Perjalanan (Kereta Hantu - Rumah Horor)

Merinding!! Itu yang ku rasakan setelah mendengar suara anak-anak kecil bermain. Aku kembali ke tempat tidur dan saat ingin memejamkan mata suara anak itu terdengar lagi sedang tertawa.

Tak lama pintu kamar ku diketuk.

Tok... Tok....

Diam dan tidak berani menyaut, itulah yang ku lakukan. Kalau itu mbak Ratna, Mia ataupun Toto. Mereka pasti memanggil nama ku saat mengetuk pintu.

Tok... Tok...

Ketukan pintu lagi. Ingin rasanya ku teriak "siapa". Tapi aku tidak berani hanya bisa diam dan membaca doa.

Penasaran iya dan takut pun iya. Jadi serba salah mau bagaimana menghadapi ketukan pintu itu.

Suasana kembali hening, tidak ada lagi suara-suara aneh. Mau shalat pun aku takut untuk keluar kamar.

Besok aku akan mencoba bilang pada bu Zahra agar lampu rumah ini tidak semuanya dipadam kan jika malam hari. Minimal ada pencahayaan dari lampu di area ini, satu aja yang menyala.

Suara Adzan subuh berkumandang, aku buru-buru keluar kamar untuk membersihkan diri.

"Pagi teh" sapa mbak Mia saat aku keluar dari kamar mandi

"Pagi juga, mbak Mia. Udah pada siap aja nih buat tempur" jawab ku tersenyum

"Iya tempur sama debu-debu, sapu dan kain pel" sahut Ratna

"Kalian nggak shalat dulu?" tanya ku

"Gantian teh, sekarang Ratna duluan yang shalat, nanti setelah Mia selesai nyapu baru deh Mia yang shalat sedangkan Ratna ngepel" jawab Mia

"Aku ke kamar dulu ya" ucap ku

Tadinya aku ingin bertanya, apakah Mia, Ratna dan Toto mendengar suara anak kecil atau ketukan pintu.

Pukul 06.00 seperti kemarin duduk bersama di sofa depan kamar kami.

"Teh, disini kalau ada suara-suara abaikan saja ya jangan dipanggil atau dijawab" ucap Toto

"Suara apa?" tanya ku pura-pura

"Biasanya orang baru suka di minta kenalan ada aja gangguan" jawab Toto

"Contohnya" ucap ku

"Suara anak ngajak main, atau suara anak menangis" jawab Toto

"Hantu disini anak kecil?" tanya ku

"Nggak tau juga ya, tapi disini yang sering mengganggu memang anak kecil. Toto, Mia dan Ratna sudah pernah melihat wujudnya ya anak kecil" jawab Toto

"Setelah melihat apa yang kalian lakukan?" tanya ku

"Kami tidur bersama di ruang depan tuh. Entah kenapa kalau tidur diruang depan hawa nya berbeda dengan area kamar-kamar disini" jawab Toto

"Area kamar kalau menjelang maghrib terasa horor, berada dengan ruang depan yang dijadikan kantor serta ruang tamunya. Disana terasa adem dan nyaman" sahut Ratna membawa sarapan untuk semua

"Kenapa kalian ngga minta izin sama bu Zahra untuk menyalakan satu lampu aja supaya nggak gelap dan horor" ucap ku

"Sudah minta begitu, bu Zahra hanya bilang "siapa suruh dimatikan emangnya ibu nyuruh". Tapi kan yang menyuruh suaminya" jawab Toto

"Nanti malam nyalakan aja, saya yang tanggungjawab apabila kalian di tegur. saya juga mau bilang dulu sama bu Zahra" ucap ku

"Ratna sama Mia tuh sering tahan buang air kecil, karena kita takut untuk keluar kamar yang gelap gulita" sahut Mia

"Jangankan kalian, saya juga takut tadi malam saat mau ke kamar mandi" ucap ku

"Merinding kan, teh" timpal Ratna

"Terasa ada memperhatikan kita disini tuh" sahut Mia

"Sebenarnya sih wajar rumah ini jadi horor, pertama rumah ini sebelumnya kosong selama 10tahun dan ini bangunan jaman belanda dahulu kala. Kemudian di renov sama bu Zahra menjadi kantor walaupun sudah di adakan pengajian setiap sebulan sekali terus juga udah di ruqiyah rumah. Tetap aja akan horor, karena awalnya sudah menjadi tempat tinggal makhluk tak kasat mata selama 10tahun itu" tutur Toto

"Dan satu lagi, bu Zahra merenov rumah ini nggak semuanya. Dibagian ujung sama masih ada ruangan cukup luas dan masih ada kamar kosongnya beserta garasi yang nggak dipakai untuk menyimpan barang-barang bekas" sahut Ratna

"Garasi? Kok garasi disana?" tanya ku bingung

"Rumah ini punya 2 gerbang teh, yang dipakai kita untuk keluar masuk mobil itu sebenarnya gerbang belakang atau gerbang samping nah posisi kantor dan kita duduk saat ini adalah bagian belakang rumah. Sedangkan gerbang satu lagi di pinggi jalan banget tuh disana, gerbang utamanya ya yang dipinggir jalan itu. Entah kenapa bagian sana nggak di renov sama bu Zahra, padahal kamar disana sangat luas dan menyeramkan" jawab Mia

"Saat pertama kami disuruh jaga rumah ini biasa aja, semakin lama kok horor. Pernah kami pesan makanan online, lalu abang ojek bilang ini alamatnya benar ke rumah ini. Toto jawab ya benar lah memangnya kenapa, si tukang ojek malah nanya ini setan apa manusia. Saat tuh makanan tiba Toto nunggu di depan gerbang. Katanya dulu pernah ada yang pesan makanan dikirim ke alamat ini tapi nggak ada orangnya dan kosong." ucap Toto

"Biasa jadi area kamar menjadi horor kasih masih ada kamar yang belum di renov ditambah lampu padam semua" sahut ku

"Bener itu teh, kita pernah beberapa kali membersihkan ruangan sana disuruh bu Zahra. Eh si bapak marah-marah katanya jangan dibersihkan" timpal Mia

"Kenapa nggak boleh dibersihkan?" tanya ku heran

"Entahlah, mungkin si bapak temennya setan kali" jawab Toto tertawa

"Rumah ini kan ada cctv, berarti bapak dan ibu tau kalau kita sering ngomongin apapun disini" ucap ku

"Pasti tau tapi kami udah bodo amat, teh" jawab Ratna santai

"Kaya gimana To, kita menanggapi cctv" tanya Mia tertawa. Toto menghadap cctv dan menunjukan jari tengah ke arah cctv tersebut. Sungguh aku kaget dengan apa yang dilakukan Toto.

"Jangan begitu nanti si bapa marah" ucap ku

"Udah kebal kita sama ocehan dia, cukup masuk kuping kanan keluarin lagi dari kuping kiri" jawab Mia

"Selagi kita nggak mencuri, mereka nggak akan pecat kami. dikampung Toto sudah pada tau bapak dan ibu jadi kalau ada orang suruhan bapa buat cari pekerjaan mereka banyak yang menolak. Bapak itu terkenal bos pelit dan bawel " ucap Toto

"Sama dikampung Ratna dan Mia juga begitu, udah terlalu sering mereka gonta ganti pekerja sampe bosen warga kampung lihat orang suruhannya" sahut Mia

"Karena mereka nggak bisa menjaga aset, ibarat kata pekerja itu adalah aset apalagi yang membantu nya di kantor, mereka harus di sejahterakan hidupnya bukan keset yang seenak nya di injak untuk membersihkan kaki" ucap ku

"Mungkin kalau ibu bisa mensejahterakan karyawan nya selagi suaminya bukan pak Andi, hahaha" jawab Toto

"Kalau suaminya masih pak Andi, nggak akan bisa mensejahterakan kami. Ngasih uang jajan aja diam-diam kaya mau nyolong" timpal Mia