“Gray dan yang lain dalam bahaya. Aku harus menolong mereka.”
Ketika Luc Besson menekan tombol dan serangan mematikan itu melesat cepat ke arah Gray dan rombongan, Gavin memaksakan dirinya berdiri. Napasnya terengah-engah, tubuhnya nyaris tak sanggup bergerak, tetapi kakinya tetap melangkah.
“Tidak!”
Ia berlari sekuat tenaga, meski sadar tindakannya mungkin tidak akan menghentikan serangan itu. Namun ia tidak bisa berdiam diri ketika kematian berada tepat di depan mata orang-orang yang ingin ia selamatkan.
Di saat itulah Gavin berteriak dalam keputusasaan yang paling dalam.
“Aku mohon hentikan waktu agar aku menolong mereka.”
Seketika, Gavin terperangah. Sebuah gelombang aneh menjalar dari dalam tubuhnya, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
“Apa yang terjadi?”
Di hadapan kehancuran yang tak terelakkan, Gavin melihat sesuatu yang tidak pernah dirinya lihat selama ini—sebuah tanda bahwa kekuatan tersembunyi di dalam dirinya akhirnya terbangun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Luc Besson, Miguel, dan para pengawal bergerak sangat cepat meninggalkan hutan. Di saat yang sama, George terus diikuti oleh pasukan pencari yang sudah menghabisinya,
Luc Besson mengamati layar dengan saksama, melirik Miguel dan Ryder yang berada di sampingnya. "George diikuti oleh pasukan pencari. Tunggu."
Luc Besson tercenung selama beberapa waktu. "Mereka memakai seragam lengkap mereka. Mereka... tampaknya akan menghabisi George. Itu berarti, Dewan sudah tahu soal Graham dan George yang bekerja sama denganku. Kemungkinan Dewan akan menghabisi mereka secepatnya."
Luc Besson mengepalkan tangan erat-erat, mengembus napas panjang. "Aku tidak menduga jika mereka bisa menemukan keberadaan George secepat ini, padahal aku sudah memastikan pertemuan tadi tidak diketahui oleh musuh."
"Apakah kita akan menolong George?" tanya Ryder.
Miguel hanya diam sembari mengamati Luc Besson saksama.
"Pasukan itu akan menjadi lawan yang sangat merepotkan. Aku mungkin bisa bertahan dari mereka, tetapi kalian kemungkinan akan tewas menjadi abu. Mereka adalah mesin pembunuh yang luar biasa saat mereka mendapatkan tugas untuk menghabisi lawan. Jika aku menolong George, mereka mungkin akan tahu keberadaanku. Dan jika mereka tahu informasi kalian, Alexander mungkin akan terseret ke dalam permasalahan ini sehingga dia dan keluarganya akan berada dalam bahaya. Masalah ini akan merembet ke berbagai hal."
Miguel dan Ryder saling bertatapan sesaat. Empat pengawal di depan dan belakang terus mengawasi keadaan.
"Graham menugaskan George untuk mengirimkan file ini padaku. Dia sudah menyelesaikan tugas itu dengan baik." Luc Besson memejamkan mata, mengembus napas sangat panjang. "Aku memutuskan untuk tidak menolong George. Aku akan mempercayai kemampuan dan keberuntungannya serta kebaikan Tuhan."
Luc Besson mengawasi George di layar. "Graham adalah sosok jenius dan tangguh. Dia pasti sudah menyadari kejadian ini sehingga sudah mempersiapkan banyak hal untuk melindungi George. Robot burung itu adalah salah satu robot tercanggih sekarang.”
"Kita harus bergegas sebelum orang-orang itu menyadari keberadaanmu," ucap Ryder.
"Aku mengerti." Luc Besson menekan sebuah tombol. Kecepatannya dan semua orang bertambah berkali-kali lipat dari sebelumnya.
Sementara itu, Gray, Baba, Bennet, Bruce, dan Osvaldo Tolliver tampak tegang setelah mengetahui kabar penangkapan dan upaya pembunuhan George.
"Aku masih membenci George karena pertarungan di peternakan tempo hari, tetapi entah kenapa aku merasa sangat iba padanya sekarang," ujar Bennet.
"Sejujurnya, George tidak benar-benar ingin mencelakai kita selama ini. Dia hanya menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin." Gray menyahut.
"Perkataan Pak Tua Rio benar. Dia tidak boleh menolong George karena beberapa pertimbangan, salah satunya adalah kita. Jika pasukan pembunuh itu tahu soal kita yang bersekutu dengan Pak Tua Rio, kita semua bisa tewas di tangan mereka."
Baba menyahut, "Kau benar, Baba. Aku melihat raut tegang di wajah Luc. Aku masih cukup yakin dia bisa menang melawan mereka meski dia mungkin akan terluka. Selain itu, Miguel, Ryder, dan para pengawal lain tidak mungkin bisa bertahan."
Bennet mengembus napas panjang. "Apa memang tidak ada hal yang bisa kita lakukan sekarang untuk membantu George selain berdoa?"
"Pak Tua Rio mengatakan soal peralatan canggih yang dimiliki oleh Graham yang sekarang berada di tangan George. Aku yakin George akan tetap hidup," ujar Baba.
Bruce mengacak-acak rambut. "Aku sangat tegang, tetapi aku sangat penasaran dengan apa yang akan terjadi pada George sekarang? Aku yakin pertarungan akan sangat menegangkan dibandingkan pertarungan yang pernah kita lalui."
Layar menunjukkan keadaan George yang masih tidak sadarkan diri. Di saat yang sama, pasukan pencari dan pembunuh terus mengikutinya dari berbagai arah.
"Ah!" Osvaldo Tolliver tiba-tiba saja terjatuh dari sofa, memegangi dadanya. Semua perhatian seketika tertuju padanya.
"Hei, apa yang terjadi denganmu, Osvaldo?" tanya Bennet seraya mendekat.
Sebuah robot anjing seketika memeriksa keadaan Osvaldo Tolliver. Pria itu berada dalam sebuah tabung di mana layar menunjukkan status keadaannya.
"Suhu tubuhnya sangat tinggi," ujar Gray.
Asher segera memasuki ruangan, terkejut saat melihat keadaan Osvaldo Tolliver. "Tuan Osvaldo. Dia tampaknya terlalu letih."
Gray mengamati Osvaldo Tolliver saksama. "Dia terlalu memaksakan diri untuk meningkatkan kemampuannya. Kita sebaiknya tidak mengganggunya sekarang."
Osvaldo Tolliver pergi bersama Asher dan robot anjing, memasuki ruangan.
"Aku sejujurnya mengkhawatirkannya." Bennet tampak bersedih. "Aku menyadari jika kita berlima saling melengkapi satu sama lain. Kemampuan Osvaldo membuatnya bisa mengetahui kejadian lebih awal. Jika dalam pertarungan sungguhan, dia pastilah target utama yang harus dikalahkan musuh."
Baba tercenung selama beberapa waktu. Ia masih marah pada Osvaldo atas tindakan pasukannya yang sudah menyakiti keluarganya. Akan tetapi, mau tidak mau dan suka tidak suka, ia masih membutuhkan pria itu.
Luc Besson dan yang lain sudah keluar dari hutan. Mereka bergerak menggunakan mobil, memasuki sebuah kota terdekat.
Luc mengawasi George dari layar. "Dia masih tidak sadarkan diri. Robot milik Graham membawanya ke sebuah lokasi."
Asher menunggu Osvaldo di sofa, mengamati kondisi pria itu yang masih berada di dalam tabung. "Aku harap Anda baik-baik saja, Tuan. Aku tidak perlu melihat Anda sesemangat ini sebelumnya. Anda merasa nyaman berada di antara mereka. Sayangnya, mendengar kabar mengejutkan setiap harinya membuatku sangat tegang dan khawatir."
Gray, Baba, Bennet, dan Bruce masih berada di dalam ruangan.
"Kita memiliki dua anggota yang harus mendapatkan perawatan sekarang." Baba memutar-mutar kursi.
"Kemampuan mereka sangat berguna. Jika Gavin dan Osvaldo masih tidak sadarkan diri saat terjadi pertempuran, kita pasti akan sangat kesulitan."
"Diamlah, Bruce. Kau membuat keadaan semakin menjengkelkan," ketus Bennet.
"Aku tidak menganggap kemampuanmu buruk, Bennet."
"Bruce benar. Ketidakhadiran Gavin dan Osvaldo akan sangat berpengaruh pada kita khususnya dan bagi Alexander dan pasukannya. Kita harus mempersiapkan banyak hal jika seandainya hal buruk terjadi," kata Baba.
"Gavin," gumam Gray seraya mengamati keadaan Gavin di layar. "Aku harap kau segera sadarkan diri. Aku sedikit merindukanmu."
Di saat yang sama, Xander terus terjaga meski ia berusaha untuk tidur. Pria itu duduk, memijat kepalanya berkali-kali. "Waktu pertemuan adalah lusa. Aku nyaris selalu memikirkan hal itu sepanjang waktu."
Xander membuka layar hologram di jam tangannya. "Luc, Miguel, dan Ryder masih berada di perjalanan pulang sekarang."
Lizzy terbangun, mengamati Xander. "Kau belum tidur?"
Xander menoleh. "Apa aku membangunkanmu?"
"Kau membuatku khawatir akhir-akhir ini." Lizzy bersandar di bahu Xander.
"Aku membawamu, Alexis, dan yang lain ke dalam bahaya besar. Aku takut jika aku tidak bisa melindungi kalian."
"Kau bukanlah satu-satunya orang yang berkewajiban untuk melindungi keluarga kita.
Melindungi keluarga kita adalah tanggung jawab kita bersama. Kita harus melindungi satu sama lain. Jangan lupa jika keluarga kita adalah keluarga pejuang."
Xander tersenyum, mengecup kening Lizzy. "Kau benar. Kalian akan selalu menjadi penyemangat dan pelindungku."
Di tempat berbeda, pasukan UltraTech mulai melancarkan serangan pada George.
Alat-alat canggih segera melindungi George yang masih tidak sadarkan diri. Ia bergerak sangat di tengah kepungan lawan.
Di saat yang sama, sebuah kelompok tengah berkumpul.