natasya,.
seorang sekretaris yang kehilangan bos yang sangat baik, kepemilikan perusahaan harus jatuh pada sang putra,
tanpa Tasya sangka, mendiang bos nya memberikan wasiat menjodohkan Tasya dengan putra nya Arkan,
apa mungkin mereka akan bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Uswatun hasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
berkunjung
Tasya diam, ia mendengarkan cerita suami nya tentang kehidupan di London, tubuh mereka bahkan masih sama sama polos, namun tertutup selimut..
Arkan bercerita, sebelah tangan nya mengusap rambut Tasya dengan lembut..
"jadi mas punya rumah produksi untuk anak tidak mampu? “ tanya Tasya.
"iya, bukan anak tidak mampu saja, perempuan yang sudah tidak punya suami pun, laki laki yang tidak memiliki pekerjaan"
"berapa orang? “
"banyak, sekitar 50 untuk di pabrik, sisa nya anak anak yang belum cukup umur, ada panti untuk merawat mereka"
"kenapa mas pilih mereka? "
"karna orang orang yang lebih membutuhkan, akan kerja dengan sungguh-sungguh, dan bersyukur menerima hasil nya"
Tasya menatap wajah suami nya, apakah ini benar Arkan yang ia kenal dingin dan angkuh
"lalu perusahan mas yang lain? “
"itu aku kemarin turun tangan langsung, karna saham mas 50-50 dengan Daniel"
Arkan mencium bibir istri nya lagi, ia sebenernya malas bercerita, apa lagi tentang perusahaan yang satu itu hanya menutupi bisnis ilegal nya
"lalu Nathalie... ? "
"ayo lagi" Arkan sudah mau mencium istri nya lagi
Tasya memelas "masih sakit mas"
"pelan pelan" Arkan berbisik
"mas.. aku cape lihat ini sudah jam satu"
Arkan tersenyum, "baiklah, aku faham karna ini masih pengalaman pertama, tapi nanti kamu ga bisa nolak sayang"
Tasya manyun seketika,
"tapi enak kan? “
"mas ih... "
"hahaha"
Tasya cukup malu membahas hal begitu secara langsung, apa lagi dengan seorang Arkan,
Arkan memeluk istri nya, kini bisa begitu erat, ada ikatan yang tak kasat mata mengikat mereka,
"dengar, wanita itu, bahkan mas lupa berkenalan di mana, dia sering datang ke kafe mas, dia model katanya, tapi seperti wanita penghibur, dan ternyata, dia suruhan salah satu musuh kita, dia seperti mata mata"
Tasya mencoba percaya pada suami nya,walaupun banyak pertanyaan dalam hati nya,tapi ini sufah malam, Tasya takut akan jadi panjang juga urusan nya,
ia mengangguk mendengarkan apa yang Arkan ucap,
kArna hari semakin malam, mereka akhirnya tidur,.
"maaf mas paksa kamu untuk melakukan ini sayang, mas tau kamu belum siap, bahkan mungkin belum punya perasaan pada mas,
mas menangkap sinyal yang kurang baik, sepertinya laki laki itu menyukaimu.. dan sepertinya yang setiap hari mengirimkan coklat dan bunga juga dia (Rendy)
mas ga mau ada pihak lain memanfaatkan hubungan kita yang belum kuat ini"
***
Arkan terus saja memandangi istri nya, ya sepertinya ia mulai tergila gila, rasa nya semalam adalah hal yang paling luar biasa yang ia rasa selama usia nya 32 tahun, tidak ia pungkiri, di sekeliling nya banyak wanita yang siap memberikan tubuh nya kapan pun di mana pun, ia malah tertarik pada sekretaris nya yang notabene menggunakan pakaian rapi, tidak terbuka.
Tasya telah bersiap, ia akan pergi ke suatu tempat katanya mengajak sang suami karna ini hari libur,
Melihat suami nya terus memperhatikan nya, Tasya takut jika mereka akan melakukan kegiatan seperti semalam, area sensitif nya masih terasa kurang nyaman sampai saat ini,
"mas sayang, aku turun duluan ya, siapin sarapan"
Arkan mengangguk sambil tersenyum, Tasya membalas senyuman nya, lalu buru buru pergi.
***
"apa kamu ga suntuk kerja terus? apa dulu sering healing sama mama? “ Arkan menyuap nasi goreng buatan istrinya.
"kita sering keluar, kaya aku sama mas aja, sering makan di luar sekalian kerja,
aku lebih dekat sama ibu saat kondisi nya sudah tidak baik baik saja, awal nya ibu Arum melimpahkan banyak tugas, semenjak itu kami sering banyak ngobrol, tidak hanya masalah pekerjaan "
"apa membicarakan ku juga? “
Tasya menggeleng, Arkan pura pura kecewa,
"hanya pernah saat ibu pingsan, posisi nya sudah pulang dari kantor, bi Fatma menelpon minta aku datang,
setelah sadar ibu cerita tentang kamu mas"
"oya? apa katanya? " Arkan begitu tertarik
"ibu minta aku nemenin kamu nanti saat ibu sudah ga ada, sudah ga mampu buat ke kantor"
"apa kamu sudah tau sayang, mama menjodohkan kita? “
Tasya mengangguk
" ibu pernah membahas nya juga, tapi aku ga pikir kan dan ambil pusing, makanya pas semua nya benar terjadi, aku ga nolak, anggap lah ini bakti ku karna ibu Arum begitu baik"
Arkan mengangguk, Tasya lah orang yang paling repot menjelang mama tiada, tante Anggi cerita, ia sampai harus mengatur menu makan mama setiap ada acara keluar, karna mama sudah tidak bisa makan sembarangan,
"non Tasya menginap lima hari, apa lagi menjelang mama kritis tuan, non Tasya hampir tidak tidur, mama Arum hanya ingin bersama non Tasya" ucap bi Fatma saat awal awal Arkan tau ia di jodohkan.
Kini Arkan faham. tujuan mama nya menjodohkan dia dengan Tasya, karna Tasya begitu jadi wanita idaman para mertua, dan sayang nya mama tidak sempat melihat rumah tangga kami.
Sarapan pagi ini begitu santai, karna hari libur, Tasya tidak segan membantu bi Fatma membereskan meja makan, dan memasak di dapur, ia tidak memanfaatkan jabatan suami nya untuk bersifat angkuh.
mereka pergi setelah menempuh perjalanan hampir 30 menit, Arkan menatap sang istri saat ia tau mereka datang ke pemakaman,
"kamu ga salah, kita datang ke sini? " tanya Arkan
"iya mas, ayo.. "
Mereka turun, Tasya tidak lupa membawa banyak bunga, ternyata ia sudah memesan pada sopir untuk membelikannya, menyusuri jalan berbelok, mereka sampai,
Tasya duduk di atas makam, membersihkan kotoran yang ada di sana, Arkan belum tau makam siapa ini
"mas, ini makam ayah mertua kamu" Tasya tersenyum,
Arkan menatap batu nisan, di sana tercetak nama Rudi jayadi,
Tasya dan Arkan menabur bunga, tapi tidak semua ia tabur kan..
Setelah mereka berdoa untuk mendiang ayah, Tasya mengajak suami nya pindah lokasi yang lumayan aga jauh,
tapi sekarang menuju makam yang nampak baru, ada taburan bunga segar juga di atas nya, menandakan seseorang belum lama datang,
Belum Tasya mengucapkan sesuatu, Arkan sudah berlutut, ia membaca nisan atas nama mama nya,
"mah... " Tasya menunduk, ia yakin Arkan punya kesedihan yang sama sepertinya, namun sifat Arkan yang tertutup tidak membuat dirinya berterus terang tentang perasaan nya.
Arkan mengusap papan nama, mata nya begitu saja memanas..
"mah, maafkan Arkan, anak macam apa aku ini, hampir tiga bulan mama pergi Arkan baru datang,
maafkan Arkan yang begitu banyak dosa pada mama, maafkan Arkan yang tidak punya waktu untuk mama, betapa mama kesepian setiap waktu sampai hari hari terberat mama Arkan tidak ada di sisi mama"
Tasya menangis, mendengar ungkapan hati suami nya, suara nya bergetar seperti menahan tangis.
"Arkan janji, akan merawat segala nya milik mama, termasuk perempuan yang mama jodohkan untuk Arkan, mama memang tidak salah pilih, dia yang terbaik kan mah? “