Alana anastaya, gadis malang yang memiliki kisah tragis, setelah kepergian ayahnya Alana menjadi sebatang kara, sang bibi dan kedua anaknya yang jahat dengan tega mengusirnya dari rumahnya sendiri.
Takdir mempertemukannya dengan mafia paling kejam Alexander jaiden yang memiliki penyakit aneh dan penyakit itu justru sembuh saat dirinya dan Alex saling bersentuhan.
Bagaimana kisah mereka berdua?
Ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps: 25
Karna situasi yang tak kondusif, demi menyelamatkan reputasinya tuan jared pun membubarkan perayaan acara ulang tahunnya.
Akibat masalah ini, media langsung meliput Alex dan Alana lantas berita ini menyebar dengan cepat.
Kini Alex berada di ruang kerja kakeknya sementara Alana dia titipkan bersama Hans dan para pengawalnya.
Di depan Alex kini berdiri sang kakek yang tengah menatap tajam. Orang yang paling Alex kagumi saat kecil dulu kini berubah menjadi orang yang paling Alex benci.
Berawal dari berpisahnya orang tua Alex karna tuan Jared yang menentang hubungan mereka, hingga Alex yang terpaksa berpisah dari ibu dan adiknya. Lalu meninggal nya sang ayah di saat umur Alex masih berusia sepuluh tahun.
Sejak saat itu Alex berubah menjadi pribadi yang pasif dan kejam, didikan tuan Jared yang keras membuat Alex akhirnya mulai memberontak dan memisahkan diri dari keluarga Andersson.
Kini sudah bertahun-tahun berlalu sejak Alex minggat dari mansion ini dan dia berhadapan lagi dengan sang kakek untuk yang kedua kalinya.
Tuan Jared melangkah mendekati Alex, dia tidak tahu sejak kapan cucunya yang dulu paling membanggakan ini menjadi cucu yang pembangkang. Entah, mungkin sejak Alex mengetahui jika dia lah yang memisahkan orang tuanya dulu.
Tuan Jared berhenti ketika kini mereka berhadapan dengan jarak yang dekat. Tangannya menggenggam erat tongkatnya dengan emosi tertahan.
Kontrak kerja sama dengan adventure group yang dia perjuangkan dengan susah payah kini pupus sudah, tapi lebih dari itu tindakan Alex saat ini sungguh membuat nya berada di ambang batas kesabaran.
Tuan Jared mengayunkan tongkat nya ke atas, lalu langsung di arah kan nya dengan sekuat tenaga ke wajah Alex.
Bugh! bugh!
Alex mendapatkan pukulan telak dari ujung tongkat yang lancip hingga membuat hidungnya mengeluarkan darrah segar.
Namun anehnya pria itu sama sekali tidak melawan. Dia justeru seolah menantang dengan menujukkan seringai di bibir nya, melihat itu amarah tuan Jared semakin menjadi- menjadi.
Tidak ada yang memisahkan kedua nya sampai akhirnya pintu di dobrak dari luar. Kedua paman Alex yaitu Aaron dan gio segera melerai mereka berdua.
"Ayah tenang kan dirimu!" seru gio menahan ayahnya dari belakang sementara Aaron membantu Alex berdiri.
"Lepaskan aku, biarkan aku membunnuh anak kurang ajar ini sekalian! "
Teriak tuan Jared seolah menggema ke seluruh penjuru ruangan.
Alex tersenyum sinis.
"Sejak dulu kau memang selalu seperti itu, selalu semena- mena dan seenaknya saja. "
"Apa katamu! " tuan Jared melorot dengan mata memerah.
Alex justru tertawa, seperti sedang meremehkan. "Apa kau pikir anak cucu mu akan bahagia dengan tekanan yang selalu kau berikan?! "
"Kakek hanya ingin menata masa depan kalian dengan baik! " ujar Jared kini mulai meredakan amarahnya sedikit.
"Persettan! " alex berdecih. "Sejak dulu kami selalu di cekoki dengan ajaran mu agar tidak menentang perintah mu, itu semua hanya untuk tujuan mu saja. "
"Alexander! " Bentak jared, menggema.
Alex mengusap darah yang mengalir dari hidung nya, lengan Aaron yang menahannya dia lepas.
"Aku berbeda dengan anak cucu mu yang lain, tidak akan ku biarkan hal yang terjadi pada ayah dan ibuku terulang lagi dan aku juga tidak akan pernah memaafkan diri mu yang telah membuat ibuku tiada."
Alex kemudian berbalik pergi, gio dan Aaron menghela nafas seolah ikut merasakan pedih yang sejak dulu Alex pendam.
Sementara jared justru semakin dikuasai amarah, tangannya terkepal erat, dia bergumam dengan menggeram kesal.
"Ini semua karena gadis miskin itu! "
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Alana menunggu di ruang tamu, bersama sellyn, krystal dan hans.
Monica sudah pulang lebih dulu karna malu, terlihat jelas saat para wartawan ingin meliput nya wanita itu berlari dengan cepat sambil menutup wajahnya. Jelas saja, dia sudah sangat percaya diri saat sedang di perkenalkan sebagai tunangan Alex dan akan menjadi bagian keluarga Andersson, tapi itu semua sirna setelah Alex datang membawa istri sahnya.
Alana sendiri masih belum menyangka dengan semua yang terjadi ini, dia tidak menduga Alex mengajaknya kesini karna ingin memperkenalkan nya sebagai istri pria itu di depan semua orang. Alana pikir Alex ingin membuat Monica cemburu dengan kehadiran nya.
Alex datang ke arah mereka dengan berjalan terhuyung- huyung, krystal yang melihatnya langsung panik dan menghampiri Alex lalu di susul yang lain.
"Kakak apa yang terjadi, kenapa dengan wajahmu kak?! " krystal bertanya dengan raut wajah cemas.
"Aku tidak apa- apa, " ucap Alex yang nyatanya sangat berbanding terbalik dengan keadaannya saat ini.
"Tuan, saya akan panggilkan dokter segera! " ujar Hans.
"Tidak perlu Hans." Alex menyergah cepat. "Bantu aku saja."
Hans mengangguk dan langsung membantu Alex berjalan menuju ke salah satu kamar di sana.
"Kalian pergi saja, " ujar Alex setelah duduk di ujung ranjang.
Saat mereka berbalik untuk keluar, Alex dengan cepat menahan lengan Alana.
"Kecuali kau, aku membutuhkan mu. "
Krystal, sellyn dan Hans saling melempar pandang lalu krystal berdeham demi mengalihkan situasi yang mendadak canggung itu.
"Kakak bagaimanapun lukamu harus di obati, aku akan memanggil pelayan untuk mengambil obatnya."
Alex hanya mengangguk.
"Ya sudah istirahat lah, kami akan pergi, " lanjut Krystal lalu dia sellyn dan Hans pun keluar dari kamar.
Kini hanya ada Alex dan Alana di kamar ini, karna Alex hanya diam saja membuat Alana pun berinisiatif sendiri. "Darah mu terus keluar, tunggu sebentar aku ambilkan tissu. "
Alana mengambil kotak tisu yang ada di atas nakas. Dia mengelap hidung Alex yang terus berdarah, Alex terus menatapnya, matanya terus mengikuti apa gadis itu lakukan.
Membuat Alana salah tingkah sendiri.
"Bagaimana jika aku ambilkan obat nya? luka mu akan infeksi jika di biarkan. "
Saat Alana hendak beranjak, lagi-lagi Alex menarik tangannya untuk duduk kembali.
"Kau di sini saja, biarkan pelayan yang mengambilnya nya. "
Alana pun hanya bisa menurut dan kini mereka duduk berdampingan tanpa suara.
Tiba-tiba Alana di kejutkan dengan kepala Alex yang di sandarkan ke pundaknya. Satu tangan pria itu memainkan ujung rambut Alana seperti anak kecil.
"Apa yang kamu lakukan? " Alana merasa aneh.
"Bisa kita seperti ini dulu selama beberapa menit? "
Alana membisu, tidak menolak ataupun mengiyakan, membiarkan Alex dengan sendirinya.
"Kamu kenapa mengajak ku kesini? " tanya Alana di sela- sela kebisuan panjang mereka.
"karna aku ingin memperkenalkan mu sebagai istri ku. " jawab Alex.
"Kenapa begitu?"
Alex diam.
"Benar yang kakek mu katakan, aku ini hanya gadis asing yang bahkan tidak bisa menjelaskan asal- usul ku di depan keluarga mu. Aku hanya gadis miskin yang tidak sengaja kau temukan lalu kau nikahi tanpa alasan. "
Alex tetap diam, tapi kini tatapannya mulai berubah. Ia tidak suka dengan perkataan gadis itu.
"Di bandingkan Monica, aku tidak ada apa- apanya. Kamu seperti membuang berlian untuk sebuah batu kerikil seperti ku. "
Saat Alana menoleh, Alex menarik pipinya dan dengan cepat menciumm bibir gadis itu.
Awalnya hanya ciumman biasa lalu Alex mulai bringas dan memperdalam paguttan mereka, Alana baru bisa melepaskan diri saat dia kehabisan nafas.
Keduanya saling bersitatap dengan mata yang terkunci. Alex mengusap bibir Alana dengan jempol nya.
"Sekali lagi kau merendahkan dirimu sendiri seperti tadi, bukan hanya ciumman yang akan kau dapatkan sebagai hukuman, " ucap Alex penuh akan sarat dan makna. "Ingat kita masih belum melakukan malam pertama kita. " lanjut nya.
Alana tertegun lalu segera menjauh dari Alex. "Pernikahan ini hanya terpaksa jika kau lupa. "
"Aku tidak peduli, selama status mu adalah istri ku, kita bisa melakukannya kapan saja. "
Alana bergidik. Sejak kapan Alex jadi seperti ini?
"Kemarilah, aku tidak akan memaksamu lagi, " ujar Alex.
Sedikit ragu, Alana pun mendekat kembali, Alex lalu mengambil tangannya lalu di genggam erat dengan tangan besar pria itu.
Jemari Alex memainkan gelang di tangan Alana, selama ada ini, dia yakin Alana akan baik- baik saja. Alex berhati-hati jika sewaktu-waktu kakeknya mengusik Alana atau berbuat buruk padanya dia tidak akan tinggal diam.
Alex tidak ingin kejadian yang menimpa ibunya, terjadi lagi pada Alana.
"Berjanji lah untuk tidak akan meninggalkan ku apapun yang terjadi, " ujar Alex lalu menatap kedua mata coklat terang milik Alana.
Alana terdiam, dia menelan saliva dengan susah payah.
Mata Alex yang damai bak danau yang tenang itu seolah menghanyutkan nya, Alana pun akhirnya mengangguk.
"Ya,aku berjanji." jawab Alana, tapi itu hanya di bibir saja, dia terpaksa harus berbohong, karna yang sebenarnya dia inginkan adalah terbebas dari pria itu.
Sementara Alex saat mendengar jawaban Alana, terlihat wajahnya yang langsung berbinar terang. Ia senang Alana kini sudah tidak takut dan mulai terbuka padanya.
****
Bersambung....
