Wanita Rahasia Daddy Zach
"Skripsi kamu tidak ada, kamu masih bisa berkata bahwa saya berbohong?" Hardik Dosen itu.
"Tapi saya benar-benar sudah mengumpulkan skripsi saya, Pak. Kenapa bapak tak menghubungi saya kalau bab dua yang sudah saya kumpulkan hilang? Belum lagi Bapak juga selalu dinas ke luar negeri. Sudah dua bulan saya menunggu kapan saya bisa bimbingan, bayangkan Pak! Kalau begini caranya saya jadi tidak bisa sidang di akhir semester ini!"
Lyra benar-benar tak mengerti bagaimana bisa jerih payahnya yang ia kerjakan selama dua minggu dengan tidur hanya beberapa jam bisa hilang tanpa jejak. Ia juga tidak peduli jika sekarang ia dinilai tidak sopan karena berbicara dengan suara keras dan nada tinggi kepada seorang dosen.
"Tidak perlu berlebihan. Kamu bisa menge-print-nya lagi, 'kan? Atau kamu kirim saja via email. Serahkan pada saya besok." Pria paruh baya itu pun pergi meninggalkan Lyra yang masih emosi.
Memang, skripsi itu bisa di-print ulang, tapi masalahnya Lyra sudah pasti kehilangan kesempatan untuk sidang di akhir semester ini. Dengan kata lain, ia akan terlambat untuk lulus. Padahal ia sangat ingin segera lulus, mencari pekerjaan, dan angkat kaki dari rumah orang tua angkatnya.
Juga, tugas, makalah, buku, bahkan kini skripsinya hilang, adalah bukan yang pertama kali. Ini sudah yang keberapa kali? Sampai kapan hal seperti ini terjadi lagi dan lagi pada Lyra?
Tiba-tiba sudut mata Lyra menangkap sosok perempuan berwajah kebarat-baratan dan berambut coklat dengan fashion item yang melekat dari ujung kaki ke ujung kepalanya. Emosi Lyra seketika meluap. Dengan tergesa ia menghampiri perempuan tinggi semampai itu.
"Rachel!" teriak Lyra membuat perempuan itu menoleh ke arah Lyra.
"Ini ulahmu lagi 'kan?!" Rasanya Lyra ingin mencengkram blazer yang digunakannya dan menariknya. Akan lebih memuaskan jika ia bisa menjambak rambut berkilau yang terawat itu dan mencabutnya beberapa helai. Namun kedua kacung setianya segera menghadang Lyra.
"Kembalikan skripsiku!" teriak Lyra lagi.
Rachel malah tertawa puas melihat wajah penuh amarah Lyra. "Kalau aku tidak mau, bagaimana?"
"Kau punya masalah apa denganku?! Kenapa kau selalu menggangguku?!" Teriak Lyra sudah tak bisa menahan emosinya lagi.
Kemudian sekuat tenaga Rachel mendorong tubuh Lyra hingga tubuhnya terjerembab ke lantai. "Aku tak perlu alasan untuk mengganggumu. Kalau aku tak suka, maka aku akan menganggumu. Suruh siapa kau kuliah di kampusku ini!"
"Maka dari itu aku ingin cepat lulus dari sini! Agar kau tak perlu melihatku lagi! Tapi karenamu, aku jadi tak bisa sidang akhir semester ini! aku jadi harus mengontrak satu semester lagi untuk menyelesaikan skripsiku!"
Rachel terbahak mendengar kata-kata Lyra. Dijambaknya rambut hitam dan panjang milik Lyra, membuat Lyra mengaduh kesakitan. "akmu akan keluar dari sini, tapi bukan dengan cara lulus! Aku akan pastikan kau di drop out dari sini!"
...***...
Lyra sampai di rumahnya. Namun saat tiba di depan gerbang, ada beberapa orang yang sudah berkumpul di halaman rumahnya.
"Ada apa ini ya, Pak?" Tanya Lyra bingung pada Pak RT yang juga ada di sana.
"Loh, Mbak Lyra masih ada di sini? Kamu tidak ikut Pak Toni dan Bu Sarah pindah ke Amerika?"
Sontak Lyra berdiri mematung.
"Amerika...?" Lirihnya.
Pak RT pun terkejut melihat Lyra yang kebingungan. "Tapi ini rumahnya sudah dijual, Mbak. Ini orang yang baru beli rumahnya sudah mulai memindahkan barang-barangnya."
"Terus saya bagaimana, Pak? Saya tinggal di mana?!"
Akhirnya Lyra kini ada di sebuah halte. Ia membawa beberapa barang pentingnya ke dalam sebuah koper. Ia menangis dalam diam di halte itu.
Sungguh hari yang sangat sial! Umpatnya dalam hati.
Ia begitu membenci kedua orang tua angkatnya. Lyra tahu mereka sangat kejam, tapi ia tak pernah menyangka mereka akan sekejam ini dan pergi tanpa pamit, tanpa kabar, dan membiarkan Lyra tak punya tempat tinggal dan sepeserpun uang.
Lyra teringat ketika ia akan masuk SMP, ia diadopsi oleh sepasang suami istri. Lyra bahagia sekali, akhirnya setelah sedari bayi ia menghabiskan waktu di panti asuhan dan melihat satu persatu anak diadopsi, kini tiba juga gilirannya. Hingga dibawalah Lyra dari panti di sebuah desa kecil, ke kota besar seperti ini.
Awalnya mereka begitu baik pada Lyra, tapi lama kelamaan sikap mereka berubah. Mereka mengadopsi Lyra ternyata hanya untuk mereka jadikan pembantu. Lyra sempat melaporkan mereka kepada pihak panti dan Lyra yang asalnya tidak akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, akhirnya dimasukkan ke sebuah kampus ternama oleh Toni dan Sarah, demi menutupi kebusukan mereka. Karena jika mereka ketahuan selama ini menelantarkan Lyra dan menjadikannya pembantu, mereka bisa dilaporkan ke pihak yang berwajib.
Namun seakan belum cukup sikap buruk mereka selama ini terhadap Lyra, kini mereka membuat Lyra kehilangan segalanya. Bahkan tempat bernaung pun tak ada. Biaya kuliah semester depan yang seharusnya tak perlu Lyra bayar karena seharusnya ia bisa menyelesaikan skripsinya di semester sekarang pun tak Lyra miliki.
Ia marah. Kenapa hidup begitu tidak adil padanya?
Lyra terlahir tanpa mengetahui siapa orang tuanya. Ia selalu mencoba untuk hidup mandiri dan tak menyusahkan siapapun, tapi takdir selalu tak berpihak padanya. Orang tua angkatnya yang kejam terhadapnya, juga perempuan bernama Rachel yang selalu mengganggunya, selalu sukses membuat Lyra merasa seakan menjadi orang yang paling dianaktirikan di dunia ini.
Mimpinya hanya satu, ia ingin lulus dan mendapatkan pekerjaan yang bergaji besar. Ia ingin memperbaiki kehidupannya. Ia akan meninggalkan orang tua angkatnya setelah lulus. Namun bukan dia yang meninggalkan, malah ia yang ditinggalkan sebelum mimpi itu berhasil dicapainya.
Malam pun semakin larut. Namun Lyra masih belum mengetahui akan kemana, hingga saat hampir tengah malam, ia masih berada di halte itu. Ia tak tahu harus kemana, karena teman pun ia tak punya. Tak ada yang mau berteman dengannya karena jika ada yang mendekatinya, Rachel akan mengganggunya juga.
"Hey, kamu kabur dari rumah?" Tiba-tiba seorang perempuan mengajak Lyra berbicara.
Lyra menoleh dan melihat seorang perempuan dengan riasan tebal dan pakaian yang cukup terbuka duduk di sampingnya.
"Sepertinya kamu sedang butuh uang?" tebaknya.
"Kenapa Tante tahu?" tanya Lyra keheranan sembari menyeka air matanya.
"Aku tahu dari penampilanmu," sahut perempuan itu.
Lyra tak menjawab lagi. Ia sudah tak punya tenaga, ia sangat mengantuk dan lapar sekali.
"Ikut saya," ajaknya.
Lyra hanya terdiam tak mengerti. "Saya akan traktir kamu makan," tambahnya.
Mendengar kata makan membuat Lyra tak bisa menolak. Akhirnya kini ia ada di sebuah tenda nasi goreng. Ia melahap nasi goreng itu dengan lahapnya hingga tak bersisa satu butir nasi pun dalam waktu singkat.
"Terima kasih, Tante," ucap Lyra setelah ia meneguk segelas air putih.
"Ini bantuan pertama saya. Saya akan menawarkan kamu satu bantuan lagi."
"Bantuan apa lagi?" tanya Lyra dengan perasaan yang berbinar.
Tidak seperti penampilannya yang mengundang pandangan negatif, ternyata orang ini sungguh baik, pikir Lyra dalam hati.
"Pekerjaan. Kamu pasti butuh uang dalam jumlah banyak dengan segera, 'kan?"
"Iya, Tante, Saya butuh sekali pekerjaan. Saya butuh tempat tinggal. Saya juga tak punya uang. Tolong bantu saya, Tante!"
Lyra tidak peduli lagi siapa orang ini, yang ia tahu perempuan ini seperti ibu peri yang akan menolongnya melewati situasi sulit ini.
"Okay, saya akan beri kamu pekerjaan. Tapi saya ingin tahu dulu, apa kamu masih perawan?"
Sontak Lyra yang begitu bersemangat, berubah lesu. Sepertinya ia bisa menebak pekerjaan apa yang dimaksud perempuan ini.
...----------------...
Visual Lyra Faranisa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Mega Wati
kurang ckep visualnya
2024-09-03
0
Diana Puji Astuti
mampir Thor...novel ke 2 stlh om rey
2024-06-21
1
Femmy Femmy
kok ada ya manusia yang mempunyai hati dan kelakuan seperti Iblis🤦😠
2024-06-21
1