NovelToon NovelToon
Kidung Lara Di Tepi Senja

Kidung Lara Di Tepi Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Bunda Yuzhi

Cintailah pasanganmu sewajarnya saja, agar pemilik hidupmu tak akan cemburu.
Gantungkanlah harapanmu hanya pada sang pencipta, niscaya kebahagiaan senantiasa menyertai.


Ketika aku berharap terlalu banyak padamu, rasanya itu sangat menyakitkan. Kau pernah datang menawarkan kebahagiaan untukku tapi kenapa dirimu juga yang memberiku rasa sakit yang sangat hebat ?

~~ Dilara Annisa ~~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda Yuzhi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kekacauan

"Assalamualaikum ! " Sayup seruan dari pintu utama terdengar di telinga Umi yang sedang menonton berita di ruang keluarga rumah Fikri, sang anak.

" Waalaikum salam Warrahmatullahi. " Jawab Umi menoleh ke asal suara. Nampak dari jauh wanita paruh baya itu melihat Fikri sedang menggendong Ann, anak sambungnya.

" Dari mana nak ? " Tanya Umi menelisik ke arah kaki Ann yang diperban, tapi tak berkomentar. Wanita paruh baya itu malas memberi perhatian pada anak dari istri kedua Fikri.

" Dari rumah sakit. Umi sudah lama di sini ? " Sahut Fikri lalu menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang bersebrangan dengan Umi tanpa melepaskan gendongannya. Dan Maria yang mengekori Fikri, ikut duduk di sisi Fikri.

" Siapa sakit ? " Tanya Umi datar. Entah kenapa melihat wajah Maria membuatnya teringat dengan cerita Mbak Ina tadi.

" Kaki Ann menginjak pecahan guci. " Jawab Fikri. " Oh yah, Mbak Ina kemana, Mi ? " Imbuhnya lagi bertanya tentang keberadaan asisten rumah tangganya itu.

Umi mengerutkan keningnya. " Ina di dapur lagi beres-beres. Ada apa mencarinya ? " Tanya Umi mendapat firasat kurang baik ketika melihat raut wajah Fikri yang terlihat kesal.

" Gara-gara Mbak Ina, kaki Ann jadi begini. " Ujar Fikri gusar.

" Eeh..gara-gara Ina bagaimana ? Kenapa jadi Ina ? " Tanya Umi heran.

" Mbak Inaaa ! " Pekik Fikri tidak sabar. Diletakkannya Ann di atas sofa lalu berdiri menuju dapur.

Umi bergegas menyusul langkah lebar Fikri. " Fikri ! Ada apa nak ? " Seru Umi mendekat ke arah Fikri yang sedang mengintrogasi Mbak Ina dengan wajah kesal.

" Mbak Ina memarahi Ann sehingga Ann mengamuk dan memecahkan guci koleksi Dilara. " Sahut Fikri menatap tajam ke arah Mbak Ina yang berdiri di depan kompor hendak memasak sesuatu.

" Duduk dulu, nak ! Ina, ayo duduk dulu ! Kita bicarakan hal ini dengan kepala dingin. Tanya ke Ina baik-baik. Segala sesuatu harus dibicarakan baik-baik, tabayun dulu jangan hanya mengandalkan emosi yang merugikan semua. " Ujar Umi lalu menuntun Fikri ke arah meja makan, di ruang makan.

Fikri mendengus kasar tapi tak pelak menuruti Umi. Sementara Mbak Ina yang sudah menduga hal ini akan terjadi, hanya bisa tertunduk dengan mata berkaca-kaca. Selama dia bekerja di rumah ini, baru kali ini dia mendapat ucapan kasar dari majikannya. Dia sudah pasrah bila harus dipecat, tapi dia bertekad akan menjelaskan yang sebenarnya. Terserah hal ini akan dipercayai oleh Fikri atau tidak, dia sudah siap dipecat.

" Duduk ! Dan Ina juga duduk di sini ! " Titah Umi menunjuk kursi di sampingnya.

Fikri duduk berhadapan dengan Umi dan Mbak Ina. Mata dengan manik hitam pekat itu menyorot tajam ke arah pekerjanya itu.

" Nah sekarang ceritakan duduk persoalan yang sebenarnya. Umi mau dengar dari Fikri dulu. " Ucap Umi menatap sang anak.

" Fikri mau tanya Mbak Ina, kenapa dia berani memarahi Ann sampai Ann tantrum. " Ujar Fikri dengan wajah penuh emosi.

" Itu bukan pertanyaan tapi pernyataan. Tapi okelah, sekarang Ina jawab. Apa alasan Ina memarahi Ann. " Umi menoleh ke samping dan menatap Mbak Ina dalam-dalam menuntut pelayan itu menjelaskan dengan sebenar-benarnya.

Mbak Ina menarik napasnya dengan berat lalu mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk. " Ma-afkan saya, Pak Fikri ! Saya memang menegur dek Ann, tapi tidak memarahinya. Saya --- "

" Huaah ! Ayah ! Mbak Ina marahin Ann. Dia jahat ! Liat Ann tidak bisa jalan. ! " Pekikan anak kecil memotong ucapan Mbak Ina. Atensi ketiga orang dewasa di meja makan itu teralihkan.

Nampak Maria berjalan mendekat masuk ke ruang makan sambil menggendong Ann yang menangis terisak.

Fikri bangkit dari duduknya lalu meraih tubuh Ann dan menggendongnya. " Puas mbak Ina melihat kaki Ann luka seperti ini ?! Lihat ! Kakinya harus diperban ! " Geram Fikri mendelik tajam ke arah Mbak Ina.

" Jangan marahi Mbak Ina, kak ! Ann memang nakal sampai bikin kesal orang. Biar saya dan Ann pulang ke Menado saja, biar tidak jadi beban di sini. " Ujar Maria seraya menunduk sendu.

Fikri mendengus kesal lalu mendudukkan Ann di kursi makan yang bersisian dengan kurisnya tadi. " Kamu dan Ann tidak akan pergi dari rumah ini. Jika ada yang keluar, itu adalah mbak Ina. " Tegas Fikri membuat Umi terbelalak kaget. Sedangkan Ina hanya bisa tertunduk lesu.

" Fikri ! Jangan ambil keputusan buru-buru. Kita belum mendengar penjelasan dari Ina. Kita kenal Ina bukan satu dua tahun. Ina ini kerja dengan Umi sudah tiga tahun sebelum bekerja di rumahmu ini. ! " Sentak Umi jadi kesal mendengar keputusan sepihak dari Fikri.

" Benar itu, kak ! Saya dan Ann hanyalah orang baru di rumah ini. Kami memang tidak pantas ada di sini. Ann anak yatim dan saya juga hanyalah orang miskin. " Ujar Maria menimpali ucapan Umi. Tubuh wanita hamil itu terguncang menahan isakan.

Mbak Ina menjadi geram melihat Maria yang sedang memprovokasi Fikri. Tapi dia bisa apa ? Dia hanyalah seorang pelayan di sini.

" Benar-benar licik. Pintar memanipulasi keadaan. Kasian bu Lara kalau harus hidup berdampingan dengan perempuan ini." Gumam Mbak Ina dalam hati.

" Maria ! Kamu duduk juga ! Kenapa bahasamu seperti memprovokasi Fikri ! Kita dengarkan dulu penjelasan dari Ina ! " Sentak Umi seraya mendelik kesal ke arah Maria yang tertunduk

" Jangan marah sama mama, Oma ! Mama tidak salah ! " Pekik Ann melotot ke arah Umi.

" Astaghfirullah ! " Desis Mbak Ina melihat kekurang ajaran Ann yang membentak Umi.

Fikri terkejut dan Umi juga terkejut mendengar pekikan Ann. " Sayang ! Tidak boleh bicara kasar seperti itu sama Oma. " fikri memperingati Ann sambil mengusap lembut kepala bocah lima tahun itu.

Umi menatap tajam pada kedua wanita beda usia yang duduk di sisi anaknya. " Astaghfirullah ! Dosa apa aku ini ? " Keluhnya di dalam hati.

" Tak "

" Tak "

" Tak "

Langkah kaki teratur terdengar memasuki ruang makan. Dari suara langkahnya, sudah menggambarkan sang pemilik langkah adalah orang yang anggun. " Assalamu alaikum ! Ada apa ini ? " Ucap orang yang baru datang itu dengan nada datar.

" Waalaikum salam Warrahamatullahi wabarakatuh ! " Jawab Umi,Fikri dan Mbak Ina serentak.

" Sayang ! Kamu datang ?! " Seru Fikri sumringah melihat kehadiran Dilara, yang ditanggapi tatapan datar dari sang istri. Laki-laki itu berdiri menyambut kedatangan istrinya lalu menuntunnya duduk di samping Umi.

" Sayang ! Akhirnya kau datang juga ! " Ujar Umi menyambut uluran tangan Dilara yang menyalaminya.

Dilara tersenyum tipis sebelum duduk lalu menatap semua orang yang ada di meja makan saat itu. Wajahnya sangat dingin.

Sementara Maria mengepalkan kedua tangannya di bawah meja dengan dada terbakar cemburu melihat perlakuan Fikri terhadap Dilara.

" Ada apa ini ramai-ramai ? Saya dengar suara berisik sewaktu saya masuk tadi " Ucap Dilara menyoroti semuanya.

Umi angkat suara menjelaskan semuanya dari awal dan kesalah pahaman yang belum sempat Mbak Ina jelaskan.

" Maaf sayang ! Guci kesayanganmu pecah. Nanti abang ganti dengan yang baru. " Ucap Fikri memohon maaf pada Dilara.

Dilara menatap datar ke arah sang suami. " Untuk siapa abang minta maaf ? Lara tidak mempermasalahkan guci itu. Itu hanya sebuah benda mati dan tidak akan dibawa mati. Yang Lara permasalahkan di sini, kenapa bisa ada kekacauan di dalam rumah ini disaat pemilik rumah tidak ada di rumah ? " Ucap Dilara datar tapi sangat menohok bagi Maria. Aura dingin menguar dari tatapan Dilara berhasil membuat orang yang ada di sana menjadi canggung.

" Mbak Ina ! Tolong jelaskan duduk persoalan menurut versi Mbak ! " Titah Dilara dengan nada datar tapi penuh penekanan.

Umi terperangah melihat sikap Dilara yang tidak hangat seperti biasanya. Maria menelan kasar salivanya dan Mbak Ina mengangkat wajah memberanikan diri menatap wajah majikannya itu.

" Bu Lara menyeramkan. " Batinnya tapi dia berusaha mengumpulkan keberanian.

1
Nani Rahayu
ayo Fikri jujur ..tegas...jangan sampe nyesal .. karena kesempatan tidakbdatang dua kali...dilara love youuu🥰🥰
Nani Rahayu
Alhamdulillah...semoga kita semua diberi kesehatan...setia dong Thor🥰🥰
Senja Ariestya: Makasi 🙏🏻
total 1 replies
Agus Tina
Cepet sehat, hangan sampai Fikri tergoda sama Maria ya thor ... jijik aku
Senja Ariestya: Aamiin 🤲🏻
makasi yaa
total 1 replies
Nani Rahayu
semoga author cepat sehat.....kami mmg menunggu up nya selalu...tp kalo mmg LG sakit istirahat dulu Thor......semoga kita semua sehat2 terus yaaaaa
Senja Ariestya: Aamiin...
terima kasih dukungannya 🙏🏻🙏🏻
total 1 replies
Agus Tina
Baru mampir, sepertinya ceritanya menarik ... rajin2 up ya jangan gantung nanri sakiit
Senja Ariestya: terima kasih sudaah mampir
total 1 replies
Nani Rahayu
nikmati drama mu neng maria
Senja Ariestya: 🤭🤭🤭🫣🫣🫣🫣🫣
total 1 replies
Nani Rahayu
good job lara. .... kita liat Maria masih mau gak hidup dengan pria yg kantongnya udah kempes🤭🤭🤭🤭
Nani Rahayu
Fikri terlalu gampang menyalahkan...tp kok y kasian ma Fikri
Senja Ariestya: salam.sama lajangnya yaa kak
Senja Ariestya: Ahaiii...😅
total 4 replies
Nani Rahayu
kalo Maria yg kecebur drama lagi....terus Fikri percaya LG...berat bener ujianmu fikri 🤭🤭semoga kamu tidak lupa karakter asli istrimu ya
Cakrawala_Jingga: nah itu yg terlintas di otakku...
hidup Maria itu penuh manipulasi
total 1 replies
Nani Rahayu
kayaknya Maria ini ujian buat Fikri dan dilara.....Fikri salah karena ambil keputusan sebesar ini tanpa melibatkan istri .....tp kayaknya kalo kasus Fikri ini masih boleh lah dimaafkan 🤭karena kan g sengaja berkhianatnya ....kadang kan udah jelas lakinya berhianat masih bisavyermaafkan kok...semoga lara lebih sabar ,bisa menerima Fikri kbali....dan Fikri harus lebih tegas....dan mikir lagilah... tanggung jawab g mesti jadikan istri
Cakrawala_Jingga: Aku hadir kak
meninggalkan jejak.
semangat updatenya /Good//Good/
Senja Ariestya: terima kasih sudah mampir 🙏🏻🙏🏻
total 2 replies
Cakrawala_Jingga
Lop yu too buat author.
Aku selalu meninggalkan jejak kok Thor...
boleh yaa double up /Pray//Pray/
Cakrawala_Jingga
lop yu too,Thor
double up dong Thor ...pliss !/Pray//Pray//Pray/
Cakrawala_Jingga
lanjut ...
double up dong
Cakrawala_Jingga
Kasian mbak Ina
Cakrawala_Jingga
Astagaaa....
tidak anak tidak ibu,dua duanya bikin kesel /Panic//Panic/
Cakrawala_Jingga
Makin seru
lanjut kak
Neneng Dwi Nurhayati
buat dilara cerai sama Fikri kak, kasian
dan pergi jauh dari fikri
Cakrawala_Jingga: Iya...kasian gitu yaa
Fikri Maruk. gemes aku
Senja Ariestya: Terima kasih sudah hadir 🙏🏻🙏🏻
total 2 replies
Cakrawala_Jingga
haha ?
Fikri Maruk...
mau dua duanya.
mana ada perempuan normal, yang rela melihat suaminya dengan perempuan lain ?
agak laen memang kau, Bambang !!
Senja Ariestya: terima kasih, kak 🙏🏻
total 1 replies
Cakrawala_Jingga
nggak enak kan didiamin /Tongue//Tongue/
Senja Ariestya: makasih 🙏🏻
total 1 replies
Cakrawala_Jingga
Novelnya keren.
penulisannya rapi dan sesuai dengan kaidah menulis. Semangat berkarya Thor /Good//Good//Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!