#SiMujur
Bejo Fajar Santoso, atau Jo, adalah pria berumur 25 tahun yang selama hidupnya selalu diliputi kesialan. Namun, hidup Jo berubah drastis setelah dirinya bertemu dengan Athena Dewi Sarayu, wanita yang disebut-sebut sebagai wanita paling beruntung abad ini. Cantik, kaya, sukses, dan memiliki pacar seorang pengusaha tampan, Tina punya segalanya. Tapi, keberuntungannya lenyap saat nasib sial Jo berpindah kepadanya!
Bagaimana nasib mereka selanjutnya? Dapatkah Tina mengembalikan keberuntungannya, atau akankah Jo akhirnya bisa merasakan keberuntungan seumur hidup? Ikuti kisah mereka disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Will You Marry Me?
Usai 'kencan' menonton film gagal, Tina tak kehabisan ide. Ia kemudian mengajak Jo makan malam ke sebuah restoran fancy.
"Bu, kayanya tempat ini mahal banget ya," ujar Jo dengan nada canggung ketika mereka duduk di meja yang dihiasi lilin dan bunga.
"Tenang aja, Jo. Gue yang traktir," kata Tina sambil tersenyum manis.
Jo hanya mengangguk, meski wajahnya tampak masih sedikit ragu. Saat pelayan datang dengan menu, Jo kelihatan bingung. Ia bolak-balik halaman menu dengan wajah serius.
"Jo, mau pesan apa?" tanya Tina, mencoba memecah kebingungan Jo.
"Er, saya nggak tau, Bu. Ini makanannya namanya aneh-aneh semua. Ada nggak ya nasi goreng?" tanya Jo polos, membuat Tina nyaris tertawa.
"Nggak ada nasi goreng di sini, Jo. Coba ini saja," kata Tina sambil menunjuk steak wagyu yang paling mahal di menu. "Ini enak banget, gue yakin lo suka."
Makanan pun datang, mereka berdua menyantap hasil masakan koki bintang lima itu dengan damai. Setelah selesai, Tina kemudian mulai menjalankan rencananya.
"Jo," Tina menyentuh tangan Jo yang berada di atas meja. Jo jelas terkejut dengan perlakuan Tina. "Sebenarnya, ada yang ingin gue omongin ke Lo,"
"Ngomong apa Bu?"
Tina menghela napas panjang. Oke, gue pasti bisa, batinnya menyemangati diri sendiri. Memang, setelah usahanya untuk membuat Jo jatuh cinta padanya gagal, Tina merubah rencana dengan berkata secara langsung bahwa dia mencintai Jo. Memang bohong sih, tapi tidak masalah kan asal rencananya berhasil?
"Jo, I think I've fallen in love with you," Tina mengelus lembut tangan Jo. "You are kind, hardworking, and genuine. Every moment we spend together makes me admire you even more. I know we come from different worlds, but I believe that love can bridge any gap." Tina mengucapkan kata-kata hasil hapalannya semalam, kemudian ia mengeluarkan sebuah kotak cincin dan membukanya di hadapan Jo.
"Jo, I know it's not common for a woman to propose to a man. But I don't care about that. So, will you marry me?"
(Artinya:
"Jo, aku rasa aku telah jatuh cinta padamu. Kamu baik, rajin, dan tulus. Setiap saat yang kita habiskan bersama membuatku semakin kagum padamu. Aku tahu kita berasal dari dunia yang berbeda, tapi aku percaya bahwa cinta dapat mengatasi segala perbedaan."
"Jo, aku tahu tidak umum bagi seorang wanita melamar pria. Tapi, aku tidak peduli dengan hal itu. Jadi, maukah kamu menikah denganku?")
Ucapan Tina bertepatan dengan musik romantis yang mengalun indah di dalam restoran. Itu memang salah satu strategi Tina untuk memberikan kesan romantis. Ia tersenyum saat melihat Jo menatapnya dengan terperangah.
Apa dia terharu?
"Bu," Jo berkata lirih, membuat Tina menahan napas menunggu jawaban dari lelaki itu. "Meri itu siapa?"
...----------------...
"Arghhh!!!" Tina berteriak sembari membanting tubuhnya ke atas kasur. "Seharusnya gue tau kalau dia nggak bisa bahasa Inggris!'
"WAHAHAHAHA!" tawa renyah Yena terdengar dari seberang telepon. "Lagian ngapain sih ngide ngelamar pakai bahasa Inggris segala?"
"Karena gue malu kalau mau ngomong pakai bahasa Indonesia!" Tina memukul-mukul bantal di depannya dengan brutal, membayangkan kalau itu adalah wajah Jo. "Lo tahu? Gue udah siapin kata-kata yang paling manis, di tengah-tengah dinner romantis, tapi hancur semuanya gara-gara dia nggak bisa bahasa Inggris!"
Yena lagi-lagi meresponnya dengan tertawa terbahak-bahak. "Sudahlah Tina, saranku lebih baik kamu menyerah saja. Sepertinya Mas Jo bukan orang yang mudah. Kamu terima saja perjodohan dari papamu itu,"
"Nggak mau!" Tina berteriak frustasi. "Memangnya nggak ada apa satupun cowok di dunia ini yang normal sedikit? Bahkan seorang Bejo pun sulit banget buat ditaklukkan!"
"Kamu terlalu meremehkan Mas Jo sih," ejek Yena. "Yaudahlah, terima nasib aja dengan perjodohan papamu. Siapa tau orangnya lumayan baik kan?"
"Nggak, gue udah tau siapa yang mau dijodohin papa ke gue. Dia Rafli, anak temen papa. Lo nggak mungkin lupa kan siapa dia?"
"Jangan bilang, Rafli yang pernah ngompol saat SMA?" Yena mengingat-ingat. Memang, Tina dan Yena dulu sekolah di SMA yang sama.
"Iya, Rafli yang itu! Si anak mami! Makanya dibanding nikah sama dia, mending gue sama bejo!"
"Tapi mas Jo nya nggak mau tuh, gimana?"
"Ck! Udah ah! Makin bete gue! Gue mau tidur! Bye!" Tina lantas menutup telepon secara sepihak.
Tina memang berpamitan untuk tidur, tapi nyatanya semalaman penuh matanya tak bisa tertutup. Ia sibuk meratapi nasibnya sendiri di depan cermin sepanjang malam.
"Sebenarnya dosa gue apa sih, sampai seorang Bejo nggak ngelirik Gue? Apa gue kurang cantik?" Tina memperhatikan wajahnya sendiri. Tapi mau dilihat dari bagian manapun, rasanya wajahnya tetap mempesona selayaknya artis Korea. "Fiks, matanya Jo yang bermasalah. Dia pasti buta karena nggak bisa melihat berlian secantik gue!"
...----------------...
Esok harinya, Jo yang menjadi bahan pikiran Tina sepanjang malam datang ke rumah dengan ceria seperti biasa. Seolah-olah kejadian kemarin bukan sesuatu yang istimewa baginya. Ya jelas lah, Jo saja tidak mengerti satu pun kalimat lamaran Tina.
"Bu Tina kenapa matanya hitam-hitam begitu?" Jo dengan polosnya bertanya perihal kantung mata Tina. Tina langsung melirik asistennya itu tajam.
"Hari ini jangan ngajak gue bicara! Gue lagi bete sama Lo!"
Jo hanya bisa menutup mulut sambil menggaruk-garuk tengkuknya bingung. Bu Tina itu memang aneh banget. Kemarin aja dia baik sama aku sampai ngajak jalan-jalan, eh sekarang tiba-tiba udah galak lagi. Heran, apa sih salah dan dosaku ini?
"Pagi Mas Jo," Yena yang baru datang menyapa Jo dengan ramah. Jo hanya bisa tersenyum kecut sambil memberi kode dengan matanya. Yena yang langsung mengerti situasinya hanya bisa mengulum senyum.
"Lagi PMS dia Mas," bisik Yena mendekati Jo. "Udah, buatin kopi sana. Tapi yang manis ya, gulanya satu sendok setengah,"
"Oke mbak, siap," Jo mengacungkan jempol dan segera melipir ke dapur. Setelah Jo pergi, Yena buru-buru mendekati Tina.
"Hei, jangan galak-galak dong. Kalau segalak itu, gimana mau mendapatkan hatinya Mas Jo coba?"
"Tau ah, bodo amat," Tina memalingkan mukanya kesal. "Biarin aja gue nikah sama si Rafli,"
"Serius, nih? Dia super manja loh, kabarnya sampai sekarang dia masih suka ngompol tau,"
"Arghhh! Nggak tau deh!" Tina mengacak-acak rambutnya yang tidak disisir, kalau kata Jo mirip kuntilanak. "Apa gue kabur ke luar negeri aja, ya?"
"Terus perusahaan kamu gimana dong?"
"Nah itu dia, gue—"
"Good morning all!" suara menggelegar dari arah pintu depan membuat Tina dan Yena sontak terbelalak. Seorang wanita paruh baya dengan dandanan mewah ala sosialita melangkah masuk ke dalam rumah. "Tina! Kamu dimana, sih? Mama datang!"
"Gawat!" Tina menepuk jidatnya sendiri. "Bos besar udah dateng! Dia pasti mau nanyain soal calon suami gue!"
"Mendingan kamu sembunyi deh," Yena ikutan panik, ia berdiri mondar mandir sambil mencoba mencari tempat persembunyian untuk Tina. "Di kolong meja aja, gimana?"
"Lo gila?"
"Ya terus gimana?"
"Loh, kalian ada di sini toh? Kok Mama nggak disambut, sih?" Mama sudah menghampiri mereka dengan senyuman lebar. Senyuman yang menurut Tina dan Yena adalah senyum kema*tian.
"Jadi gimana? Udah ada calon suaminya?"
cemburu boleh tapi jgn gitu juga kali pakai ngaku hamidun segala 😩
wkwk, Tina manas-manasin siti🤭🤭
Selamat membaca bab 28 gaes😘😘
Kasih semangat buat Jo mau ketemu Papa camer😚
Sudahkah kalian ikutan stres seperti Mbak Tina Toon? 🤭🤭