Satu psikopat mampu menebar teror pembunuhan berantai, bagaimana jika ada enam psikopat berkumpul dalam satu tempat?
Sekelompok mahasiswa dan mahasiswi yang berasal dari kota Jakarta memutusan untuk liburan semester ke sebuah kota Kyoto dinegara matahari terbit, Jepang.
Mereka diajak oleh salah satu teman mereka, yang merupakan seorang blasteran Jepang bernama Ayana dan adiknya Yuki. mereka kemudian bertemu dengan seorang pemuda tampan asal Jepang yang mengajak mereka untuk mengunjungi sebuah kabin mewah ditengah hutan, kaki gunung Kurama.
Sekelompok remaja tersebut tidak tahu bahwa terdapat sebuah misteri dari hutan lebat tersebut, penduduk sekitar percaya bahwa pada saat kabut tebal turun dan menutupi isi hutan maka saat itupun para tentara Jepang jaman dulu keluar untuk mencari potongan tubuh mereka yang terpisah akibat terkena ledakan sebuah bom, penduduk desa meyakini hutan tersebut telah dikutuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SemyAngelina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Saat Ayana menahan pintu, ia pun menyuruh Andika untuk membawa Yuki bersembunyi ke ruangan bawah, alasannya adalah untuk melindungi mereka dan Ayana pun bermaksud untuk berkorban dengan menahan para psikopat tersebut, tentu saja Yuki tidak setuju akan tetapi Andika yang mengerti maksud dari Ayana pun segera menarik paksa tubuh pacarnya tersebut, sambil menutup mulutnya lalu pergi kelantai bawah.
Setelah keduanya turun, pintu pun berhasil dibuka dengan paksa. Genji pun segera menyuruh Yamada untuk turun dan menangkap Andika dan Yuki, Ayana yang terkapar dilantai pun berusaha untuk menahan kaki Yamada dengan kedua tangannya, namun rambutnya segera ditarik oleh Genji dan membuatnya meringis kesakitan, akhirnya gadis itupun terpaksa melepaskan genggaman tangannya dari kaki Yamada, terlihat dari hidung dan sela bibir Ayana pun mengeluarkan darah akibat dipukul oleh Yamada sebelumnya.
Yukana kemudian maju lalu mengarahkan senjata crossbow nya kehadapan gadis cantik tersebut, namun segera dicegah oleh tangan Genji.
“Tenang saja, aku tidak akan langsung membunuhnya, karena aku akan membunuh gadis ini tepat dihadapannya Ryu” ujar Yukana.
Dorr..
Tiba-tiba saja terdengar suara tembakan dari sebuah senjata laras panjang.
“Kalau kau berani menarik pelatuk dari senjatamu, maka akan kulubangi kepalamu” ujar seorang laki-laki yang tidak lain adalah Ryu.
Saat melihat asap yang memenuhi ruangan, Ryu pun segera berlari keatas tangga setelah sebelumnya memperingatkan Ayana dan teman-temannya untuk melarikan diri, pemuda tampan tersebut pun pergi kedalam kamarnya untuk mengobati lukanya lalu meminum sebuah obat penghilang rasa sakit, setelah itu ia pun mengambil sebuah senjata laras panjang miliknya kemudian kembali kelantai bawah.
“Kenapa kau mengkhianati kami Ryu?” tanya Genji.
“Karena aku baru bisa memahami perasaanku, hatiku berubah menjadi terasa sedikit hangat karena gadis itu”
Aarggh.. terdengar suara jeritan dari Ayana saat sebuah panah menembus lengan kirinya, lalu disusul oleh suara letusan tembakan dari sebuah senapan dan mengenai kening Yukana hingga membuatnya tewas seketika.
“Aku sudah memperingatkan mu” terlihat wajah Ryu yang berubah menjadi menakutkan karena marah, sedangkan Genji mengambil kesempatan tersebut untuk kabur menuju arah bawah tangga, Ryu pun segera menghampiri Ayana yang tengah kesakitan, pemuda tersebut pun membawa sebuah tas selempang yang berisi peluru serta kotak P3K, ia kemudian mengeluarkan dua buah butir obat lalu menyuruh Ayana memakannya, obat tersebut merupakan obat penghilang rasa sakit.
Ryu pun memiliki banyak stok obat penghilang rasa sakit yang biasa ia berikan kepada setiap korban yang ia culik, pemuda tampan tersebut pun melakukannya secara diam-diam dan alasan korbannya terlihat kesakitan saat dibunuh adalah karena syok semata. Ryu pun memotong ujung tajam dari panah tersebut menggunakan pisau kemudian mencabutnya, dengan cekatan Ryu pun segera mem perban luka Ayana.
“Miris sekali, kau memberikan sebuah luka lalu sekarang menyembuhkan nya, bukankah semuanya sudah terlambat?”
“Aku tahu kesalahanku sudah tidak bisa diperbaiki, namun aku belum sepenuhnya terlambat, istirahat saja disini dan biar aku yang menyelamatkan adik serta temanmu” Ryu pun segera menuju kelantai bawah.
Yuki dan Andika pun kembali mengunci diri disalah satu kamar dalam ruang bawah tanah tersebut, Yamada akhirnya menemukan mereka berdua setelah sebelumnya memeriksa satu per satu dari kamar yang berjumlah 6 buah tersebut.
Yamada pun berusaha membuka sebuah pintu ruangan yang ditempati oleh Andika dan Yuki, rupanya ruangan yang mereka berdua masuki adalah sebuah tempat dengan banyak monitor yang memperlihatkan, gambar-gambar dari cctv yang tersebar di seluruh tempat tersebut, dari layar tersebut pula mereka berdua tahu akan keadaan yang menimpa Ayana serta Genji yang sedang berjalan menuju kearah mereka.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” ujar Yuki menangis karena khawatir melihat kakaknya yang terluka,
“Aku rasa kita bisa mempercayai Ryu untuk saat ini” ujar Andika.
“Kau benar, meski kita tidak tahu motif sebenarnya dari Ryu, kita tidak punya pilihan lain selain mempercayainya untuk saat ini” ujar Yuki.
Genji akhirnya sampai dihadapan Yamada lalu ia pun mendekati kakaknya lalu membisikan sesuatu ditelinganya, setelah itu Yamada menganggukkan kepala kemudian pergi ke kamar sebelah dengan parang yang masih ia genggam ditangannya, dari jauh terlihat Ryu tengah berjalan kearah Genji sambil menodongkan senjata laras panjangnya.
“Wah, kau tampak sangat menakutkan sekali Ryu, jadi seperti ini iya akhir dari kerja sama kita? aku sudah menduga bahwa kita tidak akan memiliki akhir yang baik”
“Kita sudah cukup bersenang-senang selama ini bukan? Aku tadinya berfikir setelah menyatukan kalian para pembunuh berdarah dingin, aku yang tidak dapat merasakan apapun mungkin bisa merasa bahagia saat ikut membunuh, tapi nyata nya tidak lagi karena saat ini aku merasa lelah dan semua ini harus segera dihentikan”
“Coba aku tebak, semuanya bermula saat kau membawa gadis yang sepertinya adalah cinta pertamamu itu, kau ingin menunjukan siapa kau sebenarnya kepada dia bukan?”
“Kau sengaja menculik si polisi wanita agar kita bisa terpojokkan, sebagai hasil akhir perburuan yang kau targetkan adalah kami bukan?” lanjut Genji.
“Kau memang cerdas, semuanya benar dan sebagai tambahan, disaat aku melihat kalian satu persatu mati terbunuh, anehnya membuat aku merasa senang” ujar Ryu tersenyum.
“Andai kau memiliki perasaan dan keluargamu mengajarkan tentang moral, pastinya kau akan menjadi orang yang baik, akan tetapi nyatanya kau terlahir disebuah keluarga yang kejam dan kau tidak dapat merasakan apa-apa disaat mereka semua mati. Namun kau merasa marah saat gadis itu dilukai oleh Yukana” ujar Genji.
“intinya aku menyesal karena telah bergabung bersama dengan kalian, harusnya aku bunuh kalian dari awal” ujar Ryu kembali.
“Sayang sekali, aku tidak berniat untuk mati sekarang”.
Tiba-tiba dari belakang Ryu muncul Yamada yang siap mengayunkan parangnya, rupanya Genji sengaja mengalihkan perhatian Ryu. Melihat hal tersebut, Andika pun tidak tinggal diam, ia pun segera keluar dari dalam ruangan dan mengabaikan larangan dari Yuki,
“Hei” teriak Andika pada Ryu sambil menunjuk kearah belakang tubuhnya, Ryu pun terkejut dan dengan cepat mengarahkan pistolnya kearah belakang, lalu terdengar letusan dari senjata laras panjang diikuti dengan suara erangan yang tertahan.
Sekelompok satuan polisi pun tengah berusaha membobol pagar dari sebuah kabin mewah ditengah hutan, polisi pun ternyata berhasil menemukan markas Ryu karena ternyata, Ryu sengaja mengaktifkan handphone milik Akira agar bisa dilacak oleh pihak kepolisian.