Toxic Relationship

Hampir tiga Minggu berlalu,

Semua kekalutan hati Casandra semakin menghitam saat pria bernetra biru yang begitu ia kagumi sama sekali tak nampak muncul ataupun memberikan kabar pada dirinya.

Casandra bahkan tak mampu menutupi kesedihan dari paras cantiknya meski ia mencoba untuk mengalihkan perhatian pada hal-hal yang ia sukai.

Memilih kabur dari riuhnya event dihalaman utama universitas,

Cassandra akhirnya menghentikan langkah kaki dibawah sebuah pohon besar dengan daun yang cukup lebat.

"Sepertinya lebih baik disini!" Cassie bergumam sembari melepas tas ransel mini dari punggungnya.

Apa dia sudah pindah? kenapa apartemennya terlihat begitu sunyi? apa aku keterlaluan? haruskah diriku menghubungi Xavier? tapi, bagaimana jika dia tak ingin berbicara padaku? kenapa diriku menerima tumpangan dari Theron waktu itu?

Cassie tertunduk semakin dalam ia akhirnya melipat lengan dan menyembunyikan wajah dengan bertumpu pada lutut.

Xav-, aku merindukanmu! kenapa kau menghilang? apa kau sudah tak ingin peduli lagi terhadap diriku?

Cairan bening yang semula menggenang di pelupuk mata Cassie perlahan turun membasahi punggung tangan.

Gadis itu terisak seorang diri karena menahan beratnya kerinduan pada seseorang yang tak bisa ia sebut sebagai kekasih.

"Cassie!! apa kau baik-baik saja?"

Rubi?? dia disini?

Netra indah Cassie pun terbuka sempurna saat Rubella mengguncang perlahan lengan tangannya.

"Cassie-, kau menangis??" Rubi tampak menampilkan raut wajah khawatir saat mendapati hidung merah serta mata sembab dari sang sahabat.

"Aku-, aku hanya sedang mencoba untuk menenangkan diri,"

"Apa yang terjadi sebenarnya? kenapa dirimu terlihat semakin hening dan memilih untuk menyendiri akhir-akhir ini! apa semua ini ulah Xavier??"

"Rubella!!"

"Jangan menutupi apapun dariku Cassie! katakan!! kenapa kau menangis?"

Pertanyaan yang terlontar dari lisan Rubella seketika membuat raut wajah Cassie semakin muram dan menunduk kian dalam.

"Jadi benar?? semua ini karena Xavier??"

"Tidak Rubi! mungkin semua ini karena salah ku sendiri!" Cassie akhirnya menanggapi perkataan sang sahabat dengan suara lirih.

"Aku sungguh tidak mengerti denganmu, Casandra Olivia!! kenapa kalian tak saling mengungkapkan perasaan saja antara satu sama lain?? kalian bahkan terlihat sangat serasi sebagai sepasang kekasih! perhatian serta perlakuan Xavier terhadap dirimu-, setiap orang yang melihat mu dengan Xavier, mereka pasti akan berpikiran sama denganku!!"

Cassie termenung, ia mencoba menelaah semua perkataan yang keluar dari lisan Rubella.

Haruskah seperti itu??

"Jika dia tak juga mengambil langkah untuk menyatakan perasaannya, seharusnya dirimu yang memiliki inisiatif untuk melakukan hal itu, Cassie! Ingat setidaknya dia mengetahui bahwa kau mencintai nya! daripada hatimu terus dilanda kecemasan seperti ini, lebih baik ungkapkan saja! penyesalan itu cukup menyakitkan Cassie!"

Rubella tampak menggenggam jemari sang sahabat dan mencoba untuk meyakinkan Casandra.

"Tapi Rubi-, Xavier! dia bahkan hanya menganggap ku sebagai seorang adik selama ini,"

"A-apa???" mata coklat milik Rubella pun membulat dengan sempurna.

"Jadi kau telah menyatakan perasaan mu sebelumnya?"

Cassie menggelengkan kepala sebelum akhirnya kembali membuka suara,

"Lalu-,"

"Entahlah! Xavier selalu berkata, bahwa diriku merupakan adik kecilnya yang berharga! dia bahkan rela berdebat dengan Lindsay saat wanita itu memintaku untuk menjauhi Xavier!"

"Apa dia hanya ingin mempermainkan dirimu?"

Casandra kembali menyandarkan tubuhnya pada pohon rindang sembari mendongakkan kepala, gadis itu juga menghela nafas dalam sebelum akhirnya memejamkan netra indahnya.

Astaga!!! mulut ini!!! kenapa kau lancang sekali??? apa Cassie terluka? Xavier?? apa dia benar-benar pria brengsek yang sesungguhnya?? bisa-bisanya dia mempermainkan gadis polos seperti Cassie!! aaaaaghh!! apa yang harus kulakukan???

Rubella kini turut tertunduk hening, gadis itu bahkan berkali-kali menepuk area bibir karena merasa bersalah atas kalimat yang ia lontarkan.

*****

Senja kembali menyapa,

Dan seperti biasa Casandra selalu menyempatkan diri untuk mengagumi warna jingga dari indahnya cakrawala di penghujung hari.

"Apa diriku mengganggu mu, Nona??"

"Theron?? kau-," Cassie seketika menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Theron yang telah tersenyum manis di samping tubuhnya.

"Aku sengaja membuntuti mu!"

"A-apa??"

"Ayolah!! aku hanya bercanda, Igloo!"

"Ini untuk mu!!" sebuah permen dengan gambar leci pada kertas pembungkusnya tampak disodorkan Theron pada Cassie.

"Apa kau pikir aku ini anak kecil??"

Theron pun terkekeh, netra tajam itu bahkan kini menyipit saat mendapati senyum indah yang tersungging di bibir Cassie.

"Bagaimana kabar ibumu??"

"Mmmm-, dia jauh lebih baik! dan dia mulai bawel sekarang karena menanyakan keberadaan mu, Igloo!"

"Menanyakan keberadaan ku?" alis Cassie tampak menukik atas pernyataan pria yang kini terus menatap ke arahnya.

"E-eiya begitulah! aku minta maaf! karena mulut ku ini sedikit keterlaluan dan jadi banyak bicara saat membicarakan tentang dirimu dihadapan ibuku, mungkin karena aku kembali mendapat kehangatan darinya saat membahas sesuatu tentang dirimu!"

"Begitukah?? hal konyol apa saja yang telah kau ceritakan tentang diriku pada ibumu, Theron??" Cassie tampak melipat bungkus permen sebelum akhirnya menyimpan sampah kecil itu ke dalam tas ransel yang ia letakkan di samping kiri tubuhnya.

"Apa kau yakin ingin mendengarnya??"

"Tentu!!!"

"Tapi tolong jangan memukul kepalaku!!"

"Astaga!! jadi kau benar-benar menceritakan hal yang bukan-bukan terhadap ibumu?"

Theron menggigit bibir, pria itu juga menggaruk pelipis sembari memperhatikan pipi Cassie.

"Bisakah kita menjalani hubungan yang lebih serius, Igloo??"

"Apa?"

"Aku-, aku tahu dirimu masih berada pada bangku kuliah! tapi-, aku ingin kita memiliki hubungan yang lebih daripada ini di masa mendatang!" Theron tampak menunduk dengan senyum tipis, degup jantungnya yang kian tak beraturan seketika membuat pria itu kembali gemetar setelah mengutarakan isi hatinya terhadap Cassie.

"Theron, aku-,"

"Kau tak perlu terburu-buru dalam memberikan jawaban padaku, Igloo! aku ingin kau memikirkannya terlebih dahulu! lagipula -, aku juga telah meminta izin pada Xavier! dia menyerahkan semua keputusan itu padamu! aku sungguh beruntung karena bisa bertemu dengannya hari ini!"

"Xavier??? kau bertemu dengannya??" raut wajah Cassie seketika nampak panik saat mendengar pernyataan dari mulut Theron.

Theron menganggukkan kepala dengan senyum yang tak luntur di bibir,

Sementara Cassie-,

Gadis itu seketika mengacuhkan keberadaan Theron dan memperhatikan sekeliling area taman,

Apa mungkin Xavier kemari? tapi kenapa dia tak menemui ku?

"Cassie!! apa kau baik-baik saja? kenapa wajah mu jadi terlihat pucat seperti ini?" jemari Theron pun kini tampak sigap menangkup pipi Casandra.

Lima belas menit berkendara, kedua orang yang sama-sama asing itu kini kembali berada di depan Evanescence apartemen.

"Beristirahat lah! maaf jika diriku membuatmu sedikit tertekan karena hal yang ku sampaikan secara tiba-tiba!" Theron berucap lembut, ia bahkan tampak enggan untuk melepaskan genggaman dari jemari Casandra.

"Tak apa! aku akan memikirkannya! terima kasih karena sudah mengantarku, Theron!"

Cassie menyunggingkan senyum palsu serta perlahan melepas tautan jari dari genggaman sang pria.

"It's okay sweetie! see you! have a nice dreams!"

Aston Martin berwarna merah yang di kendarai oleh Theron pun perlahan menghilang dari pandangan Cassie,

Raut wajah gadis itu kini kembali berubah sendu, Cassie bahkan menggerakkan kaki dan melangkah lunglai menaiki anak tangga hingga akhirnya tertuju pada sebuah pintu apartemen di lantai utama.

Xav!! dimana dirimu sekarang?? tak bisakah kita bertemu lagi walau untuk satu jam? setidaknya ucapkan salam perpisahan pada tetangga mu ini, Xav!!!

Buliran air mata Cassie kembali tumpah, gadis itu menaikkan penutup kepala pada hoodie yang ia kenakan dan memutar langkah serta kembali menuruni anak tangga,

"Xav!! aku harap kau kembali malam ini! aku akan menunggumu,"

Suara Cassie terdengar lirih, angin malam yang berhembus bahkan terdengar lebih kencang dibanding dengan suaranya.

Hampir 90 menit berlalu,

Gelap serta dinginnya suasana langit malam sama sekali tak membuat Cassie terusik gadis itu bahkan terus menanti kedatangan seseorang yang tak pasti di tengah-tengah kesunyian anak tangga.

Cassie?? dia tertidur disini? apa dia sengaja menunggu ku?

Langkah kaki Xavier pun terhenti saat ia menyadari akan sosok Cassie.

Haruskah diriku menemui nya? haruskah diriku meminta maaf?? tapi rasanya percuma, bagaimana jika daddy benar-benar meminta Nyonya Libi untuk segera pindah ke rumah?? Cassie pasti akan kembali terluka saat mendapati keberadaan ku di sana,

Aku harus bagaimana Tuhan?