seorang gadis indigo yang bertemu dengan hantu tampan saat ia kecil, hingga ia dewasa hantu itu menemaninya, apakah kisah cinta mereka akan happy ending atau sebaliknya?
yuk langsung cuss baca 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tanzila mutiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesan Kenzi
[Bab sebelumnya]
Beberapa menit kemudian....
Tiba tiba ada seseorang yang membuka pintu ruangan Elena, Elena yang merasa ada yang membuka pintu pun, langsung menoleh ke arah pintu, dan betapa terkejutnya Elena saat melihat orang yang kini sedang berjalan menuju ke arah nya, mata Elena seakan tak bisa berkedip saat melihat orang tersebut.
"ke-ken-kenzi." ucap Elena gelapan saking kaget dan bahagia nya.
[Bab 25]
Elena sangat kaget plus bahagia, saking bahagianya, ia mencabut paksa selang infus dari tangan nya, agar bisa berlari memeluk seseorang yang ia anggap kenzi.
"Kenzi...hiks hiks apa bener ini kamu... jangan tinggalkan aku lagi Ken...hiks hiks," Elena menangis terisak Isak, sambil memeluk tubuh orang yang ada di hadapannya, Elena sangat takut kehilangan kenzi, hingga ia memeluk orang itu sangat erat, sampai orang tersebut kesusahan bernafas.
"To-tolong lepaskan pe-pelukan mu, a-aku ke-susahan berna-fas."ucapnya terbata bata, saking eratnya pelukan Elena.
"Maaf Ken...aku terlalu senang," Jawab Elena sembari melepaskan pelukannya.
"Aku hampir mati di peluk nya, dia benar benar brutal,"batin nya sambil menghirup udara sepuasnya.
Orang itu adalah Marcel Digantara, entah kebutuhan atau memang sudah di takutkan, wajah Marcel semirip itu dengan kenzi. Hingga membuat Elena mengira Marcel itu adalah Kenzi, awalnya Marcel ingin memberi tau Elena bahwa dia bukan kenzi, namun pandangan nya tanpa sengaja tertuju pada tangan Elena.
"Tangan mu...."ucap Marcel terhenti.
"Ini hanya berdarah sedikit." Jawab Elena sambil tersenyum, seakan ia tak peduli dengan darah yang sedari tadi mengalir di tangan nya.
"Enak saja! Aku sudah bersusah Paya melawan takut ku, Demi mendonorkan darah ku pada mu, kamu dengan santai membuang buang darah yang sudah ku donor kan, kamu memang tak memikirkan kondisi mu sendiri."omel Marcel yang kesal melihat Elena yang sepertinya tak perduli melihat tangan nya yang berdarah.
"Donor darah?." Bingung Elena, ia tak paham apa maksud dari ucapan Marcel.
"Sudah jangan banyak omong, kau diam di sini, aku akan memanggil dokter nya,"ucap Marcel, lalu pergi meninggalkan Elena yang sedang bingung memikirkan perkataan Marcel tadi.
"Apa maksud Kenzi? Apa dia mendonorkan darah nya untuk ku? Memang nya mahluk halus bisa donor darah ya?."batin Elena yang memikirkan banyak pertanyaan di otak nya.
...----------------...
Beberapa menit kemudian, dokter pun datang bersama Marcel, lalu mengganti infus Elena, setelah selesai dokter mengganti infus nya, dokter pun berpesan pada Marcel.
"Tolong di jaga baik baik ya, jangan sampai ia melakukan hal semacam tadi." Ucap dokter yang langsung dapat anggukan dari Marcel.
"Dok.."panggil Elena.
"Iya, ada yang bisa saya bantu?," Tanya dokter tersebut, sambil menatap mata Elena.
"Dokter indigo ya?." Tanya Elena yang langsung mendapatkan gelak tawa dari dokter dan Marcel, mereka menganggap Elena sedang bercanda.
"Ih kok kalian ketawa, aku serius ini!."ucap Elena kesal karena di tertawakan, padahal ia tidak sedang bercanda.
"Maaf nona, sepertinya anda terlalu kecapean, beristirahat lah ya, saya permisi dulu." Jawab dokter, lalu pamit pergi dari ruangan Elena.
"Kok dokter nya ngeselin ya, padahal aku tidak sedang bercanda!," Ucap Elena sambil melipat kedua tangan nya menyilang di dada, dan bibinya sedikit monyong.
"Lucu banget nih orang."batin Marcel sambil tersenyum tipis.
"Kok kamu senyum senyum sih, kami juga ngeselin Ken!." Ucap Elena dengan ekspresi ngambek nya.
"Tunggu, sedari tadi kamu memanggil ku Ken, maaf ya, nama ku bukan Ken, jangan sembarang mengganti nama ku." Ucap Marcel tak terima di panggil Ken/Kenzi.
"Memang nya sejak kapan kamu mengganti nama Ken, dari ku kecil nama mu memang Kenzi, lebih lengkapnya Kenzi Fernandes." Elena sangat bingung dengan perubahan Orang yang ia anggap Kenzi.
"Sudah ku bilang nama ku bukan kenzi, nama ku Marcel, Marcel Digantara!."
"Gak!! Kamu gak boleh gitu dong, masa ganti nama gak bilang bilang aku, tiba tiba aja udah ganti nama." Bantah Elena, ia tak terima nama Kenzi di ganti.
"Kamu ini ngeyel banget ya, udah di bilang aku bukan Kenzi!." Marcel semakin kesal melihat Elena yang mengubah nama nya.
"Pokoknya nama kamu Kenzi, titik!!."
Di saat mereka berdebat, Della dan Ariana pun masuk ke ruangan Elena, untuk mengecek kondisi putra dan putri nya.
"Eh eh...kalian kenapa? Kok pada berantem." Tanya Ariana kaget ketika melihat mereka yang beradu Mulut.
"Ha? Ibu juga bisa lihat kenzi?." Kaget Elena saat melihat ibu nya memegang pundak kenzi.
"Kenzi? Siapa yang kamu sebut kenzi El?," Tanya Ariana bingung sembari melihat ke sekeliling kamar.
"Maaf Tante, sedari tadi anak Tante manggil ku Kenzi, padahal sudah ku bilang nama ku bukan Kenzi." Ucap Marcel mengadu pada Ariana.
"Sayang....ini Marcel, orang yang mama bilang tadi, yang donorin darah nya untuk kamu." Ucap Ariana berusaha menjelaskan pada Elena.
"Ti-tidak ma....aku yakin, dia kenzi." Ucap Elena, suara nya gemetar, ia shock berat menerima kenyataan tersebut, hingga akhirnya ia pun....
"El...kamu kenapa nak...bangun nak..,"panik Ariana sambil menggoyangkan tubuh Elena pelan, saat melihat Elena yang tak sadarkan diri.
...----------------...
Saat Elena pingsan, di bawah alam sadar, Elena merasa sedang berada di taman yang indah, bahkan taman tersebut, belum Pernah Elena lihat selama hidup nya.
"Tempat ini indah sekali, bunga bunga nya juga sangat cantik." Ucap Elena sangat kagum melihat tempat tersebut.
"Elena..." Panggil seseorang dari arah belakang punggung Elena.
Elena yang Merasa terpanggil pun, langsung menoleh ke sumber suara. Betapa terkejutnya saat ia melihat seseorang yang sangat ia rindukan.
"Kenzi,"ucap Elena sembari memeluk Kenzi erat.
"Elena....aku merindukanmu." Ucap kenzi sembari membalas pelukan hangat tersebut.
Cukup lama mereka berpelukan, akhirnya mereka pun melepaskan pelukannya, kenzi pun mulai mengajak Elena mengobrol.
"El....aku sangat menyayangimu, aku ingin sekali hidup bersama mu, namun aku sadar alam kita berbeda, kamu juga harus tau itu El... sebesar apa pun rasa cinta kita, jika di ditakdirkan untuk bersama, aku yakin kita akan bertemu kembali dengan jiwa yang berbeda," Ucap Kenzi sambil memegang pipi Elena dan menatap mata Elena dalam.
"Apa maksud mu El?."Elena tak paham apa tujuan Kenzi bicara seperti itu.
"Kamu mencintai ku kan?."tanya Kenzi yang langsung dapat anggukan dari Elena.
"Jika kamu benar benar menyayangi ku, berjanjilah pada ku," ucap Kenzi sambil menunjukkan jari kelingking nya.
"Janji apa Ken?."tanya Elena bingung.
Kenzi pun langsung mengarahkan kelingking Elena pada kelingking nya, Agar mereka bisa melakukan janji kelingking, Elena yang bingung hanya bisa menuruti kemauan Kenzi.
"Berjanjilah pada ku El....kamu harus terus menjalankan hidup mu, dan menjaga kesehatan jiwa mu, dan satu lagi....kamu harus bisa mengikhlaskan kepergian ku," ucap Kenzi sambil perlahan mendekatkan wajahnya pada wajah Elena, hingga hidung mereka pun menempel.
Mereka pun saling bertatap tatapan mata, lalu perlahan lahan Kenzi pun mendekatkan bibirnya dengan bibir Elena, saat sedikit lagi bibir itu bersentuhan, tiba tiba....
continued.....
bisa pegang alat kah