Lanjutan kisah dari Cinta Beda Usia, Kisah baru dari Keisha Alvina Putri Pramuja, anak ketiga dari Evano dan Violetta.
Keisha mendapatkan pengkhianatan dari suaminya, Miko setelah mereka menikah selama dua tahun. Alasannya, karena Keisha belum juga memberinya seorang keturunan. Tidak ingin dimadu, Keisha memutuskan untuk menggugat cerai suaminya.
Setelah beberapa bulan berpisah dari Miko, Keisha bertemu kembali dengan sosok laki-laki bernama Arya Wiguna Atmaja. Dia adalah laki-laki yang menyukai Keisha sejak ia masih kecil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon echa wartuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Keisha membawa secangkir teh yang baru saja dibuatnya ke ruang tengah. Ia meletakkannya di meja yang ada di hadapan Arya.
"Ini tehnya," ucap Keisha.
"Terima kasih," ucap Arya.
Keisha menjauh dari dari tempat Arya, ia duduk di sofa singel di samping sofa yang Arya duduki.
"Silahkan diminum. Tubuhmu akan terasa hangat setelah ini," ucap Evano.
"Baik, Om." Arya mengambil teh yang ada di hadapannya, kaku mengatakan ke bibirnya.
Kening Arya berkerut saat pertama kali dia meminum teh hangat yang dibuat oleh Keisha. Ada yang aneh dari teh itu. Arya berpikir mungkin lidahnya yang bermasalah, tetapi setelah berulang kali Arya mencoba teh itu, memang benar rasanya asin, bahkan sangat asin.
"Ini bukan teh, tapi air laut." Arya menggerudel di dalam hatinya.
"Apa wanita ini sedang mengerjaiku?" batin Arya.
Arya memicik ke Keisha. Wanita itu nampak biasa saja.
"Arya," panggil Evano.
"Iya." Arya sedikit terkejut saat suara Evano tiba-tiba masuk ke indera pendengarannya.
"Ehmmmm." Arya berdehem untuk menetralkan rasa terkejutnya.
"Iya, Om." Arya meletakan kembali cangkir teh ke meja.
"Bagaimana rasa teh buatan Keisha? Enak, 'kan?" tanya Evano.
Arya merespon ucapan Evano dengan menganggukkan kepalanya dan memaksakan bibirnya untuk tersenyum.
"Kamu tahu, jika Om sedang merasa tidak enak badan, Keisha selalu membuatkan teh hangat untuk Om dan tidak lama Om merasa lebih baik," ucap Evano.
"Teh buatan Keisha memang yang paling enak," puji Evano.
Kalau yang begini saja enak, yang tidak enak kaya apa?
"Ayo habiskan, tehnya. Kamu pasti akan merasa lebih baik," suruh Evano.
"Hah?" Arya membelalakan matanya. Ia merasa bingung, tidak mungkin dirinya menghabiskan teh rasa air laut itu.
Akan tetapi karena merasa tidak enak pada kedua orang tua Keisha, Arya kembali meminum teh asin buatan Keisha. Sengaja Arya melihat ke arah Keisha berharap rasa teh itu berubah menjadi manis, semanis wajah yang dimiliki oleh Keisha. Namun, itu hanya khayalan Arya saja, pada kenyataannya rasa teh itu masih sama. Rasa asinnya bahkan masih tertinggal di tenggorokannya.
"Sudah merasa lebih baik?" tanya Evano.
"Ya, Om. Aku sudah merasa lebih baik," jawab Arya.
Hacciih!
Akan tetapi nyatanya Arya masih terus saja bersin, bahkan hidungnya nampak sudah memerah. Bahkan kini perutnya bergejolak karena rasa asin dari teh itu.
"Terima kasih untuk tehnya. Sepertinya aku harus pulang." Arya menaruh kembali cangkir teh ke atas meja.
"Hacciih, Hacciih!" Arya kembali bersin, wajahnya terlihat sangat pucat membuat semua orang di rumah itu merasa khawatir.
"Kamu yakin baik-baik saja?" tanya Kenzo
"Ya ... Hacciih!" Arya menggosok hidungnya.
"Tapi wajahmu sangat pucat," ucap Violetta.
"Sepertinya kamu butuh obat," ucap Keisha.
"Tidak ini sudah biasa. Jika aku terkena air hujan pasti aku akan bersin-bersin seperti ini," ucap Arya.
Arya merasa kesal, setiap kali terkena air hujan maka dirinya akan langsung terserang flu.
"Apa? Yang benar saja? Tubuhmu besar, tapi daya tahan tubuhmu lebih lemah dari anak kecil," ledek Keisha.
"Memang apa salahnya. Aku juga tidak ingin seperti ini," ucap Arya.
"Lagi pula aku seperti ini juga salahmu, karena aku mengejarmu," ucap Arya.
Keisha memilih untuk mengakhiri pembicaraan itu, karena ujung-ujungnya akan mengarah pada kejadian waktu di pesta.
"Baiklah, aku minta maaf. Sebaiknya sekarang ganti pakaianmu yang basah itu," suruh Keisha.
"Itu benar Arya," imbuh Evano.
"Kamu ada pakaian ganti? Atau pakai saja pakaianku," tawar Kenzo.
"Tidak usah. Aku langsung pamit saja. Kebetulan apartemenku juga di dekat sini," tolak Arya.
"Kamu yakin?" tanya Keisha.
"Tentu saja, aku ini bukan anak kecil lagi." Arya memberikan sindiran pada Keisha.
"Baiklah, terima kasih karena sudah membawa Keisha pulang," ucap Violetta yang langsung diangguki oleh Evano.
"Sama-sama, Om," ucap Arya.
Arya pamit kepada semua orang, termasuk kepada Keisha. Nampak ada kecanggungan di diri Keisha saat melihat Arya berdiri di hadapannya. Namun, Keisha berusaha menyembunyikan kecanggungan di dalam dirinya.
"Keisha, antar Arya ke depan Nak," suruh Violetta.
"Iy-a, Mah," sahut Keisha.
Keisha mengarahkan pandangannya ke Arya, mengajaknya keluar bersama.
"Ayo, aku akan mengantarmu ke luar" ajak Keisha.
Keisha dan Arya meninggalkan ruang tengah bersama, keduanya berjalan ke teras depan. Langkah mereka terhenti ketika sampai di samping mobil Arya.
"Aku pulang dulu," pamit Arya.
Keisha merespon dengan anggukan kepalanya. "Hati-hati di jalan."
Arya membalas ucapan Keisha dengan senyuman manisnya.
"Jaga dirimu baik-baik. Lupakan orang yang harusnya kamu lupakan. Jangan melihat ke belakang lagi," ucap Arya sebelum berjalan menuju mobilnya.
"Aku akan mengingat itu," ucap Keisha.
"Oh iya, aku lupa." Arya mengurungkan niatnya masuk ke dalam mobil, ia berbalik menghadap Keisha.
"Apa?" tanya Keisha.
"Terima kasih untuk tehnya. Rasanya enak jika yang kamu tambahkan itu gula, bukannya garam," ucap Arya.
Kening Keisha mengerut jelas Keisha merasa bingung dengan apa yang dikatakan oleh Arya. Ia tidak mengerti apa maksud dari ucapan Arya. Keisha ingin bertanya pada Arya, tetapi laki-laki itu sudah lebih dulu masuk ke mobil dan pergi begitu saja.
Keisha memandang ke mobil Arya yang sudah jauh melaju. Ketika mobil itu lenyap dari pandangannya Keisha kembali masuk ke rumah, ia berjalan dan masih memikirkan kata-kata Arya.
"Apa maksudnya? Mungkinkah aku salah memasukkan garam ke teh yang aku buat untuk dia?" batin Arya.
Keisha berjalan lebih cepat menuju ruang tengah. Ia membereskan cangkir teh bekas Arya. Keisha berjalan ke dapur sambil memandangi cangkir teh di tangannya.
"Tehnya enak jika aku memasukan gula, bukan garam?" Keisha masih menirukan kata-kata Arya.
"Seingatku aku memasukan gula, tapi kenapa dia mengatakan hal seperti itu? Tidak mungkin aku memasukan garam" batin Keisha.
Merasa penasaran Keisha mengambil sendok dan mencicipi sedikit teh yang sebelumnya di minum oleh Arya. Baru sendok itu menempel di bibirnya, Keisha kembali menjauhkannya.
"Kenapa tehnya rasanya sangat asin," gumam Keisha.
"Ya, Tuhan!" Tawa yang Keisha tahan akhirnya meledak, membuat Violetta yang melihatnya merasa bingung.
"Keisha, kamu kenapa?" Violetta berjalan mendekat ke Keisha.
"Mamah tahu? Ternyata aku menghidangkan teh asin bukan teh manis pada pria itu," ucap Keisha di sela tawanya.
"Maksud kamu?" Violetta masih merasa bingung dengan ucapan Keisha.
"Tadi sebelum pria itu pulang, dia mengatakan jika teh buatanku enak jika aku memasukan gula bukan garam." Keisha masih belum berhenti tertawa.
"Awalnya aku merasa bingung. Jadi aku mencicipi teh ini. Dan ternyata benar, yang aku masukkan itu garam bukannya gula," jelas Keisha.
"Ya, ampun Keisha. Kamu ini keterlaluan. Bagaimana bisa kamu melakukan ini, Nak." Violetta ikut tertawa mendengar cerita Keisha.
"Aku juga tidak tahu, Mah. Seingatku aku memasukkan gula bukannya garam, ternyata aku keliru. Ini bukan teh, tapi air laut," ucap Keisha di sela tawanya.
"Nakal kamu ya." Violetta memukul pundak Keisha, karena merasa gemas dengan ulah anak bungsunya. Dirinya merasa tidak enak dengan Arya.
"Kalau kamu bertemu dengan Arya lagi, kamu harus minta maaf untuk ini. Kasihan dia, sudah kehujanan gara-gara kamu, sampai bersin-bersin seperti itu, dan sampai sini kamu malah menghidangkan teh asin," ucap Violetta diikuti tawanya.
"Baik, Mah. Aku pasti akan minta maaf untuk ini," ucap Keisha.
"Ini sangat lucu. Aku tidak bisa membayangkan ekspresi wajah dia saat meminum teh ini. Dan aku ingin tahu apa yang dia pikirkan saat papa mengatakan teh buatanku yang paling enak." Tawa Keisha kembali meledak bahkan sampai mengeluarkan air mata.
Violetta yang ada di samping Keisha mengukir senyumnya. Untuk pertama kalinya ia melihat Keisha tertawa lepas setelah apa yang terjadi pada pernikahannya.