Anak Tengah

Selama perjalanan, semua sibuk dengan pikirannya masing-masing terlebih ini adalah sebuah kejutan yang paling tidak mereka inginkan. Acara hari ini pun sudah dibatalkan oleh kakak dan pihak kerabat dari mamah papah sangat kaget mendengar kabar buruk yang dialami keluarga klara. Sesampainya di rumah sakit mereka berhamburan lari keluar mencari ruang UGD, teman-teman papah yang satu mobil mewakili untuk meminta maaf atas tragedi kecelakaan tersebut.

Isak tangis mamah dan adik mulai terdengar melihat kondisi papah mereka dengan beberapa selang ditubuhnya. Cerita dari temannya bahwa papah terlempar keluar mobil dan masuk ke dalam parit kecil pinggir tol saat kondisi ban mobil pecah. Mirisnya papah ditemukan 30 menit setelah kejadian tersebut karena temannya setelah menyelamatkan diri masing-masing baru menyadari bahwa salah satu temannya tidak ada di tempat. Kalut sudah pikiran klara membayangkan rentetan kejadian tersebut, pantas saja tadi sore ia merasakan tubuhnya lemas seketika entah bisa disebut batin antara ayah dan anak sangat terikat.

"Pah, kuat yah kita lagi urus semuanya biar papah bisa langsung ditindak ke rumah sakit besar dekat rumah kita." ucap klara di sebelah papahnya memandang bingung karena berasa mimpi dengan kejadian hari ini.

"maafin papah yah kak, ra, dik. Terimakasih sudah datang jauh kesini juga buat mamah." ucap tersengal papah berusaha kuat di depan keluarganya.

Dokter berkata bahwa ginjalnya terkena benturan keras saat terjatuh tadi sehingga ada banyak cairan yang harus segera dikeluarkan, goresan kepala yang sudah dijahit lalu diperban sangat menunjukkan itu luka serius yang akan ditindak melalui operasi besar. Mamah pun menandatangani segala resiko dan data untuk suaminya agar cepat dirujuk lalu dioperasi segera karena kondisi papah yang sudah semakin lemah.

Mamah masuk ke dalam mobil ambulan untuk menemani papah di dalam, sedangkan yang lainnya mengikuti perjalanan dengan berbeda kendaraan. Sesampainya di rumah sakit rujukan, papah langsung segera dimasukkan ke ruang operasi dengan tindakan selama 4jam.

"Mah, ayo makan dulu sedikit biar ga ikut sakit jadi nanti kalau papah sadar bisa lihat istrinya yang cantik tetap sehat." bujuk klara karena tidak tega melihat ibunya semakin tak bersemangat menjalani hari. Klara berpamitan pulang lebih dulu karena harus membawa barang papahnya yang dibawa saat kondisi kecelakaan ke rumahnya, sedih sudah pasti karena cinta pertamanya sedang tidak berdaya berjuang untuk hidup.

"Ya allah, aku mohon jangan ambil dahulu papahku. Aku takut, cuma dia yang aku punya ya allah." Akhirnya tangis klara pecah di dalam doanya, sebelum pulang klara menyempatkan untuk mampir mushola karena rasanya sudah tidak kuat membendung rasa sedih yang tidak pernah ia siapkan untuk takdir seperti ini. Baginya memiliki seorang ayah seperti papahnya adalah anugerah terindah, sedari kecil ia sangat dekat jadi untuk kejadian tak terduga seperti ini sungguh sangat menusuk hatinya. Melihat adik dan mamahnya yang juga takut kehilangan adalah beban besar baginya sebagai kakak dan anak perempuan pertama walau posisinya adalah anak tengah dalam silsilah keluarga. Saat ini ia hanya takut apa yang ada dibenaknya menjadi kenyataan, klara merenung dan menangis sendiri tapi tidak di depan keluarganya karena ia ingin terlihat kuat agar papahnya bisa semangat kembali untuk sehat kembali berkumpul bersama keluarganya.