Novel Pertama
Hidup mandiri dalam kesendirian dan diacuhkan oleh keluarga karena berstatus anak haram, membuat Bella memilih menjalani takdirnya sendiri. Mengabaikan cibiran orang-orang, Bella berhasil mencapai puncak tertinggi.
Menghilang selama enam tahun lalu kembali menjadi sosok paling disegani dan dihormati. Lidah tajam dan mulut beracunnya membuat orang-orang hanya berani mencibir dari belakang.
"Terkadang, kepedihan harus dilalui sebelum tercapainya kebahagiaan. Tersenyumlah ketika bersedih, karena akan ada kebahagiaan setelah itu. Berjuanglah keras dalam kesunyian dan biarkan kesuksesan kita menggema ke seluruh dunia."
~ Qiara Arabelle ~
__________
Pria tampan nan arogan serta kekayaan dan kekuasaan berada ditangannya, tidak sengaja dipertemukan oleh gadis berpenampilan sederhana namun berhasil membuat sosoknya yang tak tersentuh mengharapkan cinta dari gadis acuh namun tak biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosee_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16 | Direktur Mon
“HENTIKAN!” Mereka semua membeku saat melihat siapa yang datang.
“Di ... di ... rektur, Mon,” gumam mereka kecil.
Monica Pricilia adalah orang kepercayaan Bella. Dia diangkat menjadi Direktur Pelaksana di QA. Jadi dialah yang mengurus masalah perusahaan, karena Bella tidak ingin berurusan dengan para penjilat. Meski begitu, semua yang menyangkut perusahaan harus tetap mendapat persetujuan Bella.
Mereka semua hanya menunduk, tidak ada yang berani mengangkat kepala. Siapa yang tidak mengenal Direktur Mon. Kepribadian nya yang dingin, tegas, lidah tajam dan jarang tersenyum itu mampu membuat seluruh penghuni QA tidak berkutik.
Sebenarnya semua orang-orang Bella mempunyai Kepribadian yang sama seperti Monica termasuk Ken, Sandra maupun Vivi. Sayangnya, mereka hanya menunjukkan sifat ramah mereka kepada Bella.
Monica yang akan pergi untuk menemui Klien menjadi geram setelah melihat kegaduhan yang terjadi. “Tidak tahu malu! Beginikah cara kalian bertindak!” Mereka masih diam menunduk.
“Cih! Belum diterima saja kalian sudah bertingkah seenaknya! Aku bahkan malu melihat kalian semua sekarang!” Monica berdecih dan tersenyum sinis. Lalu menjatuhkan pandangannya pada Erca.
“Dan Kau ...” Menunjuk Erca. Erca mengeluarkan keringat dingin, dia benar-benar merasa tertekan.
“Apa kau tidak pernah menyekolahkan otakmu dengan benar! Apa kau datang ke kampus hanya untuk memamerkan kekayaan dan status mu saja!” Erca hanya diam.
“Dengar ini baik-baik!”
“Jika kalian ingin diakui di QA, jagalah sikap dan etika kalian! Kalian pasti sudah tidak asing dengan kasus pembullyan yang sering terjadi di sebuah perusahaan bukan? Tapi jangan harap kalian bisa melakukannya disini! Asal kalian tahu, CEO kami paling membenci yang namanya bullying! Dan jika itu terjadi, maka dia sendiri yang akan menendang kalian. MENGERTI!”
“Me ... me ... ngerti Direktur.”
“Bagus! Kuharap kalian menggunakan otak kalian dengar benar.”
Mereka semua bernafas lega saat melihat Monica pergi, termasuk Erca yang menjadi sorotan utamanya. Mereka memang pernah mendengar jika para Asisten CEO itu mengerikan.
Tapi kali ini mereka menghadapinya sendiri. Rasanya jantung mereka ingin melompat keluar. Mereka jadi takut untuk melanjutkan wawancara. Jika Asisten nya saja seperti ini, bagaimana dengan CEO nya?
Sedangkan Renata sudah gemetar sejak tadi. Sofia hanya tetap diam padahal dia sendiri juga takut. Meskipun begitu dia tidak akan menyerah, toh dia hanya membela diri tadi.
...--- o0o ---...
“Perkenalkan ini Putriku, Meira. Kalian pasti sudah tau karena dia seorang Model terkenal.”
“Wah, dia memang pantas menjadi model. Cantik dan berkelas.”
“Pasti banyak yang tergila-gila padanya.”
Clarissa hanya memutar bola matanya jengah, Bella masih lebih baik, pikirnya. Inilah yang paling memuakkan saat berkumpul dengan para sosialita! Tidak jarang mereka memamerkan harta ataupun anak kesayangan mereka agar mendapat pasangan yang sebanding dengan mereka.
“Bagaimana, Mrs. Ramona? Mungkin tuan nuda Marcelio tertarik dengan putri saya.” Meira tersenyum. Siapa yang mau menolak pria terkaya di dunia.
Clarissa tersenyum. “Thanks, Mrs Berlin. Sebenarnya Putraku sudah memiliki tunangan,” katanya bangga. Meskipun belum menjadi tunangan, tapi pasti akan. Sontak mereka semua terkejut. Siapa?
“Jika boleh tahu seperti apa dia? Dari keluarga mana?” katanya meremehkan.
Clarissa mencibir, “Seperti apapun dia, Putraku tidak akan salah dalam memilih.”
“Gadis itu sangat beruntung.”
“Seperti apa dia?”
“Sepertinya, Mrs. Ramona sangat menyayanginya.”
Begitulah yang terdengar. Mrs. Berlin tidak menyerah, dia terus melontarkan pertanyaan yang menjatuhkan. Clarissa hanya menjawab santai dan apa adanya.
Hingga matanya tidak sengaja menangkap sosok yang sedang dibicarakan keluar dari sebuah ruangan, dibelakangnya ada seorang wanita juga yang mengikutinya. Dengan refleks Clarissa berdiri dan melambaikan tangan.
“BELLA!”
-
-
“Ada apa?”
“Para calon karyawan magang membuat kegaduhan.” Vivi memperlihatkan Grup yang berisi dirinya dan antek-antek Bella.
KEN : “Hati-hati! Ada yang sedang mengamuk. Hahaha. Aku curiga dia akan membakar ruangannya sendiri nanti.”
MON : “Diam Kau!”
LIZA : “Hancurkan saja, Mon.”
KEN : “Kalian jahat. Tidak punya perasaan!”
VIVI : “ Huekk. Mulutmu penuh kebusukan, Ken!”
SANDRA : “Pergilah berkumur, Ken!”
MON : “Biar ku panggilkan tukang untuk menggali sumur.”
KEN : “SIALAN KALIAN SEMUA!”
“Dasar Ken bodoh! Dia sudah sering berakhir seperti ini, tapi masih tidak jera juga.” Bella tertawa melihat nasib Ken.
“Soal karyawan magang, biar saja mereka yang mengurusnya,” katanya setelah meredakan tawanya.
“Ayo pergi, aku ingin jalan-jalan.” Bella beranjak keluar diikuti Vivi dibelakangnya.
Hingga teriakan seseorang membuatnya tersentak kaget. “BELLA!!” Dia melihat Clarissa melambaikan tangannya. Lalu mendekat.
Mommy Clarissa ....
Bella agak risih saat dia menjadi pusat perhatian para sosialita yang sedang bersama Clarissa. “Sini sayang.” Dia menepuk kursi disebelahnya.
Bella menoleh kearah Vivi sedikit berbisik. “Kembalilah ke kantor.” Vivi menghembuskan nafas pelan. Gagal sudah acara jalan-jalannya. “Baik, Nona.”
Bella duduk disamping Clarissa. “Ini calon menantuku, Bella.” Bella sedikit terkejut tapi berusaha normal kembali.
Mereka semua terpukau dengan kecantikan dan keanggunan Bella. Bahkan Meira dan ibunya merasa kalah sebelum bermain. Sungguh kecantikan sejati!
...--- o0o ----...
Di tempat lain, seseorang baru saja selesai rapat dengan para investor. Kerja sama penting yang akan dilakukan dengan salah satu perusahaan terbesar di dunia setelah perusahaan terbesar miliknya.
“Ini adalah kerja sama pertama kita dengan QA, Tuan Muda. Dari proposal yang mereka berikan saja sudah terlihat keuntungan yang akan kita dapat tidaklah kecil. Tuan tidak perlu khawatir, QA bekerja dengan sangat kompeten dan bertanggung jawab,” Bean menjelaskan.
“I know. Aku bisa melihat dari cara Direktur nya bertindak.” Alex sangat tahu jika QA bukan perusahaan yang mudah dijatuhkan. Dia juga tahu jika CEO nya bukan orang sembarang. Apalagi perusahaan itu berhasil berdiri di tingkat dunia dalam waktu Enam Tahun saja.
Dia tidak begitu peduli siapapun CEO nya. Selama kerja sama ini menguntungkan, tidak masalah. Meskipun tidak jarang dia mendengar desas desus tentang dirinya dan CEO wanita itu.
Padahal bertemu saja dia tidak pernah. Tidak peduli sehebat dan secantik apa wanita itu! Baginya hanya Bella satu-satunya yang akan menjadi masa depannya.
Ahh, dia jadi merindukan Bella. Dia mengibaskan tanganya meminta Bean untuk keluar. Lalu menghubungi wanita kesayangannya itu.
“Halo.”
“ Halo, Sayang. Sibuk?”
“Tidak.”
“Bean akan menjemputmu. Tunggulah, kita makan siang bersama.” Baru akan menjawab, Alex sudah menutup teleponnya.
Alex tersenyum. Bella pasti sangat kesal sekarang, dia jadi tidak sabar untuk bertemu dan memeluknya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...LIKE...
...FAVORIT...
...COMMENT...
...VOTE...
...RATE...
...Gamsahabnida ❤...