NovelToon NovelToon
Kamu Berhak Terluka

Kamu Berhak Terluka

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Bullying dan Balas Dendam / Enemy to Lovers
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Bibilena

Gilsa tak percaya ada orang yang tulus menjalin hubungan dengannya, dan Altheo terlalu sederhana untuk mengerti kerunyaman hidup Gilsa. Meski berjalan di takdir yang sama, Gilsa dan Altheo tak bisa mengerti perasaan satu sama lain.

Sebuah benang merah menarik mereka dalam hubungan yang manis. Disaat semuanya terlanjur indah, tiba-tiba takdir bergerak kearah berlawanan, menghancurkan hubungan mereka, menguak suatu fakta di balik penderitaan keduanya.

Seandainya Gilsa tak pernah mengenal Altheo, akankah semuanya menjadi lebih baik?

Sebuah kisah klise cinta remaja SMA yang dipenuhi alur dramatis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bibilena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Flashback

Saat pulang Gilsa mendapati Ayahnya sudah duduk di kursi ruang tamu tanpa dokumen maupun laptop yang menyala. Jantungnya serasa jatuh seketika, apalagi ada Pak Birka dan dua pengawal lain di belakang orang itu. Tatapan Ayahnya lurus ke arahnya, seolah sudah sangat l menunggu dirinya pulang. Gilsa tak mungkin bisa kabur sekarang, dan meskipun dia sudah menyiapkan diri dengan situasi ini rasa takut tetap saja membuat kakinya lemas.

"Kenapa kau tak berani masuk?"

Gilsa menyampirkan rambutnya yang sudah di potong bob setelinga kemudian mendekati arah ruang tamu. Dia duduk di sofa panjang dengan kedua tangan yang bersembunyi di belakang rok.

"Kemana rambutmu?"

"Aku memotongnya tadi."

"Bukan karena terlibat masalah dengan seseorang?"

Gilsa diam. Dia benar-benar sekarat sekarang, apalagi jika dia memaksa tak memotong rambut lalu mengadukan masalah itu, bisa-bisa dia mati saat ini.

"Kenapa diam saja?"

Tentu saja karena Gilsa tak bisa menyangkal atau berkilah. Dia mengirimkan video rekaman perbuatan Kevin dan komplotannya itu ke grup angkatan sekolah. Bahkan saat ini orang tua Prima juga pasti dihubungi. Masalahnya orang-orang mungkin tak akan tahu dia siapa, tapi bagi yang mengenal Gilsa, suara yang memandu video itu terdengar jelas seperti dirinya. Bukan mungkin lagi, tapi guru-guru di sana pasti akan langsung melapor pada Ayahnya begitu video yang dia kirimkan mereka tonton.

"Kenapa kau diam?!" Ayahnya membanting ponsel ke atas meja hingga terdengar bunyi retakan. Gilsa meringis, meraih ponsel yang jatuh ke bawah kakinya lalu melihat video yang tadi dia kirimkan ada di layar ponsel yang retak.

Sial, dia mati hari ini.

"Siapa mereka? Apa kau korban? Apa kau dirugikan sampai membuat kehebohan tak perlu ini? Karena jika tidak aku akan membuatmu merasakan akibatnya."

Gilsa menyimpan ponsel itu ke atas meja lalu menatap sang Ayah. Tangannya bergerak meraih keningnya yang ditutupi poni, selain rambutnya yang dipotong dia juga meminta untuk dibuatkan poni supaya luka tadi bisa ditutupi.

Kini terlihat luka membiru yang masih dihiasi bercak darah dari kening gadis itu.

"Temanku dilecehkan, mereka memotong rambutku dan memukulku." Setelah itu Gilsa menunjukan pergelangan tangannya yang memerah. Dia hanya bisa menggunakan lukanya untuk menenangkan sang Ayah karena seberapa kejam dan keras pun pria itu, Ayahnya tidak pernah melukainya ataupun membiarkan dia terluka.

Gilsa menunduk, dia takut akan sangat kecewa kalau cara ini tak berhasil. Meskipun Ayahnya tak menyukainya dan menyalahkan dia sejak dulu, Gilsa percaya sampai sekarang setidaknya Ayahnya tidak pernah membencinya sampai ingin dia mati.

"Tanyakan murid-murid di video itu siapa saja." Suara rendah itu berhasil meloloskan air mata dari mata Gilsa. Dia mendengar suara langkah kaki yang menjauhi dan mendekati dirinya bersamaan, lalu seseorang berjongkok di depannya, wajah Pak Birka terlihat menatapnya, meraih wajahnya lalu mengangkat rambut depannya.

"Apa masih sakit, Nona?"

Salah satu pengawal yang pergi tadi datang dengan membawa kotak p3k dan sebuah ponsel. Dia menyerahkan ponsel itu kepada atasannya, kemudian menyimpan p3k di atas meja dekat Pak Birka. Selanjutnya luka di kening Gilsa diobati dengan obat merah dan kain kasa, sedangkan Ayahnya sibuk menghubungi seseorang.

"Besok, adakan sidang, aku akan datang dengan tim hukum keluarga kami."

Setelah itu panggilan ditutup, dan Pak Birka menjauh setelah menyelesaikan pengobatan Gilsa, membawa kotak p3k bersamanya.

"Sekarang, ceritakan apa yang tadi terjadi."

•••

Keesokan hari Gilsa tak masuk kelas, dan Prima dipanggil ke kantor kepala sekolah di pertengahan jam pelajaran berlangsung. Prima sama sekali tak mengetahui apa yang terjadi, kemarin saat kejadian nomornya mengirimkan sebuah video tak ada konfirmasi apapun dari sekolah kepada kedua orang tuanya. Dia baru mengetahui itu saat datang ke kelas, dan meja Gilsa kosong sepanjang pagi.

Mereka kini duduk bersisian di ruang rapat kepala sekolah, ada Ayah Gilsa juga di sana bersama dua pengacara yang terus menekan pihak sekolah soal masalah kemarin. Mereka membawa banyak dokumen dan terus memojokan Kevin berserta kawanannya itu setiap kali mereka membantah.

Gilsa terus memegangi tangannya tanpa mau melihat wajah Prima. Gadis itu bahkan tak bisa menanyakan kenapa ada kain kasa dan plester di kening Gilsa, maupun rambutnya yang dipotong sangat drastis hingga setelinga. Meski begitu Prima merasa tenang dan diobati dengan bagaimana temannya itu menolong dan membelanya sampai rela seperti ini. Prima bahkan tak memberitahu orang tuanya karena tak berani dan terus ketakutan sendiri soal hari esok, sementara di sisi lain Gilsa pergi ke sana kemari bahkan meminta tolong sang Ayah hanya demi dirinya.

Prima terharu sekaligus malu menerima ini.

"Kami menuntut sekolah mengeluarkan mereka semua, atau masalah ini akan kami bawa ke ranah hukum yang lebih tinggi."

Kemarin malam setelah menceritakan apa yang terjadi Gilsa diajak pengacara Ayahnya untuk melakukan visum ke rumah sakit, hal itu kemudian dijadikan bukti kuat untuk menuntut Kevin dan teman-temannya. Sehingga tak ada bantahan pihak pelaku yang bisa dijadikan serangan, apalagi dengan tambahan video juga kesaksian Prima sebagai korban yang lain.

Sidang itu kemudian diakhiri dengan keterdiaman semua orang, kecuali pihak Prima dan Gilsa yang langsung menang telak. Prima kembali ke kelasnya, sementara Gilsa dipulangkan karena permintaan izin Ayahnya untuk tak masuk sekolah. Selama sidang Ayahnya itu bahkan tak berbicara sepatah kata pun, dia mengintimidasi sekolah hanya dengan kehadirannya saja.

Saat ini Gilsa sedang dalam perjalanan pulang, sementara Ayahnya masih di ruang rapat bersama Kevin dan komplotannya.

"Apakah akan baik-baik saja?" Gilsa menanyakan itu pada Pak Birka saking dia tak percayanya dengan situasi ini.

Ayahnya mendukung dia dan melindungi dia sampai di titik turun tangan langsung menghukum orang yang menyakitinya. Gilsa sangat tak mempercayai apa yang baru saja terjadi. Mereka selalu dalam hubungan buruk setelah ibunya mengalami kecelakaan. Gilsa pikir hubungan mereka tak lebih dari hubungan darah, bukan sebuah keluarga utuh.

Kini dia tahu Ayahnya menyayangi dirinya selama ini.

•••

1
Rasmi
🥲
Rasmi
😭😭😭😭
Rasmi
gilsa gk naik kelas????? 🧐 kok isoo
Rasmi
kencan??? 😌
Rasmi
Critanya mnarik bngt.. ada kisah pertemanan, masalah kluarga jga prcintaan ...ditnggu smpe end thorr 😌☺
Rasmi
nooooo 😭
Rasmi
altheo??
Rasmi
😲
Rasmi
susss😌
Rasmi
typo y yang trakhir thor mau ikutan kaget jdi gk jadi 😭🤣
Bibilena: Ah iya maaf aku baru tahu 😭😭
total 1 replies
Rasmi
jahat bngt bjingan😭
Rasmi
pengalaman bangettt 😵‍💫
Rasmi
bner banget knpa y orng kaya tuh suka caper 😕
Rasmi
wah, seru juga,kyaknya cweknya badass dehh
Gió mùa hạ
Tak terduga.
Bibilena: 😮 terima kasih (?)
total 1 replies
BX_blue
Jalan cerita seru banget!
Bibilena: Terimakasih atas dukungannya^^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!