Kecelakaan yang membuatnya cacat dan berakhir menggunakan kursi roda membuat Zenita sang Nona muda gagal menikah dengan kekasihnya. Ia terpaksa harus menikah dengan supir pribadinya karena mempelai pria tidak datang ke pernikahan. Namun bagaimana jadinya jika keduanya sudah memiliki pujaan hati masing-masing namun dipaksa untuk bersama?
Apakah keduanya akan saling jatuh cinta seiring berjalannya waktu? Ataukah berakhir dengan perceraian?
Sementara sang mempelai pria yang tidak datang ke pernikahan itu kembali ke kehidupannya setelah pernikahan itu terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagita chn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Pulanglah sehari saja!
Hari sudah berganti.
Tentu saja tidak ada yang tahu Franz tidur dengan istrinya semalam. Karena semalaman ia juga membuat bantal guling yang ditutupi dengan selimut hingga disangka itu adalah Franz yang sedang tidur. Jadi pagi-pagi pun tidak ada yang curiga karena ia juga sudah terbangun lebih dulu.
Setelah ini keduanya langsung pulang kerumah. Kemudian dilanjutkan untuk pergi kerumah sakit untuk kontrol sang Nona.
*
*
Hari-hari pun berlalu. Semua berjalan dengan semestinya.
Devin sekarang sedang bersantai di ruangannya. Namun tiba-tiba ibunya datang tak diundang. Ia juga merindukan putranya, karena sudah sangat lama Devin tidak pulang kerumah.
"Devin. Besok kan hari ulang tahun Mama. Apa tidak bisakah kau pulang sehari saja?" Menatap putranya penuh harap. Ia juga berharap putranya bersedia untuk pulang walaupun hanya sehari saja untuk hadiah ulang tahunnya.
"Devin tidak akan lupa hari itu Ma. Devin pasti juga akan memberikan hadiah untuk Mama. Tapi jangan harap Devin akan pulang"
Ya Tuhan,, segitunya Devin sekarang. Apa dia benar-benar tidak bisa memaafkanku?
Tentu saja tidak Nova. Kau tidak tahu betapa sakitnya hati Devin kehilangan wanita yang sangat ia cintai sampai sekarang. Walaupun ia tak sebanding denganmu namun Zenita seperti separuh nyawanya. Jadi wajar saja jika Devin belom bisa memafkanmu sekarang.
"Hanya sehari saja sayang. Menginaplah semalam saja. Kamu tak perlu memberikan Mama hadiah. Cukup kau pulang sehari saja itu sudah cukup untuk hadiahnya buat Mama." Masih memohon dan penuh harap. Ia sungguh menyesali semuanya termasuk atas apa yang telah ia lakukan. Karena nyatanya ia sudah membuat rugi banyak orang termasuk Drisha anak dari teman dekatnya sendiri yang entah bagaimana nasibnya sekarang.
"Devin sibuk Ma. Devin tidak punya waktu untuk itu. Kantor sedang berantakan. Sementara waktu untuk mendapatkan Zenita kembali saja Devin belom sempat!" Berbicara datar. Namun sedikit menohok karena menyinggung nama mantan kekasihnya itu.
"Mama sangat tahu Devin. Mama sangat salah. Untuk itu, untuk kali ini saja mama benar-benar meminta maaf padamu Devin. Tolong maafkan Mama. Mama tidak bisa seperti ini terus. Kalau kau terus menjauhi Mama seperti ini Mama tidak bisa Devin. Mama sungguh tidak bisa! Pulanglah sehari untuk makan bersama. Tolong maafkan Mama. Seandainya waktu bisa Mama putar kembali, Mama pasti akan membiarkan pernikahanmu terjadi dan tidak akan melakukan semua ini!"
"Apa Mama sadar dengan perkataan Mama? Selama ini pikiran Mama kemana? Semunya sudah terlambat Ma. Bahkan Devin sudah tidak mendapat kepercayaan lagi dari Zenita dan keluarganya."
"Lalu Mama harus melakukan apa Devin? Mama harus bagaimana untuk mendapatkan maaf darimu sekarang?"
"Tidak perlu melakukan apapun Ma. Semuanya sudah terlambat dan sia-sia!" Sorot mata dan wajah Devin masih masam. Ia belom bisa memaafkan ibunya sampai detik ini.
Mama Nova pun hanya bisa terdiam dan menunduk mendengar omongan Devin. Ia sungguh menyesali semua ini. Selama kepergian Devin dari rumah ia begitu merasa bosan dan kesepian. Bahkan di hari ulang tahunnya besok pun putranya enggan untuk datang, ini benar-benar membuatnya sedih.
Iagi-lagi Mama Nova pun pergi dengan kesedihan dan kekecewaan yang begitu mendalam dari ruangan itu.
Apa mungkin aku harus bertemu dan bicara dengan Zenita? Aku juga harus meminta maaf padanya. Mungkin ini satu-satunya cara agar hubunganku dan putraku tidak akan berantakan lagi.
Saat berjalan untuk meninggalkan kantor itupun Mama Nova tidak fokus berjalan, bahkan kacau pikirannya. Ia bahkan menabrak karyawan yang berjalan dari lawan arah.
Brakkkk!
Bunyi beberapa berkas yang sudah jatuh ke lantai.
"Ya ampun. Maaf-maafkan aku. Aku benar-benar tidak melihatmu tadi"
"Tak apa Nyonya. Aku juga tadi buru-buru jalannya.. " Padahal memang Ia yang sengaja berjalan melawan arahnya. Kebetulan Mama Nova sedang meleng tadi.
"Ohh. Kau sekretarisnya Devin yang baru ya?"
"Iya Nyonya. Betul sekali."
Ternyata Mama Nova tak sengaja menabrak Liora yang sedang membawa beberapa berkas ditangannya.
"Kalau begitu boleh aku meminta nomormu? Setidaknya aku bisa mengawasinya lewat kamu"
"Oh tentu saja boleh Nyonya. Eum...maksudku. Boleh-boleh saja." Liora justru tampak bersemangat tadi.
Jangankan untuk mengawasinya. Menjadi pendamping hidupnya pun aku sangat sanggup Nyonya.
Bukan sanggup lagi. Itu memang kemauan mu sejak awal Liora.
Setelah selesai berbincang dan bertukar nomor Liora langsung melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam ruangan Devin. Bahkan ia merasa begitu senang karena mendapatkan nomor calon mertua. Cihh! Menyebalkan sekali, bahkan Liora sudah beranggapan bahwa dia adalah calon mertuanya.
"Siang Pak Devin. Ini seluruh berkas yang Anda perlukan" Liora menunjukkan beberapa berkas ditangannya.
"Ya. Taro saja di meja" Menjawab singkat, bahkan tanpa menoleh sedikitpun kearahnya.
Sungguh dia itu cuek sekali! Setidaknya sedikit saja kau melirikku. Dari kuliah sampai sekarang kau tetap saja seperti tembok!
Walau dirasa cuek Liora tak akan berhenti berusaha untuk mendekati Devin.
"Bapak mau kopi atau Teh? Biar saya buatkan?"
"Tidak. Terimakasih. Aku tidak sedang berselera mengonsumsi kafein."
"Baiklah Pak. Permisi." Liora pun pergi dengan bermuka masam.
"Tunggu-tunggu!"
Kan, akhirnya dia manggilku juga.
"Iya Pak. Apa ada yang Anda butuhkan?" Bersemangat. Ia akan melakukan apapun yang Devin perintah. Ini demi merebut hatinya, Pikirnya.
"Kau teman dekatnya Zenita bukan? Apa kau tahu tentang pernikahannya dengan Franz?"
"Franz? Franz siapa Bapak?"
"Ah sudahlah. Kau pergi saja. Sepertinya kau tidak tahu."
Cihh. Sial! Dia mengusir ku? Bahkan dia memanggilku hanya karena Zenita. Menyebalkan sekali.
Sabar-sabar Liora. Kau harus sabar menghadapinya. Kau harus bisa meluluhkan batu itu dengan air.
Liora pun kembali pergi meninggalkan ruangan itu dengan kesal. Sekarang ia sedang memikirkan bagaimana caranya untuk mendapatkan Devin. Toh kerja disini juga kesempatan terbesarnya untuk mendapatkan Devin.