NovelToon NovelToon
Magang Di Hati Bos Muda

Magang Di Hati Bos Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Keluarga / Teen School/College / CEO / Romansa
Popularitas:10
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

Satu kesalahan di lantai lima puluh memaksa Kirana menyerahkan kebebasannya. Demi menyelamatkan pekerjaan ayahnya, gadis berseragam putih-abu-abu itu harus tunduk pada perintah Arkan, sang pemimpin perusahaan yang sangat angkuh.
​"Mulai malam ini, kamu adalah milik saya," bisik Arkan dengan nada yang dingin.
​Terjebak dalam kontrak pelayan pribadi, Kirana perlahan menemukan rahasia gelap tentang utang nyawa yang mengikat keluarga mereka. Di balik kemewahan menara tinggi, sebuah permainan takdir yang berbahaya baru saja dimulai. Antara benci yang mendalam dan getaran yang tak terduga, Kirana harus memilih antara harga diri atau mengikuti kata hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: Pengejaran di Jalan Sunyi

Darah merah segar merembes cepat menembus serat kain jas hitam milik Arkananta, menciptakan aroma logam yang tajam di tengah udara pemakaman yang lembap. Kirana menjerit tertahan saat melihat Arkananta tetap berdiri tegak layaknya karang meskipun sebutir peluru baru saja menyayat lengan atasnya dengan sangat kejam. Tanpa menunggu sedetik pun, Arkananta menarik pinggang Kirana dan melemparkan tubuh gadis itu ke dalam mobil melalui pintu yang masih terbuka lebar.

"Tundukkan kepalamu dan jangan pernah mendongak sebelum saya memberikan perintah, Kirana!" bentak Arkananta dengan suara yang serak menahan rasa perih yang luar biasa.

Kirana meringkuk di bawah dasbor mobil dengan tubuh yang menggigil hebat, sementara suara benturan peluru pada bodi baja kendaraan terdengar seperti ribuan palu yang memukul logam. Arkananta segera melompat ke kursi pengemudi dan menginjak pedal gas hingga ban mobil berdecit-decit membelah keheningan malam yang mencekam. Mobil itu melesat keluar dari gerbang pemakaman, meninggalkan kepulan asap putih dan bising teriakan para pengepung yang tertinggal di belakang.

"Tuan Arkan, lengan Anda terus mengeluarkan darah, kita harus segera mencari bantuan medis sekarang juga!" seru Kirana dengan isak tangis yang mulai pecah memenuhi kabin mobil.

Arkananta tidak memedulikan peringatan Kirana, ia justru terus memutar kemudi dengan satu tangan sementara tangan lainnya mencoba menekan luka untuk menghambat pendarahan. Matanya terus menatap tajam ke arah kaca spion, memantau dua buah lampu sorot mobil besar yang kini sedang mengejar mereka dengan kecepatan yang sangat tinggi. Jalanan setapak yang sempit dan berliku membuat mobil mereka bergoyang-goyang ke kiri dan ke kanan secara tidak beraturan.

"Darah ini tidak ada artinya dibandingkan dengan keselamatanmu, sekarang diamlah dan bantu saya melihat jalan di depan," ujar Arkananta dengan rahang yang sangat kaku menahan amarah.

Kirana memberanikan diri untuk mengintip melalui celah jendela belakang, dan jantungnya seolah berhenti berdetak saat melihat sebuah mobil truk besar mencoba menabrak bagian belakang mobil mereka. Cahaya lampu dari truk itu sangat menyilaukan mata, menciptakan bayangan-bayangan menyeramkan di sepanjang pepohonan jati yang mereka lewati. Kirana merasa ajalnya sudah sangat dekat, namun dekapan dingin dari rasa takut justru membuatnya semakin waspada terhadap situasi yang sedang terjadi.

"Tuan! Truk itu akan menabrak kita lagi! Cepat belok ke arah hutan di sebelah kanan!" teriak Kirana sambil menunjuk ke arah celah sempit di antara barisan pohon raksasa.

Arkananta mengikuti instruksi Kirana dengan sangat tangkas, ia memutar kemudi secara mendadak hingga mobil mereka meluncur masuk ke dalam rimbunnya hutan jati yang sangat gelap. Suara ranting-ranting pohon yang patah dan menghantam atap mobil terdengar sangat memekakkan telinga layaknya suara tembakan beruntun. Mobil truk besar itu tidak sanggup mengikuti manuver tajam Arkananta dan justru menabrak tumpukan batu besar hingga bagian depannya hancur berkeping-keping.

"Apakah mereka sudah berhenti mengejar kita, Tuan?" tanya Kirana dengan suara yang sangat parau karena tenggorokannya terasa sangat kering.

Arkananta memperlambat laju kendaraan saat mereka tiba di sebuah area lapang yang tersembunyi di balik perbukitan kecil yang sunyi. Ia mematikan mesin mobil dan segera menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi dengan napas yang terengah-engah dan wajah yang sangat pucat pasi. Kirana segera merangkak menuju kursi samping Arkananta, mencoba mencari kotak pertolongan pertama yang biasanya tersedia di bawah jok mobil mewah tersebut.

"Biarkan saya mengobati luka Anda, jika tidak Anda bisa kehilangan terlalu banyak darah dan jatuh pingsan di sini," ucap Kirana sambil merobek kain kemeja Arkananta dengan jemari yang masih bergetar.

Arkananta hanya bisa pasrah saat Kirana mulai membersihkan luka tembak tersebut dengan cairan pembersih kuman yang sangat perih jika terkena kulit terbuka. Ia menatap wajah Kirana yang dipenuhi oleh noda debu dan air mata, menyadari bahwa gadis ini memiliki kekuatan mental yang jauh lebih besar dari yang ia duga sebelumnya. Keheningan hutan malam itu seolah memberikan ruang bagi mereka berdua untuk saling berbagi rasa sakit yang selama ini tersembunyi di balik topeng keangkuhan masing-masing.

"Kenapa Anda rela mengorbankan nyawa hanya untuk melindungi saya yang bukan siapa-siapa bagi Anda?" tanya Kirana dengan sapaan yang sangat lembut dan penuh rasa ingin tahu.

Arkananta menatap lurus ke arah mata Kirana, sebuah tatapan yang sangat dalam dan sanggup menembus hingga ke dasar relung jiwa gadis muda tersebut. Ia mengulurkan tangannya yang bersih untuk menghapus sisa air mata di pipi Kirana, sebuah gerakan yang sangat halus dan tidak pernah Kirana bayangkan sebelumnya. Rasa hangat mulai menjalar di hati Kirana, menggantikan rasa dingin yang tadi sempat membekukan seluruh keberaniannya di pemakaman tua itu.

"Karena sejak pertama kali kamu menginjakkan kaki di kantor saya, kamu sudah menjadi satu-satunya alasan saya untuk terus bertahan hidup," jawab Arkananta dengan nada yang sangat emosional.

Kirana tertegun mendengar pengakuan yang sangat jujur dari pria yang selama ini ia anggap sebagai monster tanpa perasaan yang hanya peduli pada harta warisan. Namun, momen romantis itu tidak berlangsung lama karena tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang sangat banyak sedang mendekat ke arah mobil mereka. Kirana dan Arkananta saling berpandangan, menyadari bahwa para anak buah Paman Baskara ternyata tidak semudah itu untuk dikalahkan dengan satu tabrakan saja.

"Cepat keluar dari mobil! Kita harus mendaki bukit ini dan mencari perlindungan di gua tua yang ada di atas sana!" perintah Arkananta sambil menarik paksa tangan Kirana.

Mereka berlari menembus gelapnya malam dengan hanya mengandalkan cahaya bintang yang temaram dan insting bertahan hidup yang sangat kuat. Kirana berkali-kali tergelincir di atas tanah yang licin, namun tangan Arkananta selalu sigap menariknya kembali agar tidak jatuh ke dalam jurang yang menganga lebar di sisi jalan. Napas mereka memburu sangat kencang, menciptakan uap putih di tengah udara malam yang suhunya mulai menurun drastis hingga menusuk tulang.

Tiba-tiba, dari arah puncak bukit, sebuah lampu sorot yang sangat besar menyala dengan seketika dan mengarah tepat ke arah wajah Kirana dan Arkananta. Kirana menyipitkan matanya dan melihat sosok pria yang sangat ia benci sedang berdiri dengan tenang di atas sana bersama puluhan pengawal bersenjata. Pria itu bukan Paman Baskara, melainkan tunangan rahasia Arkananta yang selama ini bersembunyi di balik bayang-bayang kekuasaan perusahaan.

"Selamat malam, calon suamiku. Apakah kamu sudah siap menyerahkan gadis ini atau kamu lebih memilih untuk mati bersamanya di tempat yang indah ini?" tanya wanita itu dengan tawa yang sangat melengking.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!