NovelToon NovelToon
Where Are You?

Where Are You?

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Persahabatan / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Agnettasybilla

Kalea Ludovica—murid paling keras kepala seantro SMA Bintang dan salah satu murid yang masuk dalam daftar jajaran murid paling disegani disekolah. Masa lalunya yang buruk karena sering dikucilkan keluarga sampai kematian sang adik membuatnya diusir dari rumah ketika masih berusia tujuh tahun.
Tuduhan yang ia terima membuat dirinya begitu sangat dibenci ibunya sendiri. Hingga suatu ketika, seseorang yang menjadi pemimpin sebuah geng terkenal di sekolahnya mendadak menyatakan perasaan padanya, namun tidak berlangsung lama ia justru kembali dikecewakan.

Pahitnya hidup dan selalu bertarung dengan sebuah rasa sakit membuat sebuah dendam tumbuh dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 8

...- happy reading, dear - ...

...***...

"Demi apa Lea lo berubah jadi ganas kayak gitu tadi? Gue ngga nyangka, sumpah deh..."

Ana tiba-tiba duduk di samping Kalea, sambil mendekatkan wajahnya pada gadis itu, sangat dekat hingga membuat Kalea mendorong kening Ana menjauh darinya.

"Apaan sih lo, jauh-jauh sana, lo mau cium gue ya?"

"Najis gue nyium lo, gue masih waras kali."

"Iya jadi ngapain lo dekat bangat kemuka gue?" ujar Kalea dengan wajah sangat kesal.

"Gue cuman mastikan sesuatu, masa iya Kalea yang kita kenal jadi garang bangat. Lo gak lagi diajarin tante Audrey kan buat melabrak orang?"

"Itu namanya bentuk perlindungan diri," ucap Kalea.

"Lagian dia pantas digitukan—membully itu buat mental orang down, bahaya bangat."

"Apa lo gak takut sama dia—dia Clara Kalea, pentolan sekolah ini yang paling terkenal suka buat ulah. Bisa ajah Clara balas perbuatan lo Lea. Ih, gue jadi merinding..."

"Ya terus?"

"Nih ya gue sedikit cerita," kata Letta. "Dulu itu juga ada murid kelas satu yang lawan Clara tapi gadis itu gak sekuat lo sampai akhirnya kita dapat kabar kalau dia dikurung di sebuah ruangan gelap. Sejak kejadian itu dia pindah sekolah dari sekolah kita."

"Ngga ada sanksi sama sekali sekedar surat peringatan?" kata Kalea dan Letta bersama Ana menggeleng cepat.

Tiba-tiba...

"Wooiiii!!" teriak ketua kelas mereka yang berada di ambang pintu kelas.

Cowok itu begitu tergesa-gesa masuk lalu menarik napas dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Mereka yang tadinya ribut, saling kejar-kejaran dikelas mendadak kaget karena teriakannya.

"Ngapain sih lo Ga berisik bangat, ganggu orang tidur ajah," ucap salah seorang cowok dari sudut belakang sambil mengucek matanya karena sejak tadi cowok itu tengah terlelap dalam dunia mimpi.

"Ada kabar penting nih."

Ia pun maju dan menaruh telapak tangannya di meja menatap teman sekelasnya secara bergantian.

"Pak Slamet gak bisa ngajar, anak kucingnya lagi lahiran. Kita semua di suruh olahraga sendiri. Skuy lah yok we!!" ujar sang ketua kelas.

Belum sampai lima menit semua murid di kelas itu hilang bagaikan di telan bumi membuat sang ketua kelas menggeleng heran. Giliran olahraga semuanya semangat 45. Berhubung ada olahraga mereka berganti pakaian keruang ganti.

Sementara di lapangan basket sudah ramai akan teman-teman Kalea. Sebagian anak perempuan duduk dipinggiran lapangan dan yang lain menikmati permainan di lapangan basket. Sedangkan Kalea--gadis yang sangat suka bermain basket berada di lapangan melakukan pemanasan bersama Letta dan Ana.

"Wih.. hebat bangat lo bisa masukin bolanya sejauh itu," kata Letta saat bola yang Kalea lempar melambung tinggi dan masuk ring basket dengan tepat.

"Gini ajah.. dari pada main gak jelas gini mending lo berdua lawan gue," usul Kalea senyum merekah membuat keduanya saling tatap. Letta menyikut lengan Ana sementara Ana menggeleng ringan.

"Jelas kami kalah, anjir! Lo jagonya basket dari dulu," seru Ana kalau mengingat kenangan mereka dulu.

"Itu kan dulu lain sekarang. Yok lah, gak sabar gue."

Letta mulai bersiap di posisinya setelah mengambil bola dari tangan Kalea. Namun, ia kurang cepat membuat Kalea dengan gesit mengambil alih bola tersebut, mendribble nya menuju ring milik Letta dan Ana.

Bola masuk tepat sasaran membuat Kalea bertepuk tangan seraya tertawa ngakak melihat Letta dan Ana tampak ngos-ngosan di hadapannya. Bola kembali terjatuh dan membuat Ana berlari lalu men-dribble bola kembali.

"Tangkap Let!" teriak Ana siap melempar bola kearahnya.

Kalea di posisi berlawanan mulai tertawa ringan. Tawa nya membuat murid lain yang berlalu lalang di lorong setiap kelas memperhatikan kesibukan mereka.

"Lo bakalan kalah Ra!" seru Letta menjulurkan lidahnya dan Kalea hanya tersenyum miring menatap kedua sahabatnya.

Peluh dikening mereka mulai bercucuran membuat Kalea melepas kuncirnya kemudian mencepol rambutnya asal. Saat Letta bersiap melempar bola, Kalea melompat dan memukul bola tersebut dengan keras ke arah lain.

Bruk!

Letta, Kalea dan Ana saling tatap ketika bola tersebut jatuh menimpuk seseorang.

"Aish, Kaleaaaa!!" seru Ana memekik. "Ring nya disana bukan di lapangan sebelah, goblok!"

"Udahlah. Bukan waktunya saling menyalahkan. Mending lo liat bolanya kemana," seru Letta membuat Kalea menoleh ke lapangan sebelah kanan.

"Gue harus gimana? Kayaknya bolanya ketimpuk orang deh, tuh rame bangat disana." Kalea panik sambil memegang kepalanya memandang lapangan seberang sangat ramai dan riuh.

"Makanya kalau main nyantai ajah..." timpal Ana dengan sedikit sindiran pada Kalea.

"Ih, mulutnya. Gue cuman merebut bolanya doang..."

"Udah Lea, mending lo sono minta maaf sama kak Gabriel keburu tanduknya tumbuh dan lo jadi imbasnya," celetuk Letta mendorong punggungnya.

"Ya, sana.."

***

Di lapangan sebelah, sosok yang selalu dihindari dalam masalah justru sedang mengamuk saat bola basket mendarat keras di kepalanya. Pasalnya saat itu, Gabriel sedang istirahat di tempat teduh sehabis olahraga dan spontan terkejut saat bola basket menghantam puncak kepalanya sampai-sampai ia tersungkur saking kerasnya.

"Sejak kapan ring basket jadi kepala lo coy..." Adit tertawa lebar menatap Gabriel yang mengelus kepalanya yang amat terasa sakit.

"Ganteng-ganteng ketiban bola maunya ketiban jodoh biar kita makan enak. Miris bangat nasib lo bre!" timpal Bobby

Sementara sosok yang terkena sasaran bola melayangkan tatapan tajam pada keduanya. Dengan cepat, Adit menutup mulutnya rapat-rapat, habislah dia jadi bahan pelampiasan Gabriel kalau masih menertawainya.

Sedangkan Haris dan Zion berusaha menahan tawa sedari tadi. Segera Gabriel mencari si pelaku yang membuat kepalanya berdenyut hebat. Tidak peduli kalau terjadi keributan di lapangan saat ini.

Melihat sosok itu berjalan menuju tempat mereka, Kalea semakin khawatir dibuatnya. Pasalnya, ia harus berbuat apa jika cowok itu tahu pelakunya dia sendiri. Gabriel sudah berdiri tepat di depan Ana. Mencari sebuah jawaban di balik wajah gadis itu yang gemetar karena kehadirannya.

"Lo kan yang lempar bola itu?!" tanya Gabriel dengan mimik wajah serius.

"B-bukan gue kok jangan asal nuduh," balas Ana terbata-bata.

"Lo berani bohong sama gue!"

Ana menggeleng cepat. "Memang bukan gue kak, gue serius. Emang muka gue ini kek tampang pembohong."

Sementara itu, keringat mulai mengumpul dikedua telapak Kalea. Haruskah ia mengakui kesalahannya. Kalea akuin cowok itu sudah menolongnya tadi pagi, tapi kan ini lain cerita. Kalea perlahan menarik napas panjang. Gilirannya tiba.

"Maafin kak, gue ngaku salah. Gue terlalu kencang lempar bolanya jadi—" ucapan Kalea terjeda saat Gabriel melirik tajam kepadanya. Cowok itu melangkah mendekati Kalea. Berdiri dengan jarak dua jengkal di hadapan Kalea.

"Apa lantai itu kalah ganteng dari gue?" celetuk Gabriel membuat Kalea mendongak cepat. Mereka saling beradu tatap membuat Gabriel dengan cepat berdecak pelan.

"Ha—iya. Eh, bukan, aish!"

Gabriel tersenyum kemenangan mendapati tingkah konyol Kalea yang menepuk jidatnya pelan.

"Lo ikut gue.."

Gabriel menarik pergelangan tangan Kalea, membawanya menjauh dari lapangan. Semua orang yang berada di lapangan mengerutkan dahi. Untuk pertama kalinya seorang yang disegani di SMA Bintang berurusan dengan seorang gadis.

"Lepasin! Lo mau bawa gue kemana?!" Kalea memberontak berusaha melepaskan tangannya yang mulai terasa sakit.

"Lo tuli ya? Gue bilang lepasin!"

Kalea terus saja meronta ingin dilepas walau langkahnya kian cepat mengikuti Gabriel dari belakang. Sampai ia tidak sadar sudah berada dibelakang sekolah, hanya berdua. Gabriel melepaskan genggamannya, lalu melangkah mendekati Kalea.

Melihat itu Kalea refleks mundur hingga tidak sadar dia sudah terpojok. Kedua tangan Gabriel berada di sisi telinganya. Deru napas beraroma mint itu mulai menyapu permukaan wajah Kalea. Ia mendongak dan betapa kagetnya ia saat wajah keduanya begitu dekat, nyaris hidung mereka bersentuhan.

Tidak sampai disitu, Kalea semakin dibuat bingung saat iris mata itu perlahan tertutup rapat juga tangan perlahan turun di sisi celana olahraga nya. Kalea masih lekat menatap setiap inci wajah Gabriel. Tampan. Pahatan yang sempurna. Hidung mancung, alis tebal juga bibir merah membuat Kalea mengerjapkan matanya berulangkali.

Tidak tahu harus berbuat apa, Kalea menyentuh jari tangan Gabriel. Rasanya dingin berbeda saat cowok itu menarik pergelangannya tadi, terasa hangat.

"Lo gak apa-apa?"

Kalea bertanya pelan membuat kelopak mata itu terbuka secara perlahan. Manik mata Gabriel menatap teduh mata Kalea yang bergerak. Seolah mencari sesuatu hal di balik netra hitam Gabriel.

Satu pertanyaan mengalihkan pikiran Gabriel. Dia rindu di khawatirkan. Refleks Gabriel menarik Kalea dalam pelukannya, merengkuh tubuh mungil Kalea begitu erat seakan ia tidak ingin gadis itu pergi jauh darinya.

"Sebentar saja, hanya sebentar," bisik Gabriel disela-sela pelukannya.

Kalea bergidik geli ketika hembusan napas Gabriel menyapu tengkuk lehernya. Ia merasakan kegelian. Ia sama sekali tidak keberatan dengan perlakuan cowok itu, tapi satu hal membuatnya bingung. Kenapa cowok ini mendadak melunak. Ada apa?

Gabriel cukup lama memeluk tubuh Kalea sampai pada akhirnya suara cempreng Ana terdengar jelas, mengangetkan keduanya, disusul Adit, Bobby dan Letta dari belakang.

"Ngapain lo meluk Kalea, anjir! Tau tempat woi!" cecar Adit menatap Gabriel.

Gabriel hanya menolehkan kepalanya dan ia tetap menutup tubuh Kalea dengan badannya yang tinggi. Kalea gemetar karena takut ketahuan. Ia masih menatap wajah Gabriel dari sisi samping saat Gabriel menoleh kepada teman-temannya.

"Kirain lo bawa Kalea ke kantin belakang nyatanya malah mojok disini!" timpal Bobby.

Letta bergerak maju menarik Kalea dari hadapan Gabriel. Letta mengamati Kalea dari atas kepala sampai ujung kaki. Gabriel masih menatap Kalea yang tidak meliriknya lagi.

"Gue rasa gak ada yang perlu di bahas lagi Kak. Kalea jelas udah minta maaf jadi mohon maaf kalau Kalea kita bawa pergi..."

Letta menarik pergelangan tangan Kalea, mereka menjauh dari pandangan Gabriel dan teman-temannya.

"Apa itu pertama kali untuknya?" gumam Gabriel setelah menatap punggung Kalea menjauh dari tempat itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!