NovelToon NovelToon
Ibuku Adalah Surgaku

Ibuku Adalah Surgaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin
Popularitas:565
Nilai: 5
Nama Author: Rosida0161

Bagi seorang ibu selama khayat di kandung badan kasih sayang pada anak tak akan hilang. Nyawa pun taruhannya, namu demi keselamatan sang anak Suryani menahan rindu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengenang Masa Kecil

Suryani malam ini tampak sangat bahagia karena sudah mendengar cerita dari sipir penjara. Adinya sudah dewasa dan foto tampan anaknya ada dalam pelukannya. 

Masalah Adi jadi pelaut ya pasrahkan pada Yang Kuasa. Baginya yang penting Adi sehat hingga sampai hari ini.

Bahagia bukan berarti tidak sedih. Tetap hatinya sedih karena tak bisa bertemu anak tercintanya. Sedih campur bahagia, begitulah yang dialaminya saat ini.

Begitu pun dengan Adi yang sudah bisa mengatasi kesulitan dalam masa lalu saat pelariannya, berada dalam dua perasaan. Perasaan hati yang bahagia karena akan menikah dengan kekasihnya. Namun juga sedih pernikahannya tak disaksikan ibunya.

"Ibu maafkan saya ..." Gumam lelaki yang tak pernah lupa kisah mencekam dirinya saat harus berjalan meninggalkan ibunya dulu.

Dua puluh tahun lalu. Peristiwa yang hampir saja menewaskannya.

Setelah berjalan cukup jauh dari rumah majikan ibunya, Adi kecil dulu merasa lelah. Maka ia duduk di tepi di jalan. 

Perasaannya masih sedih dan tak bisa menjalani hidup tanpa ibu tercintanya. Air matanya mengalir.

"Laki laki tak boleh cengeng harus kuat dan tak boleh menangis," ingat pesan ibunya segera punggung tangannya digosokkan pada kedua matanya.

"Ya Ibu Adi tak akan cengeng. Adi harus kuat," seru hatinya, namun tak urung rintihan sedihnya tak bisa ia tahan juga, "Ibu ...uh ...uh...' isaknya tertahan.

Setelah beberapa menit duduk mengaso, maka Adi berdiri dan mulai berjalan lagi. Bingung entah mau kemana.

Saat itulah ia melihat sekelompok anak anak sebaya dirinya duduk termangu.

"Hai boleh aku duduk di sini?" Adi menyapa mereka.

"Boleh- boleh, " sambut mereka bersamaan.

Adi duduk sambil masih tak melepaskan tas di punggungnya. Ia masih ingat ucapan ibunya harus menjaga tasnya, karena di dalamnya ada uang simpanan ibunya untuk keperluan beli makanan dan baju.

"Hai kalian kok diam saja?" Adi merasa heran anak anak itu tampak tak bersemangat 

"Aku lapar,"

*Aku haus," sahut yang lainnya.

"Kalian lapar  dan haus?" Adi tampak perhatian.

Mereka mengangguk lesu.

"Aku ada makanan," sambil berucap Adi menurunkan tas dari punggungnya.

Anak anak jalanan yang memang sedang lapar dan menahan haus itu, segera merubung Adi demi mendengar teman barunya punya makanan.

Tapi saat sudah mengeluarkan box bekal makanan yang diberi ibunya, Adi terdiam memandang muka-muka kecil penuh harap itu.

"Katanya ada makanan?" Tanya salah satu anak dengan tatap penuh harap pada Adi.

"Ya Endi, mana?" Sambung yang lainnya.

"Ya mana?" 

"Mana?"

Adi kebingungan. Mana mungkin makanan sedikit akan dibagi pada lima anak yang menatap box di tangannya penuh harap itu.

'Aku hanya punya nasi sama lauk satu box kecil ini, ya pasti tidak cukup untuk kalian semua," ujar Adi membuat anak anak itu tampak kecewa dan saling tatap."Tapi begini saja, kalian aku kasih uang untuk beli nasi,"

"Kamu punya uang?" Sambut salah satu anak yang sangat mengharapkan perutnya terisi itu.

'Apa kamu punya uang," seru yang lain.

"Ya aku lapar dari tadi belum makan,"

"Ya, aku mengemis dapat sedikit jadi nggak dikasih makan sama Kang Jarot,"

"Ya, aku juga hanya dapat uang sedikit, jadinya tidak dapat upah, deh,"

"Lho memangnya kalian ini mengemis semua?" Adi menatap mereka satu persatu.

"Ya," angguk mereka serempak.

"Kok ngemis, sih?" Adi merasa kasihan pada mereka.

"Ya kalau nggak ngemis nggak dapat makan dari Kang Jarot,"

'Kang Jarot siapa?"

'Orang yang menampung kita semua ini,"

"Oh," sebenarnya Adi tak begitu mengerti tentang cerita mereka. Tapi ia tak mau banyak bertanya dulu, soalnya kasihan melihat tampang mereka yang sedang kelaparan."Ya sudah aku kasih kalian yang untuk beli makanan satu bungkus satu orang, " segera Adi mengambil uang pemberian ibunya.

Anak anak itu melebar matanya saat melihat Adi memegang dompet uang.

"Uangmu akeh," seru salah satu anak anak itu.

"Ya uangnya banyak kamu dapat darimana?" Tanya yang lainnya dengan tatap kagum.

"Dari ibuku, yo  wis kalian beli makanan seorang sebungkus, ya, nih,"

Beberapa tangan akan merebut uang seratus ribu rupiah dari tangan Adi.

"Jangan berebut." Seru Adi menggenggam kembali uangnya.

Anak anak itu saling tatap lalu mengangguk.

Adi memberikan seratus ribu pada salah satu anak anak itu.. Mereka meninggalkan Adii untuk  membeli masing masing sebungkus nasi.

Dari kejauhan  tanpa setahu mereka seorang lelaki memperhatikan itu  dengan anggukan kepalanya. Dialah yang dimaksud Kang Jarot.

Tak lama mereka kembali dan masing masing memegang  sebungkus nasi. Lalu duduk kembali di sekitar Adi 

"Terima kasih, ya, kawan, " seru salah seorang dari anak anak itu.

Adi mengangguk, "Aku Adi," 

"Aku Firman,"

"Aku Idan,"

"Aku Rivai,"

"Gani,"

"Aku Feri, " seru seorang anak yang badannya paling kecil diantara mereka.

Adi tersenyum, "Yuk kita makan sama sama," ajaknya sambil membuka box nasi pemberian ibunya.

Anak anak makan dengan lahapnya. Tapi beda dengan Adi.. ia makan tanpa selera, karena masih memikirkan ibunya.

"Ibu," serunya tanpa suara. Hampir menangis. Air matanya sudah mengambang di sudut matanya. Segera Adi menyeka dengan punggung tangannya. Sedangkan  Firman dan teman temannya makan dengan lahap, hingga mereka tak menyadari jika Adi hampir saja menangis.

Mereka pun menyelesaikan makannya. Saat itulah Jarot mendekat.

Serempak anak anak menunjukkan rasa ketakutan.

"Kalian lagi makan, ya, nggak apa-apa kalau lapar ya harus makan," sikap Jarot begitu bersahabat.

Firman saling pandang dengan keempat kawan kawannya.

"Ya Kang Jarot tapi diberi uang sana Adi," segera Idam memberitahu takut dikira diam diam punya uang tapi tak disetor.

"Hai Adi," sapa Jarot dengan keramahan yang dibuat buat.

"Hai," balas Adi takut-takut.

"Tak usah takut santai sajalah, " ujar Jarot, sementara Firman dan kawan kawan tampak cemas kalau-kalau Jarot bertindak kasar pada Adi yang telah memberi mereka makan .

Adi mengangguk masih dengan muka cemas.

"Perkenalkan aku Jarot yang mengasuh anak anak ini, terima kasih, ya kamu sudah memberi uang untuk mereka beli nasi,"

"Ya," angguk Adi masih menunjukkan kekhawatiran.

"Namamu sopo Cah Bagus?" Jarot mulai merayu.

"Adi,"

"Adi," gumam Jarot 

"Ya," angguk Adi.

"Ngomong ngomong aku kok Ndak dibagi uang juga?" Jarot menadakan tangannya pada Adi.

Adi menatap Firman dan kawan kawannya. Mereka semua menunjukkan muka cemas. Dan Idam memberi kode dengan anggukan kecil kepalanya pada Adi.

Maka segera Adi mengambilkan uang dua lembar ratusan ribu di dompet ibunya, lalu diberikan pada Jarot 

"Oh baik sekali kamu terima kasih, ya,"  Jarot langsung mengambil uang dari tangan Adi. Lalu menepuk pundak Adi, "Nah bersenang senanglah bersama mereka," lanjutnya menoleh pada Firman dan kawan kawannya.

Setelah Jarot menjauh.

"Adi kamu sebaiknya cepat pergi dari sini, Kang Jarot bisa merampas uangmu," ujar Firman.

"Ya benar," angguk Idam.

"Cepat, Di, aku kasihan sama kamu karena sudah baik pada kami," sambung Rivai.

"Kalian gimana?" Adi menatap Firman dan kawan kawannya.

"Kalau aku dan teman teman di sini sudah Ndak bisa pergi karena sudah ditampung Kang Jarot," ujar Gani memberitahu Adi.

"Ya," angguk Feri yang dari tadi diam saja.

"Tapi aku Ndak punya tempat tinggal aku ..."

"Tapi kamu cari tempat lain saja nanti kamu bisa ditangkap Kang Jarot juga seperti aku dan teman teman!" Idam merasa kasihan jika nasib Adi sama dengan dirinya.

Adi menatap berat dan kasihan pada teman teman barunya.

"Cepat kamu pergi, Di," desak Gani.

"Ya sebelum Kang Jarot balik!" Ujar Firman,"Terima kasih sudah membelikan kami makan dan ini kembalinya aku lupa," 

Tapi Adi menolak kembalian pembelian nasi yang disodorkan Firman, 'Untuk beli jajanan kalian saja,'

"Kamu baik sekali terima kasih, Di,"

"Sama sama,"

"Di itu Kang Jarot cepat pergi!" Idam melihat Jarot keluar dari warung. Dan semua mata tertuju pada sosok jangkung kurus yang baru keluar dari warung.

Bersambung

Akankah Adi tertangkap?

1
Marifatul Marifatul
🤔🤔🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!