Wang Lu adalah juara satu perekrutan Paviliun Longtian, mengalami kerusakan pondasi internal dan berakhir sebagai murid tak berguna.
Tak ada yang mau jadi gurunya kecuali… Wang Wu.
Cantik!
Tapi tak bisa diandalkan.
“Bagaimanapun muridku lumayan tampan, sungguh disayangkan kalau sampai jatuh ke tangan gadis lain!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙒𝙪
“Pak Tua! Tolonglah! Aku tak mau jadi muridnya!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙇𝙪
“Tak mau jadi muridnya, lalu siapa yang mau jadi gurumu?”~
Murid tak berguna, guru tak kompeten… mungkinkah hanya akan berakhir sebagai lelucon sekte?
Ikuti kisahnya hanya di: 𝗡𝗼𝘃𝗲𝗹𝘁𝗼𝗼𝗻/𝗠𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁𝗼𝗼𝗻
______________________________________________
CAUTION: KARYA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN PRIBADI AUTHOR. BUKAN HASIL TERJEMAHAN, APALAGI HASIL PLAGIAT. HARAP BIJAK DALAM BERKOMENTAR!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10
“Shì shéi?!” hardik Wang Yu dengan suara yang menggelegar.
Wang Lu terpaku membeku, seperti mendadak berubah jadi batu.
Ia tidak sengaja menginjak ranting tadi, dan itu menimbulkan bunyi gemeretak yang keras.
Sekarang Wang Yu dan gerombolannya mengetahui keberadaannya.
“Ai yo!” Wang Yu menggumam dan berdecak. “Kukira siapa?” sindirnya sambil berjalan perlahan memutari bangkai monster harimau dan mendekat ke arah Wang Lu.
Gerombolannya merapat di belakangnya, seperti ingin mengepung Wang Lu.
“Jenius juara satu!” Wang Yu menambahkan disertai seringai yang menjengkelkan.
“Shì tā…?” Rekan Wang Yu menyela.
“Maksudnya… juara satu angkatan ini?” Yang lainnya menimpali.
Yang lain-lainnya lagi tergelak menanggapinya.
Siapa yang tidak tahu?
Juara satu angkatan ini, artinya Lelucon Sekte!
“Coba lihat kulitnya yang putih mulus!” cemooh seseorang. “Kudengar dia banyak berendam.”
Mereka tertawa lagi.
“Murid kesayangan Guru, kenapa berkeliaran di hutan berburu monster?” sindir Wang Yu. “Tak takut bertemu monster? Kalau kau mati nanti gurumu sedih!”
Yang lainnya tertawa lagi.
“Itu juga kalau guru cantiknya masih hidup!” Yang lainnya menimpali.
“Oh, iya!” timpal yang lainnya lagi. “Dengar-dengar Penatua Kelima mengambil misi kelas satu menggantikan muridnya untuk membayar ganti rugi, tapi sudah lebih dari satu bulan belum kembali! Mungkinkah terjadi sesuatu?”
Mengambil misi kelas satu? pikir Wang Lu terkejut. Untuk membayar ganti rugi?
Jangan-jangan…
Pedang itu! Wang Lu baru ingat ia sudah mematahkan dua tombak dan Pedang Damaskus.
Jadi semuanya gara-gara aku? Wang Lu membatin getir.
Bukankah Penatua Ketujuh bilang hanya barang-barang usang?
Begitu juga harus bayar ganti rugi?
Penatua Ketujuh ini…
Haish! Wang Lu mengerang dalam hatinya. Memang tak bisa menilai orang dari penampilan, katanya dalam hati.
Wang Lu menghela napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya perlahan. Ia memutar tubuhnya, berbalik ke arah Wang Yu.
“Apa?” geram Wang Yu dengan ketus.
Wang Lu tak terpengaruh. Ia menarik sudut bibirnya membentuk senyuman miring, kemudian membungkuk ke arah Wang Yu, memberikan salam soja, “Adik memberi salam pada Kakak Sepupu Yu,” katanya.
Wajah Wang Yu spontan berubah warna.
Gerombolannya terperangah bersamaan.
“Sepupu?” bisik teman-temannya pada satu sama lain.
Wang Yu mengetatkan rahangnya menahan geram.
Bagaimana tidak?
Sekarang gerombolannya tahu, si Lelucon Sekte ternyata adik sepupu Kakak Senior Wang yang bermartabat.
Wang Yu mendengus dan bersedekap, mendongakkan hidungnya dengan harga diri setinggi langit. “Jangan kira karena aku kakak sepupumu, lalu kau pikir bisa memanfaatkanku untuk mendaki status sosial.”
“Adik tidak berani!” kata Wang Lu sambil membungkuk semakin dalam.
“Oh?!” Wang Yu menaikkan sebelah alisnya.
“Adik hanya kebetulan lewat,” tukas Wang Lu dengan sopan. “Hanya ingin menyapa saja. Pamit dulu!” tandasnya. Lalu berbalik dan bergegas cepat-cepat. Diam-diam menyembunyikan senyuman sinis.
“Tunggu!” sergah Wang Yu dengan ekspresi dingin.
Wang Lu berhenti tiga langkah di depan Wang Yu, tapi tidak menoleh.
“Sudah datang menyapa, kenapa tidak menunjukkan ketulusan?” seloroh Wang Yu dengan nada pelan arogan. “Bagaimana kalau berlutut dan menyembahku tiga kali? Maka aku akan mengakuinya di depan semua orang kalau kau saudaraku!”
Wang Lu mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuhnya. Wang Yu… kau jangan keterlaluan! geramnya dalam hati.
Diam-diam Wang Yu melirik gerombolannya dengan seringai penuh muslihat, kemudian mengedikkan kepalanya mengisyaratkan supaya mereka meringkus Wang Lu dan menunjuk Kantong Qinyang yang menggelantung di ikat pinggang Wang Lu dengan ekor matanya.
Gawat! pikir Wang Lu waspada. Mereka menginginkan harta karunku! Ia menyadari.
Wang Lu menangkap isyarat itu dari sudut matanya.
Tidak bisa! katanya dalam hati. Aku harus segera menyingkir dari sini!
Wang Lu tak takut jika terpaksa harus bertarung. Dengan kualifikasinya saat ini, ia tidak khawatir meski kultivasi Wang Yu sudah di tingkat lima.
Dengan mengenal perangainya, sudah lebih dari cukup untuk mengetahui kelemahannya.
Bisa dikatakan, kekuatan Wang Yu sama buruknya dengan temperamennya. Indah di permukaan tapi busuk di dalam.
Mengenai teman-teman Wang Yu, mereka hanya murid eksternal junior dengan rata-rata kultivasi tingkat dua.
Masih bisa disiasati! pikir Wang Lu.
Hanya saja, untuk saat ini, ia tak ingin rahasia kekuatannya yang baru pulih seumur jagung itu diketahui orang lain. Setidaknya untuk sementara waktu.
Tapi tampaknya ia tak bisa menghindar.
Menunjukkan kekuatan, atau merelakan harta karunnya dirampas?
Sungguh pilihan yang sulit! pikir Wang Lu.
Di satu sisi, ia membutuhkan harta karunnya untuk menebus barang-barang berharga gurunya yang digadaikan. Di sisi lain, ia belum siap menunjukkan kekuatannya sebelum mengetahui dengan pasti rahasia kekuatannya sendiri. Kekuatan itu datang terlalu tiba-tiba, dan fragmen manual dalam kepalanya belum terungkap seluruhnya.
Aku memang belum saatnya turun gunung, pikirnya.
Sekarang gerombolan Wang Yu sudah merangsek ke arah Wang Lu.
Diam-diam Wang Lu mengumpulkan aura spiritual dari Enam Denyut Nadi Dewa dan menyalurkannya ke telapak tangan.
Begitu teman-teman Wang Yu mencoba menyergapnya, tiba-tiba seseorang menghardik mereka dari atas tebing.
“Shéi gǎn!”
SLASH!
DUAAAAARRRR!
Ledakan energi spiritual terlontar ke arah gerombolan itu dan menyentakkan mereka hingga terpelanting berpencar-pencar.
Seorang pemuda seusia Wang Lu, melayang turun dan mendarat di sisi Wang Lu seraya merentangkan sebelah tangannya merintangi Wang Lu. Sebilah pedang terhunus di tangannya.
“Yu Fengmu?!” pekik Wang Lu. “Kenapa kau datang?”
“Fàngsì!” Wang Yu menginterupsi dengan hardikan yang menggelegar. Kemudian menarik pedangnya.
“Nǐ gǎn?” tantang Yu Fengmu balas menghardik.
Wang Yu membeku dengan pedang terhunus sebagian. Raut wajahnya terlihat kencang menahan amarah.
Sama-sama murid internal, sama-sama tingkat lima, dan jika perlu diingatkan, Wang Yu lebih senior! Kenapa dia mendadak ragu?
Sebenarnya, meski sama-sama murid internal, sama-sama tingkat lima, dan Wan Yu lebih senior, tapi reputasi Yu Fengmu mendahului orangnya.
Baru setengah tahun, sudah melejit ke tingkat lima!
Sudah begitu, dia juga pangeran dari utara.
Siapa yang tidak tahu bahwa wilayah utara merupakan negara terkuat dengan kekuatan militer paling besar.
Siapa yang berani menyinggungnya?
Wang Yu menyarungkan kembali pedangnya dengan rahang mengetat. “Kali ini kau beruntung,” geramnya dalam gumaman yang tak jelas seperti orang berkumur, ditujukan pada Wang Lu. “Tunggu saja,” ancamnya. “Aku akan membereskanmu setelah kembali ke Sekte!” Ia berbalik dan mengibaskan sebelah tangannya, mengisyaratkan para anak buahnya untuk pergi.
Gerombolan itu pun bubar, dan tinggallah Wang Lu dengan Yu Fengmu.
Yu Fengmu menyarungkan pedangnya dan memutar tubuhnya menghadap Wang Lu.
Wang Lu juga memutar tubuhnya menghadap Yu Fengmu.
“Kau baik-baik saja?” tanya Yu Fengmu.
Wang Lu menggeleng dan memaksakan senyum. “Terima kasih,” katanya.
“Aiya!” sergah Yu Fengmu. “Di antara kau dan aku, tak perlu berterima kasih!”
“Kalau begitu… nikahi aku!” kelakar Wang Lu tanpa tertawa.
“Cih!” Yu Fengmu mendengus sembari menahan senyum. “Dasar kau bocah tengik!”
Wang Lu menanggapinya dengan seringai tipis.
“Kenapa kau di sini?” tanya Yu Fengmu lagi.
“Aku sedang mencari guruku,” jawab Wang Lu dengan muram.
“Jadi benar, Penatua Kelima menghilang?” Yu Fengmu menautkan alisnya.
“Kau sudah tahu?” Wang Lu balas bertanya.
“Aku tidak sengaja mendengarnya,” kata Yu Fengmu. “Beberapa murid membicarakannya. Tapi hanya sepintas lalu.”
Wang Lu mendesah dan tercenung. Kemudian memohon diri setelah sejenak terdiam.
“Tunggu!” sergah Yu Fengmu. “Aku akan menemanimu,” katanya.
Lalu keduanya bergegas dari situ.
Yu Fengmu menggunakan pedangnya untuk terbang, membonceng Wang Lu di belakangnya.
“Kau sudah menguasai Qinggong?” seru Wang Lu dengan takjub. Kedua tangannya berpegangan di bahu Yu Fengmu.
“Teknik pedang terbang tidak menggunakan ilmu meringankan tubuh,” jelas Yu Fengmu. “Senjata spiritual bisa terbang sendiri,” katanya sambil tersenyum simpul. “Untuk menggunakannya hanya perlu keseimbangan saja.”
“Ternyata begitu?” gumam Wang Lu.
“Shi-ya!” Yu Fengmu menimpali. “Melatih keseimbangan tak membutuhkan kekuatan spiritual,” katanya. “Kau bisa melatihnya. Kapan pun kau ingin terbang, aku akan meminjamkan pedangku!”
“Benar-benar calon suami yang baik!” goda Wang Lu.
“Dasar perangaimu ini…” Yu Fengmu mendengus sambil terkekeh.
Ketika mereka melintas di atas ngarai, sesuatu tiba-tiba melesat dari arah belakang dan menepis Wang Lu.
WUSSSHHH!
Jangan lupa dukungan dari kang Authornya, hingga Wang Lu "susah" sekali untuk sial...
/Determined//Determined//Determined/
😅😅😅
Ingin menggaruk demua rahasia Long Tian ( Wang Lu )...