NovelToon NovelToon
Takdir Cinta Sang CEO

Takdir Cinta Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Wanita Karir / Ibu Mertua Kejam / Ibu Tiri
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: relisya

Aruna Nareswari, seorang wanita cantik yang hidup sebatang kara, karena seluruh keluarganya telah meninggal dunia. Ia menikah dengan seorang CEO muda bernama Narendra Mahardika, atau lebih sering dipanggil Naren.
Keduanya bertemu ketika tengah berada di tempat pemakaman umum yang sama. Lalu seiring berjalannya waktu, mereka berdua saling jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah.
Mereka berharap jika rumah tangganya akan harmonis tanpa gangguan dari orang lain. Namun semua itu hanyalah angan-angan semata. Pasalnya setiap pernikahan pasti akan ada rintangannya tersendiri, seperti pernikahan mereka yang tidak mendapatkan restu dari ibu tiri Naren yang bernama Maya.

Akankah Aruna mampu bertahan dengan semua sikap dari Maya? Atau ia akhirnya memilih menyerah dan meninggalkan Narendra?

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca ya, terima kasih...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon relisya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10

"Belum pulang Na?" sapa laki-laki dengan perawakan tubuh yang tinggi dan gagah, kulit kuning langsat, potongan rambut yang rapi, beralis hitam tebal, dan pandangan mata coklatnya yang tajam.

Aruna tersenyum menatap ke arah laki-laki tersebut, "Kak Zaidan."

Ya laki-laki tersebut bernama Zaidan. Dia adalah anak dari salah satu pelanggan tetap butik Aruna, bahkan sang ibu juga yang menjadi pelanggan pertama Aruna dulu.

Hubungan Aruna dengan ibu Zaidan juga cukup dekat, bahkan ia merasa memiliki seorang ibu lagi, sedangkan ia menganggap laki-laki tersebut sebagai kakaknya sendiri. Zaidan sendiri berprofesi sebagai seorang dokter.

Zaidan menatap tajam ke arah Aruna, dengan tangan yang bersedekap, "Hebat banget lo ya, udah nikah nggak bilang-bilang sama kami,"

Aruna tersenyum kikuk, lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Hehehe, maaf kak. Acaranya mendadak, gue nggak punya waktu untuk kabarin lo sama mama,"

"Cepat masuk, gue anterin lo pulang." Titah Zaidan seraya kembali masuk ke dalam mobilnya.

Tanpa menunggu perintah yang kedua kalinya, Aruna bergegas masuk ke dalam mobil itu. Daripada menunggu taksi lebih lama lagi, lebih baik dirinya menyetujui saja tawaran dari Zaidan. Lagi pula mereka sudah kenal cukup lama, dan itu tidak akan menjadi masalah baginya.

"Makasih ya kak, udah anterin gue pulang," ucap Aruna ketika mobil tersebut sudah melaju.

"Iya sama-sama. Tumben banget nggak bawa mobil sendiri, mobil lo mana?" tanya Zaidan sembari sesekali menatap Aruna.

"Mobil gue masih di rumah kak, gue mau ambil sih tapi masih belum sempat," jawab Aruna.

Zaidan menganggukkan kepalanya pelan, "Terus, suami lo mana? kenapa dia nggak jemput lo?"

"Dia sibuk kak, nggak sempat buat jemput gue,"

"Ck! Suami macam apa dia itu?! Istrinya diambil orang baru tau rasa," cetus Zaidan yang terlihat kesal.

"Maklum lah kak, kerjaannya emang banyak," Aruna terus membela sang suami.

"Lo sendiri tumben banget lewat sana, bukannya itu berlawanan arah dengan jalan rumah lo?" sambungnya lagi, menatap serius ke arah lelaki tersebut.

"Gue emang sengaja mau cari lo,"

Aruna yang mendengarnya pun mengernyitkan dahinya, "Buat apa lo cari gue?"

Zaidan kembali menatap sekilas ke arah Aruna, lalu kembali fokus ke jalanan, "Kalo bukan disuruh mama, gue nggak akan cari lo. Mama suruh gue temui lo, dan tanyain kenapa lo nikah nggak bilang sama kami,"

"Soal itu gue bener-bener minta maaf kak. Bukannya gue lupa sama kalian, tapi acara ini emang mendadak banget. Gue nggak punya waktu buat hubungi lo,"

"Iya iya Na gue tau kok. Lo tenang aja, nanti biar gue yang jelasin ke mama,"

"Iya kak, sekali lagi terima kasih,"

"Iya."

Percakapannya mereka berdua pun terhenti. Aruna yang kelelahan pun menjadi sedikit mengantuk, dan ia memutuskan untuk memejamkan matanya.

Sedangkan Zaidan terus fokus mengemudikan mobilnya, tanpa menatap ke arah gadis itu lagi.

.

Di lokasi lain, Narendra dan Elena baru saja selesai makan malam bersama. Setelah membayar makanan yang mereka makan, keduanya langsung pergi meninggalkan restoran tersebut.

"Pak Naren, bisa minta tolong?" lontar Elena yang duduk di kursi samping kemudi, lebih tepatnya di samping Narendra.

"Apa?"

"Tolong anterin saya pulang sekalian ya pak? Ini kan udah malam, di kantor pasti juga udah sepi. Saya takut kalo disuruh nungguin taksi sendirian di depan kantor,"

"Hmm..." Narendra hanya berdeham saja.

"Terima kasih pak Naren." Ujar Elena tersenyum manis.

Narendra tak lagi menanggapi, dirinya menambah kecepatan mobilnya agar segera sampai di rumah dan segera menemui sang istri tercinta.

"Oh iya pak, sepertinya besok kita akan sampai malam lagi. Masih ada tiga kota yang harus kita datangi," Elena seperti mencari perhatian dari pria itu.

"Hmm..." lagi dan lagi, Narendra hanya berdeham saja.

"Bapak nggak masalah kan?"

"Tidak!" jawab Narendra dingin.

"Kalo bapak capek bilang aja, nanti biar saya atur ulang jadwalnya,"

"Saya bilang nggak ya nggak! Dan tolong kamu diam! Jangan berisik!" bentak Narendra yang terganggu dengan ocehan tidak penting dari sekretarisnya itu.

"Iya pak, maafkan saya."

Narendra yang memang lelah dan malas pun tidak menanggapi perkataan Elena lagi. Dia lebih memilih diam, dengan kecepatan mobil yang semakin menambah terus.

"Lo harus sabar Elena! Suatu saat pasti lo bisa taklukkan Narendra. Lo hanya harus sabar dan terus berusaha." Batin Elena yang lebih memilih diam daripada dimarahi oleh Narendra lagi.

.

Di tengah perjalanan, Zaidan yang belum mengetahui rumah suami Aruna pun langsung membangunnya. Walaupun sebenarnya dia tidak tega, namun keadaan yang mendesaknya.

"Aruna bangun!" Zaidan sedikit mengguncangkan tubuh wanita itu, sembari berusaha fokus mengemudikan mobilnya.

"Hmm..."

Aruna sedikit menggeliat, lalu perlahan mulai membuat matanya. Setelah tersadar sempurna, dia menatap Zaidan dengan penuh tanda tanya.

"Ada apa kak?"

"Rumah suami lo mana? Lo belum kasih tau gue." Ungkap Zaidan sedikit kesal.

Aruna yang mendengarnya pun langsung cengoh, dirinya lupa jika pria yang ada di sampingnya saat ini belum mengetahui hal tersebut.

"Di mana Na?" Zaidan kembali bertanya lagi.

Aruna yang tersadar pun langsung menjawabnya, "Di perumahan Akasia nomor empat belas,"

"Dari tadi kek,"

"Ya maaf kak, orang baru bangun tidur udah ditanyain gitu,"

"Iya iya."

Aruna hanya menanggapinya dengan senyuman saja, lalu dirinya menatap ke luar jendela mobil, menikmati suasana jalanan malam yang ia lewati.

.

Tak membutuhkan waktu lama, mobil Zaidan sudah berhenti di depan gerbang menjulang tinggi rumah milik Narendra, dan Zaidan pun langsung menghentikan laju mobilnya. Dari luarnya saja rumah tersebut nampak mewah, lebih mewah daripada rumah lainnya yang ada di sana.

"Sekali lagi terima kasih ya kak, lo udah anterin gue pulang," ucap Aruna seraya melepaskan sabuk pengaman yang ia pakai.

"Iya sama-sama. Kalo ada apa-apa hubungi gue,"

"Siap kak!" seru Aruna sembari mengangkat tangan kanannya, memberi hormat kepada laki-laki itu.

"Yaudah, masuk gih. Cepat mandi, lalu cepat makan," ucap Zaidan.

"Iya kak, kalo gitu gue turun dulu. Sampaiin salam gue ke mama," ucap Aruna dengan tersenyum.

"Iya nanti gue sampaiin,"

"Thanks kak."

"Iya."

Aruna pun akhirnya turun dari dalam mobil, lalu berjalan menuju ke depan gerbang yang kebetulan sedang terbuka lebar.

Zaidan sendiri segera melajukan mobilnya meninggalkan depan rumah mewah tersebut.

Setelah mobil Zaidan tidak terlihat lagi, barulah Aruna masuk ke dalam gerbang. Di sana terlihat ada sebuah taksi yang berhenti dan seorang pemuda asing berdiri di samping taksi tersebut, bersama Maya dan Diandra yang sedang menyambut kedatangan dari pemuda itu.

Aruna yang penasaran pun menghampiri satpam yang bekerja di rumah itu, "Pak, dia siapa?"

Pak satpam yang melihat kedatangan Aruna pun langsung menghadapnya dengan menundukkan kepala, "Dia tuan Haikal non, keponakan dari nyonya Maya,"

Aruna menganggukkan kepalanya, pertanda ia mengerti, "Terima kasih pak,"

"Sama-sama non."

Tak berapa lama kemudian taksi yang membawa Haikal pun pergi dari dalam rumah tersebut. Dan tanpa disengaja, pandangan mata Maya menatap ke arah Aruna.

Maya yang melihat sang menantu masih berdiri di depan gerbang pun langsung memanggilnya, "Aruna, ngapain kamu berdiri di sana? Cepat masuk sini."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!