"Jika aku harus mati, maka aku akan mati karena Allah dan kembali pada Allah, bukan menjadi budakmu."
"Hati - hati Jingga, Semakin tinggi kemampuanmu, maka semakin Allah akan menguji dirimu. Tetaplah menjadi manusia yang baik, menolong sesamamu dan yang bukan sesamamu."
"Karena semakin tinggi kemampuanmu, semakin pula kamu menjadi incaran oleh mereka yang jahat."
Dalam perjalanan nya membantu sosok - sosok yang tersesat, Rupanya kemampuan Jingga semakin meningkat. Jingga mulai berurusan dengan para calon tumbal yang di tolong nya.
Dampak nya pun tidak main - main, Nyawa Jingga kembali terancam karena banyak sosok kuat yang merasa terusik oleh keberadaan Jingga. Jingga semakin mengasah dirinya, tapi apakah dia bisa kuat dan bisa menolong mereka yang meminta bantuan nya? sementara nyawanya sendiri juga terancam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 30. Pria keras kepala.
Pria yang merupakan ayah si bayi itu marah - marah dan hendak menghampiri Jingga, Elang langsung maju kedepan Jingga dan menghadang si bapak yang sedang marah - marah itu, sementara Gani langsung menarik Jingga dan menjauhkan Jingga dari jangkauan si bapak.
"Minggir kamu!" Bentak nya pada Elang. Tubuh nya yang gemuk lumayan menyulitkan Elang karena pria itu berat.
"Enak aja, enggak lah." Elang tetap menghadang tubuh bapak itu meski maju mundur karena dorongan si bapak. Untung nya Elang sudah terlatih dan kuda kuda nya juga sangat kokoh.
Ibunya Gani langsung memberikan bayi yang di gendong nya pada ibunya si bayi, dan dia mencoba melerai keributan itu, ia takut kalau sampai Jingga kenapa - kenapa.
"Owek! owek! Owek!" Suara tangis bayi yang bercampur dengan suara orang ribut menjadikan suasana di sana sangat tegang dan bising.
"Wan, udah Wan." Ujar ibunya Gani, Tapi Pria yang pemarah itu tetap memberontak.
"Dari dulu kamu itu anak aneh! Udah hidup enak di kota ngapain balik - balik ke sini hah?! Pake ngomong anakku jadi incaran teluh, pergi sana!" Pria itu malah marah - marah pada Jingga.
"Astagfirullah, Wan.." Ibu nya Gani sampai beristigfar.
"Anak bapak udah di tandai, dan dia akan di jadikan tumbal. Kalo bapak nggak mau anak bapak kenapa - kenapa dengerin saya, panggil Ustad Sholeh ke sini buat nolong anak bapak." Ujar Jingga.
"Ngomong lagi kamu! Ngomong sekali lagi! Biar ku robek mulutmu!" Bapak - bapak itu semakin kalap dan berusaha meraih Jingga, Elang yang mendengar itu pun emosi dan dengan kuat dia mendorong pria itu sampai mundur kebelakang.
"WOI PAK!! Bapak gila Ya?! Udah bagus mau di tolongin, malah ngamuk!" Elang berteriak.
"Pak lek, Jingga bener. Pak lek kalo kayak gini malah makin telat ntar." Ujar Gani.
"Bocah mana kamu?! Berani banget bentak saya! Nggak tau saya ini siapa, hah!!" Kini ayah si bayi justru menatap Elang dengan tatapan marah.
"Bodo amat anda siapa! Udah bagus di kasih tau pertolongan malah marah - marah. Jingga, Gani ayo pergi dari sini. Gani bawa ibu kamu juga, nggak usah tolongin sekalian." Ujar Elang.
"HEH!!" Bentak pria itu, ia hendak kembali menyerang tapi langkah nya terhenti saat istrinya berteriak.
"PAK STOP!! ANAK KITA NANGIS TERUS, BAPAK NGGAK BISA LIAT SITUASI APA?!!" Ibu si bayi berteriak pada suaminya.
"Oek! Oek! Oek! Oweeeeek! Owwweeekk!!" Suara tangis nya bahkan sangat keras dan sampai wajah bayi itu sangat merah, dia nangis kejer.
Dan di tengah keributan itu, ayah Gani muncul. Ayah Gani terkejut setelah melihat keributan dari jauh, namanya juga pedesaan jadi hal kecil pun mengundang banyak perhatian. Bahkan di sana sudah ada warga yang mulai berdatangan untuk menonton keributan itu
Jingga melihat asap yang sudah sangat tebal mengelilingi bayi yang di perkirakan berusia sebulan itu, yang artinya sebentar lagi dia akan di bawa dan di jadikan tumbal. Sayang nya ayah dari bayi itu sangat arogan dan keras kepala, dia tidak percaya perkataan Jingga.
'Maaf dek, aku nggak bisa bantuin kamu.' Batin Jingga.
"Kenapa bu?" Tanya ayah Gani.
"Kang, bilangin sama anakmu itu. Jangan deket - deket sama si Jingga, bocah bawa sial dia itu! Masa ngatain anak ku udah di incer teluh, kan kurang ajar!" Ujar pria pemarah itu.
Ayah Gani sampai menggeleng - gelengkan kepalanya mendengar itu, pria itu adalah adiknya ayah gani bernama Wanto. Adiknya itu sangat tempramental, sangat bertolak belakang dengan dirinya yang penyabar.
"Woi pak, yang bener kalo ngomong! Jaga tuh mulut." Ujar Elang, Elang sangat berapi - api di sana karena pria itu terus - terusan mengatai Jingga.
"Ini lagi satu! Anak siapa si kamu?!" Ujar Wanto, Elang hendak menyahut tapi Jingga menahan tangan Elang.
"Udah El." Ujar Jingga, Jingga tidak mau memperpanjang masalah. Jingga lantas menatap pria bernama Wanto itu dan berkata dengan bersungguh - sungguh.
"Kalo bapak nggak percaya ya udah, aku hanya mengatakan yang aku liat. Kalo bapak nggak mau anak bapak kenapa - kenapa.."
"ANAK SAYA NGGAK AKAN KENAPA - KENAPA!" Bentak Wanto.
"WAN!!" Ayah Gani membentak adik nya.
"Owwweeekk! Owek! Owek! Owek!" Tangis bayi itu sangat memilukan sampai Jingga tanpa sadar meneteskan air matanya.
"Jangan berani - beraninya kamu nyumpahin anak saya! Kalo anak saya sampe kenapa - kenapa, itu berarti gara - gara kamu." Ujar Wanto.
"Astagfirullah.." Jingga tak habis pikir dengan bapak - bapak satu itu.
Padahal di kampung itu sangat kental dengan kemistisan nya, sangat banyak pelaku - pelaku pesugihan dan sudah tidak aneh lagi kalau bayi di incar untuk di jadikan tumbal. Tapi bapak satu itu tidak bisa di ajak bicara baik - baik, Jingga takut akan menyebab kan pertengkaran antara Wanto dan ayah nya Gani
"Udah Ngga, ayo kita pergi aja, nggak waras ni orang." Ujar Elang.
"Ngomong apa kamu?!!" Ujar Wanto, dia kembali tersulut emosi lagi.
"Wan, udah Wan!" Ayah Gani kini yang melerai adiknya.
"Bu, bawa Jingga sama yang lain nya pergi dari sini, bu." Ujar ayah nya Gani, ibunya Gani pun mengangguk.
Jingga, Elang, Gani dan ibunya Gani pu pergi dari sana. Mereka kini akhir nya pulang ke rumah Jingga. Semua orang di jalan mellihat ke arah Jingga karena telah membuat keributan di rumah pak Wanto, tapi Jingga tidak peduli. Yang Jingga pedulikan adalah dia berhasil menarik ibunya Gani keluar dari rumah itu dan apa yang dia lihat di pengelihatan nya bisa dia cegah.
Sampai akhirnya mereka pun tiba di rumah Jingga, Elang yang emosi itu langsung duduk di sofa dengan wajah nya yang di tekuk, sementara ibunya Gani, dia duduk di sebelah Jingga dengan rasa penasaran nya terhadap apa yang Jingga katakan saat di rumah ipar nya.
"Jingga, apa yang kamu katakan itu bener? Ponakan bu de mau du jadiin tumbal?" Tanya ibunya Gani, dan Jingga mengangguk.
"Iya, bu de." Ujar Jingga, ibunya Gani lantas menutup mulut nya terkejut.
"Astagfirullah.."
"Bu de jangan kesana lagi, ya.. Di sini aja." Ujar Jingga, Ibu nya Gani lantas keheranan.
"Kenapa??" Tanya Ibunya Gani.
"Nggak apa - apa, tapi bu de jangan kesana lagi. Ntar sore kan Gani, Jingga sama Elang pulang ke Jakarta, barang kali Gani mau kangen - kangenan sama bu de." Ujar Jingga sambil senyum, dia tentu tidak bisa mengatakan apa alasan nya.
Jika Jingga mengatakan nya, takut nya apa yang di lihat nya tidak terjadi dan itu malah akan menimbulkan fitnah nantinya, terlebih lagi, pria pemarah itu adalah adik ayah nya Gani, takut nya akan muncul permusuhan di antara mereka.
"Iya bu, ntar sore aku berangkat lagi, lho." Ujar Gani menimpali, Ibu nya Gani pun terkekeh.
"Iya udah, ibu di sini sama kalian. Ibu masakin makanan buat kalian, Gani ayo bantu in ibu sama mbok" Ujar ibunya Gani, Gani pun mengangguk.
Ibunya Gani lalu pergi ke dapur bersama Gani, Jingga langsung menghela nafas lega. Elang yang sejak tadi memperhatikan Jingga yakin ada sesuatu dengan ke anehan Jingga itu, dia bangun dari duduk nya dan berpindah mendekati Jingga.
"Maaf ya El, lu jadi marah - marah di sini." Ujar Jingga.
"Nggak masalah, emang bapak itu nya aja yang rese. Tapi Ngga, gue penasaran.. Kenapa gue rasa lu dateng kesana cuma buat narik ibunya Gani, apa ada sesuatu yang lu liat?" Tanya Elang, Jingga pun tersenyum dan menggeleng.
"Liat apa' an, gue cuma.."
"Lu bilang mau kasih tau alesan nya waktu kita lagi buru - buru di jalan, ayolah.. Terus ya, gue kasih tau nih.. lu tuh nggak ada bakat berbohong, muka lu nggak bisa boong." Potong Elang, Jingga pun mati kutu.
Elang terus menatap Jingga dengan rasa penasaran nya, dia sangat yakin Jingga tahu sesuatu. Dan saat posisi Elang sangat dekat dengan Jingga, Gani tampak berdiri di ambang pintu memperhatikan mereka.
'Apa Jingga udah buka hati buat Elang?' Batin Gani.
"Gue liat.. bu de nangis, El. Gue liat bu de berdarah - darah, minta ampun. Dan gue liat, bapak yang marah - marah itu yang mukulin bu de sampe bu de babak belur, mereka pikir bu de penyebab kematian bayi itu." Ujar Jingga.
DEG!!
Elang dan Gani terkejut mendengar nya.
BERSAMBUNG..
semangat update nya ya thor....
aku kasih ⭐⭐⭐⭐⭐ dan 🥀🥀🥀🥀🥀sekebon....😊😊😊💪💪💪👍👍👍
wahidauuu gak ngenakin orang lagi mauk makan di kondangannya elang sama rea apa nie setan 😈 muncul aja🤦🤦....sampai samapi lengkuas disangka daging rendang🤤🤤🤤.....
eaeaea..halunya ketinggian thor...🤔🤔🤔🤣🤣.