjungi sebuah kabin mewah ditengah hutan, kaki gunung Kurama.
Sekelompok remaja tersebut tidak tahu bahwa terdapat sebuah misteri dari hutan lebat tersebut, penduduk sekitar percaya bahwa pada saat kabut tebal turun dan menutupi isi hutan maka saat itupun para tentara Jepang jaman dulu keluar untuk mencari potongan tubuh mereka yang terpisah akibat terkena ledakan sebuah bom, penduduk desa meyakini hutan tersebut telah dikutuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SemyAngelina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Dua buah kacamata pun dilempar, dari arah datangnya benda yang mengeluarkan sebuah asap tebal tersebut, benda yang mengeluarkan asap itu berasal dari pintu belakang dan tepat mengenai kaki Yukana, wanita tersebut pun segera memakai sebuah masker yang ia kantongi, kemudian memakai sebuah kacamata yang dilempakan padanya, rupanya asap tersebut dilemparkan oleh Genji yang telah datang bersama dengan kakaknya Yamada.
Kedua kakak beradik tersebut pun akhirnya telah sampai ditempat Yukana dan para korban mereka berkumpul, melihat situasi yang tidak menguntungkan bagi mereka, Genji pun memutuskan untuk memakai sebuah bom asap yang membuat mata perih dan sesak nafas.
“Jangan dihirup! segera menjauh dari tempat ini” terdengar suara dari teriakan Ryu yang tengah lari menaiki sebuah tangga.
Ayana pun segera menarik tubuh Yuki dan Andika menjauh dari tempat keluarnya asap tersebut, namun ia tidak dapat menyelamatkan Akira karena jarak antara mereka yang terlalu jauh, ditambah pandangan mata yang terhalangi oleh kepulan asap tebal.
Ayana pun menarik keduanya masuk kedalam sebuah pintu ruang bawah tanah kembali, tempat dimana yuki dan yang lainnya disekap sebelumnya.
“Tadi adalah suara dari Ryu yang memperingatkan kita bukan?” ujar Yuki.
“Abaikan saja dia, yang terpenting adalah bagaimana kita bisa keluar dari sini. Lalu siapa wanita tadi?” ujar Ayana.
“Dia adalah seorang polisi” ujar Andika yang menjawab mewakili Yuki, karena gadis cantik berambut bergelombang tersebut nampak lelah dan sedang duduk beristirahat.
“Lalu bagaimana dengan teman-temanku yang lain?”
“Rey mati di hadapanku begitu juga dengan Ririn, kalau kau turun kebawah, maka kau akan langsung menemukan mayat keduanya dan kurasa, hanya kita yang tersisa”
Mata Ayana pun mulai berkaca-kaca dan ia pun duduk sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
“lni semua adalah salahku, harusnya aku tidak membawa kalian ketempat ini dan mempercayai Ryu” terdengar isak tangis dari Ayana, Yuki pun datang dan memeluknya.
“Penyesalan sudah tidak ada artinya lagi, semua sudah terjadi dan sekarang bukanlah waktunya untuk bersedih, kita harus bisa keluar dari sini lalu memanggil pihak kepolisian agar mereka yang membunuh teman-teman kita, bisa diadili” ujar Andika menyemangati.
“Kau benar, kita harus pergi dari sini dan menyelamatkan polisi wanita tadi” ujar Ayana.
tiba-tiba pintu pun terdengar diketuk dengan keras dari luar,
“Tolong buka pintunya, ini aku Akira”
Merekapun saling berpandangan, Ayana pun membuka pintunya sedikit untuk melihat apakah benar suara tersebut berasal dari si polisi wanita, ketika pintu dibuka terlihat asap yang menyelimuti ruangan diluar telah hampir menghilang, Akira pun nampak tengah berdiri didepan pintu dengan wajah yang datar.
Setelah pintu terbuka sedikit, tiba-tiba sebuah tangan pun berusaha untuk membuka pintu tersebut dengan paksa, namun berhasil tertahan oleh Ayana dan belum selesai gadis cantik itu terkejut, ia kembali tersentak kaget setelah melihat sebuah cairan berwarna merah pekat, merembes masuk kedalam ruangan dimana ia tengah berada, lalu tubuh Akira pun jatuh kelantai.
Sebelumnya, disaat Ayana melarikan diri sambil menarik Yuki dan Andika untuk menghindari kepulan asap yang membuat mata menjadi perih, Akira yang tertinggal pun berusaha untuk menutupi pernafasannya dan hendak berlari kearah tempat dimana Ayana pergi, namun dirinya tiba-tiba diserang oleh Yukana dengan sebuah pisau lipat dan kemudian ia pun menusuk pundaknya.
Akira pun tidak tinggal diam, ia pun segera menendang tubuh Yukana untuk menjauh darinya sambil terbatuk-batuk, dengan pemandangan yang terbatas akibat kepulan asap yang membuat matanya perih, wanita itu pun merasa ada seseorang disampingnya dan karena merasa terancam, ia pun segera menyerangnya dengan sebuah potongan besi berbentuk bundar dan bergigi yang dibawanya.
Seketika itu Akira pun merasa tubuhnya terkena cipratan berbau amis yang mengenai wajah dan tubuhnya, tak lama kemudian terdengar sebuah teriakan dari seorang wanita yang memanggil nama Kabuya, bersamaan dengan itu juga terdengar suara dari sesuatu yang jatuh kelantai, rupanya yang ia serang sebelumnya adalah Kabuya yang pada saat itu, kesulitan untuk melihat dan bergerak karena kedua tangannya yang tengah diborgol dan ia pun terluka.
Akira yang saat itu tidak dapat melihat dengan jelas, menyerang Kabuya dengan menusuknya pada bagian leher lalu ketika ditarik, seketika darah dari Kabuya pun menyiprat padanya. Yukana yang marah pun langsung mendekati polisi wanita tersebut, kemudian menusukkan pisau lipatnya berkali-kali kearah dada wanita tersebut hingga membuatnya tewas.
Genji dan Yamada pun akhirnya masuk kedalam ruangan tersebut, ketika asapnya mulai menghilang.
“Apa yang sudah terjadi disini dan apa saja yang telah kami lewatkan?” tanya Genji.
“Ryu telah mengkhianati kita, ia memilih untuk memihak kepada gadis yang telah ia bawa”
“Jadi apa yang akan kita akan lakukan sekarang?”
“Membunuh Ryu, kekasih barunya beserta dengan teman-temannya”
“Terdengar menarik, aku akan segera kembali” Genji pun segera berlari menuju sebuah pintu kecil dibawah tangga, lalu ia pun mengambil sebuah senjata berupa parang panjang dan tongkat pemukul bisbol.
“Biar aku yang memimpin” ujar Genji yang kemudian memberikan parangnya pada Yamada sedangkan ia memilih untuk memakai sebuah tongkat pemukul bisbol, Yukana yang telah mengetahui kecerdasan dari Genji pun setuju.
Genji kemudian mengangkat tubuh Akira, lalu menyuruh Yukana untuk meniru suara dari wanita tersebut, untuk memancing Ayana dan teman-temannya keluar dari ruang bawah tanah.
Ayana pun berusaha keras untuk menahan pintunya agar tidak terbuka lebar, namun sebuah tangan yang tengah berusaha untuk membuka paksa tersebut, adalah tangan dari Yamada.
Yamada sengaja tidak memakai kekuatan penuh karena menunggu aba-aba dari Genji, sesaat setelah Genji menganggukkan kepalanya, Yamada pun menggunakan tenaganya untuk menarik dan membuka pintu tersebut, tentu saja Ayana kalah tenaga dan akhirnya pintu pun berhasil dibuka, gadis cantik itu pun tidak tinggal diam dan ia pun langsung menyerang Yamada.
Ayana pun menendang selangkangan dari Yamada dan berhasil membuat pria tersebut meringis kesakitan, tapi gadis tersebut tiba-tiba terdiam lalu mengangkat kedua tangannya keatas, setelah ditodong oleh senjata crossbow yang dibawa oleh Yukana, Yamada yang kesal pun lalu memukul wajah Ayana sampai membuat tubuh gadis tersebut pun jatuh kelantai sesaat sebelum Yukana menembakan panahnya.
“Baka!(bodoh), kenapa kau malah memukulnya?” ujar Yukana kesal.
“Sudah aku bilang untuk bersabar dengan tidak menyerang terlebih dahulu, sekarang lihatlah gadis ini hanya sendirian”. Ujar Genji