MATA BATIN

Disebuah Kota yang padad penduduknya terdapat sebuah misteri yang sangat mengerikan tentang Sosok Hantu Tanpa kepala di sebuah jembata bernama jembatan panuh.

Ia telah lama menghuni jembatan itu semenjak penjajahan belanda zaman dulu.

menurut penduduk kota tersebut banyak kejadian - kejadian mistis yang menghantui mereka selama hidup di dekat jembatan tua itu.

Mereka bersaksi bahwa setiap pukul satu malam prajurit berkuda tanpa kepala itu selalu menampakan wujudnya kepada orang lain yang melewati jembatan itu pada tengah malam.

Ini sudah terjadi sejak lama. Semenjak jembatan itu di bangun oleh belanda zaman dahulu.

Konon katanya Arwah itu adalah arwah penasaran yang menguasai tempat itu. Ia mati karna di jadikan tumbal oleh kompeni itu untuk memperkokoh jembatan itu.

Pemerintah Belanda zaman dahulu memenggal kepala seorang prajurit perang yang tangguh dan kuat. dan kepalanya di tanam di bawah jembatan itu agar.

Jembatan itu berdiri dengan kokoh.

Kini peristiwa itu telah lama berlalu namun arwah dari prajurit tanpa kepala itu masih berkeliaran di sekitar jembatan panus itu dan masuk ke pemukiman warga untuk mencari mangsa dan membunuh orang yang melihatnya.

Mendengar kabar itu membuat para penduduk Desa poncol atas ketakuta dan tidak berani keluar pada malam hari.

Namun kini desa itu sudah ramai dengan lalu lalang kendaraan bermotor dan sedikit terlihat hidup namun saat jalanan sudah sepi arwah itu akan muncul untuk mencari mangsa.

Aku pernah mendatangi lokasi itu dan menginap di rumah keluarga ku yang tinggal di Desa Poncol atas.

Setiap setahun sekali kami sekeluarga menginap di sana dan saat itu aku melihat banyak sekali keanehan yang terjadi di sekitar desa ini.

Saat jalanan sepi pada tengah malam aku selalu mendengar suara langkah kaki kuda yang melewati pemukiman warga itu.

Aku berniat untuk melihatnya sejenak namun bibi ku melarangnya ia berkata " Queen jika kau mendengar suara langkah kaki kuda kau tidak boleh melihat keluar jendela sedikit pun itu akan membawa mala petaka bagi mu dan keluarga mu. Bibi hanya menasihati mu saja sayang karna desa ini bukanlah desa biasa di sini banyak sekali peristiwa yang diluar nalar terjadi di tempat ini. Jadi turutilah perintah bibi oke."

Sambil menjelaskannya kepada ku.

Aku pun tidak bisa berbuat apa - apa kecuali menurutinya saja.

Aku pun berkata " Baiklah bibi...aku mengerti." sambil menuruti semua perintahnya.

Bibi ku pun berkata " Baguslah kau memang anak baik sekarang tidurlah hari sudah malam jangan sampai kamu sakit karna kurang tidur." sambil menasihati ku.

Aku pun berkata " Baiklah bibi..." sambil berusaha memejamkan mata ku.

Namun saat waktu telah menunjukkan tengah malam suara langkah kaki kuda itu terdengar kembali dan menganggu tidur ku.

Aku pun terbangun dan berkata " huwah...suara itu lagi ini sangat menganggu ku. Aku harus segera melihatnya tapi bibi melarang ku. jadi aku harus bagaimana selanjutnya...?" sambil bertanya kepada diri ku sendiri.

Namun suara itu sangat mengganggu ku.

aku pun memberanikan diri ku untuk mengintipnya sejenak dari jendela kamar ku dan melanggar perintah bibi ku.

Aku pun terkejut bukan main manakala aku melihat ada sesosok prajurit yang mengenakan baju zirah yang biasa di pakai untuk berperang namun aku terkejut karna ia tidak memiliki kepala dengan darah yang masih menempel di leher baju zirahnya.

Aku pun berkata ," Ya...ampun ini sangat mengerikan jadi karna ini bibi tidak mengizinkan ku untuk keluar rumah pada malam hari dan melarang ku melihat keluar jendela saat suara itu terdengar."

Sambil tidak bisa berkata apa pun lagi.

Lalu tak lama kemudian aku melihat seorang pengendara motor melintas di hadapannya dan di bunuh olehnya dengan pedangnya yang begitu tajam membuat pria itu bersimbah darah dan tewas seketika di depan mata ku sendiri.

Aku pun syok melihatnya ingin rasanya ku teriak namun tidak bisa takut di dengar olehnya aku pun hanya bisa menangis sambil menggigit lidah ku saja.

Aku pun berkata dalam hati " Ya...tuhan ini sangat mengerikan lebih baik ku tidur sekarang juga dan melupakan peristiwa ini."