Novel keenam❤️
Tanpa kabar dan berpamitan, Lyra, tiba-tiba ditinggalkan kedua orang tua angkatnya yang membuatnya tak memiliki tempat tinggal dan sepeserpun uang untuk melanjutkan hidupnya di kota besar. Akibatnya ia juga terancam tak bisa melanjutkan kuliahnya yang tinggal beberapa bulan lagi.
Saat pikirannya buntu tak tahu harus bagaimana, sebuah solusi datang kepadanya. Karena tak punya pilihan lain, Lyra terpaksa mengambil jalan pintas itu. Jalan pintas yang mempertemukannya dengan seorang pria kaya raya bernama Zach.
Setelah menghabiskan satu malam yang panas bersama Lyra, Zach seakan tak bisa lepas dari pesona seorang Lyra. Sang konglomerat yang masih memiliki istri dan juga seorang anak perempuan itu pun menjadikan Lyra sebagai wanita rahasianya.
Bagaimana kisahnya? Apakah Zach hanya menjadikan Lyra gadis pemuas untuknya, ataukah pada akhirnya Lyra akan menjadi istri sah dari Zachery Khaled Ivander?
Unofficial Sound Track: Usher-Daddy's Home
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25: Di Pesta
Mobil pun melambat di depan sebuah villa mewah. Lyra begitu gugup melihat para wartawan yang ada di sepanjang jalan masuk menuju pintu masuk villa, tempat di mana acara ulang tahun dari salah satu kolega Zachery diadakan.
Seorang petugas membukakan pintu penumpang belakang dan Zachery pun keluar. Lyra yang duduk di kursi depan pun membuka pintunya. Saat akan melangkahkan kakinya, tangan Zachery mengulur di depannya. Sontak ia tatap tangan itu lalu ke wajah Zachery.
"Ayo," ajak Zachery meminta Lyra menyambut tangannya.
Dengan ragu Lyra pun meraih tangan itu dan mereka mulai berjalan di karpet merah, membelah para wartawan yang terus menerus mengarahkan lensa kameranya kepada mereka. Lyra berusaha untuk tetap membuka matanya, melawan silaunya lampu flash dari kamera-kamera itu.
Lyra tak tahu apa yang Zachery pikirkan sehingga ia membawanya seperti ini. Lyra merasa dirinya bukan sedang diperlakukan seperti sekretaris, tapi justru pasangan Zachery. Yang jelas pria itu sedang membawanya ke kandang para binatang buas. Kedatangan Lyra yang begitu mengundang perhatian, gaun mewah dan mahalnya, seakan menjadi kibaran bendera perang untuk Rachel dan Jihan. Entah apa yang akan terjadi padanya di dalam sana.
"Tuan Zach, tolong lihat kemari," pinta seorang wartawan.
"Tuan Zach, siapa perempuan yang bersama dengan anda ini?" tanya wartawan lain penasaran.
Zachery tak menggubris mereka. Ia pun mendekat ke arah telinga Lyra yang dihiasi anting bertahta berlian yang menjuntai berwarna merah. "Tersenyumlah " perintah Zachery. Mau tak mau Lyra pun mulai tersenyum ke segala arah seraya terus berjalan dengan tangannya yang melingkar di lengan Zachery.
Akhirnya Lyra tiba di tempat acara dilangsungkan, di taman belakang villa itu. Lyra segera melepaskan tangannya saat melihat Rosalie dan Rachel menghampiri mereka. Lyra pun membungkuk hormat pada Rosalie, sedangkan anak sambung Zachery itu melemparkan tatapan sinis pada Lyra. Lyra hanya menatapnya dingin sekilas dan tidak mempedulikannya.
Rosalie tersenyum bahagia ke arah sang suami. "Kamu sudah tiba, Sayang." Dikecupnya pipi Zachery dan menautkan tangannya di lengan Zachery. Lyra cukup tercengang dengan sikap mesra Rosalie terhadap Zachery, namun kemudian Lyra tahu sikap mesra Rosalie itu karena mereka sedang berada di tempat umum. Beberapa pasang mata bahkan terus menatap ke arah mereka.
Saat akan berjalan, Rosalie menatap Lyra dengan wajah yang masih dihiasi senyum palsu. "Kenapa dia berpakaian seperti itu?" tanyanya dengan wajah yang masih tersenyum, juga dengan suara pelan tapi cukup untuk terdengar oleh Lyra.
Zachery tak menggubris pertanyaan Rosalie, dan mulai berjalan menuju sebuah meja paling depan yang diisi oleh beberapa orang pria dan wanita yang sudah berumur. Lyra pun mengekor mereka, bersama dengan Rachel.
"Ayah," sapa Zachery pada seorang pria dengan rambut putih dan wajah keriput, namun masih nampak segar dan bugar.
"Ah, kamu sudah datang, Nak?" sapa pria yang adalah Khaled Thomas Ivander, ayah dari Zachery. Pria itu pun memeluk sekilas sang putra.
"Pah," sapa Zachery pada pria tua lain di meja itu yang lebih gemuk, yang adalah ayah mertuanya, Wishnu Yogaswara.
"Zach." Pria itu pun memeluk Zach sekilas.
Kemudian Zachery mendatangi seorang pria yang lebih tua lagi yang duduk di sebuah kursi roda, yaitu pria yang mengundang semua orang malam itu untuk merayakan ulang tahunnya yang sudah menginjak angka delapan puluh tiga tahun, Emran Hartono, salah satu orang terkaya di negara ini.
"Pak Emran, selamat ulang tahun," sapa Zachery menggenggam tangan keriput pria itu.
"Senang sekali aku bertemu dengan pria hebat ini," ujarnya dengan tawa renyah khas orang tua.
"Belum sehebat anda, Pak," sahut Zachery. "Saya sudah menitipkan sedikit hadiah kecil untuk anda kepada sekretaris anda. Semoga anda menyukainya."
"Seharusnya kamu tidak perlu memberikan apapun pada pria tua yang tinggal menunggu ajal ini," canda Emran.
"Anda akan panjang umur, Pak," hibur Khaled.
"Sudahlah, tak perlu menghiburku. Bahkan hari ini hal itu akan aku umumkan pada acara ini," ujar Emran.
Semua orang di sana saling menatap, antara tegang dan juga bersemangat. Mungkin hanya Lyra yang bungkam dan tak paham dengan ekspresi mereka semua.
Tak lama Andri dan sang istri, juga putra dan putri mereka yang adalah Jihan, terlihat menghampiri pria tua bernama Emran itu. Seperti Rachel, Jihan juga menatap tak suka pada Lyra. Mungkin jika tak ada para orang tua ini, Jihan mau pun Rachel sudah akan melabrak Lyra saat itu juga.
Para petinggi perusahaan besar itu pun duduk di kursi masing-masing, tanda acara akan segera dimulai. Lyra sendiri duduk di meja tak jauh dari meja Zachery, bersama para sekretaris lainnya.
Acara pun dimulai. Diawali dengan pembukaan, sambutan-sambutan dari Emran sendiri, dan juga Zachery. Lyra tak tahu mereka sedekat itu, bahkan saat acara puncak yaitu tiup lilin, Emran ditemani oleh Zachery. Mereka tidak berdua saja, tapi ada seorang pria lain yang seumur dengan Zachery.
Namun semua orang akan tahu bahwa pria yang genap berusia delapan puluh tiga tahun itu, lebih dekat pada Zachery daripada pria yang alih-alih menggunakan tuxedo, ia justru menggunakan blazer semi formal yang dipadukan dengan celana jeans dan sepatu kets.
Akhirnya Lyra tahu dari obrolan para sekretaris yang satu meja dengannya, bahwa pria itu bernama Jason Hartono, cucu dari Emran Hartono. Saat mengetahui itu, Lyra sontak menatap ke arah pria tampan yang berpakaian sedikit 'berbeda' itu. Jika pria itu adalah cucu dari Emran, mengapa Emran terlihat lebih dekat dengan Zachery?
Jamuan makan malam dan ramah tamah pun dimulai. Berbagai hidangan mewah segera disajikan oleh para pelayan ke meja-meja, dimulai dari meja para petinggi itu. Mereka terlihat bercengkrama dan saling bersenda gurau seraya menyantap makanannya. Zachery sendiri sesekali menatap ke arah Lyra, memastikan wanita itu tetap berada dalam jangkauan pandangannya.
Emran menyentuh pundak Zachery yang duduk di sebelah kirinya dan memintanya mendekat. "Siapa perempuan itu?" tanya Emran.
"Siapa yang Bapak maksudkan?" tanya Zachery berpura-pura tak paham.
"Kamu terus melirik ke arah sekretarismu. Apa ada sesuatu di antara kalian?"
Zachery tertawa. "Tentu tidak, Pak. Saya tidak melihat ke arahnya."
"Kamu tidak perlu membohongiku. Aku tahu kamu menyukainya. Tunggu saat aku mengumumkannya, maka kesempatanmu untuk menceraikan Rosalie akan terbuka lebar," pungkasnya.
Zachery tak sempat menimpali karena Emran diajak mengobrol oleh Khaled yang duduk di samping kanannya.
Zachery semakin berdebar. Apa Emran akan melakukan apa yang ia perkirakan? Namun Zachery tak ingin memikirkannya lebih jauh dan tak ingin menyimpulkan lebih awal. Lalu tatapan Zachery kembali ke meja sekretaris itu, namun ia tak menemukan Lyra di mana pun. Ia bertanya-tanya, ke mana perempuan itu?
Di sisi lain, Lyra sedang melipir ke samping. Ia sungguh tak berselera makan. Para sekretaris yang lain bersikap tak ramah kepadanya. Lyra sempat mendengar mereka mengomentari Lyra karena pakaiannya. Lyra adalah orang baru tapi sudah bertingkah, begitu katanya. Hal itu cukup membuat Lyra kesal, sehingga ia pun memutuskan untuk pergi ke taman samping untuk mencari udara segar.
"Di sini kau rupanya." Lyra menoleh dan melihat Rachel menghampirinya.
"Kenapa? Kamu mencariku?" tanya Lyra dengan sinis.
"Percaya diri sekali kau?" Rachel begitu tersinggung. "Aku tak tahu jika kau begitu tidak tahu malu sampai berani tampil dengan baju seperti itu, padahal kau hanyalah sekretaris. Kau tak lihat sekretaris yang lain berpenampilan sederhana, tapi kau? Kau berpenampilan seperti ini agar bisa mendapatkan satu pria yang akan kau panggil 'daddy', bukan?"
Lyra tertawa miris. Ingin sekali ia mengatakan bahwa Lyra tak perlu mencari laki-laki kaya raya untuk ia panggil 'daddy', karena ayah Rachel sendirilah yang kini menjadi 'daddy'nya. Tapi tentu saja Lyra menutupinya. Ia lebih memilih untuk bersikap elegan. "Katakan jika kau iri, Rachel."
terima kasih thor..