NovelToon NovelToon
Hati Yang Terlepas Dari Belenggu

Hati Yang Terlepas Dari Belenggu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:23.9k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Mengetahui kebenaran identitasnya sebagai anak angkat, tak membuat perempuan berumur 18 tahun itu bergeming. Bahkan kematian ibu angkat dan ayah angkat yang mengusirnya dari rumah, tidak membuatnya membenci mereka. Arumi Maharani, gadis lulusan SMA yang dibesarkan di keluarga patriaki itu memilih mencari jati dirinya. “Aku tunanganmu. Maafkan aku yang tidak mengenalimu lebih awal.” Izqian Aksa. Siapa Izkian Aksa? Bagaimana Arumi menjalani kehidupan selanjutnya? Dan akankah pencariannya mendapatkan hasil? Haloo semuanya… ketemu lagi dengan author.. semoga semua pembaca suka dengan karya baru author…

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Anak Angkat

Sejak bangun dari tidur, Arumi sudah bergerak kesana-kemari melakukan pekerjaan rumah. Sekitar pukul 8 pagi, ia sudah menyelesaikan semuanya termasuk membuat sarapan.

Belum sempat sarapan, Nenek Ifah sudah menyuruhnya membeli jamu di pinggir jalan. Segera Arumi berangkat membelikan apa yang diminta Nenek Ifah.

“Tidak sekolah, Mbak Arumi?” tanya penjual jamu yang sudah hafal dengan Arumi.

“Tidak, Mbak. Sudah bebas, tinggal menunggu ijazah saja.” jawab Arumi.

“Mau lanjut ke mana?”

“Belum tahu, Mbak.”

“Itu Ibu tirinya Mbak Arumi katanya anaknya sekolah di Kota Lumpia. Mbak Arumi tidak sekalian?”

“Tidak, Mbak.”

“Jelas saja tidak! Anak istri kedua lebih disayang daripada anak istri pertama!” sela Bu Parti yang baru datang.

“Jangan begitu, Bu! Kasihan Mbak Aruminya.”

“Ini sudah bukan rahasia umum lagi! Kamu jangan sakit hati mendengarnya, Rum! Orang-orang sudah mulai gosipin ibu tiri dan abimu sejak 40 harinya umimu. Pusara masih basah, sudah bawa istri kedua ke rumah. Dan yang mengejutkan istri kedua yang sudah dinikahi bertahun-tahun. Anaknya saja seumuran Arumi. Apa tidak keterlaluan abimu itu?” Arumi tidak tahu harus bereaksi bagaimana, sehingga ia hanya tersenyum simpul.

Bu Parti adalah teman satu majelis uminya yang terkenal dengan kata-kata yang ceplas-ceplos. Meski begitu, beliau tidak ada niat jahat. Hanya saja perkataannya yang terkadang menyakiti karena saking jujurnya sampai terasa menusuk.

“Kamu tidak disiksa ibu tirimu kan, Rum?” tanya beliau lagi.

“Tidak, Bu.”

“Tapi kenapa masih kamu yang mengerjakan semuanya di rumah? Apa ibu tiri dan anaknya tidak pernah membantu?”

“Arumi hanya melakukan pekerjaan seperti biasa, Bu.”

“Nasibmu, Rum! Coba saja umimu tidak diberi sakit, mungkin kamu bisa menggapai masa depanmu tanpa khawatir.”

Jamu milik Nenek Ifah telah selesai di racik, sehingga Arumi segera berpamitan agar tidak mendengarkan kata-kata Bu Parti lagi. Meskipun Arumi telah pergi, ia menebak jika gunjingan yang di lontarkan Bu Parti belum selesai karena beberapa ibu-ibu ikut bergabung.

Apa yang dikatakan Bu Parti tidak salah. Memang nasibnya, tapi ia bisa apa? Protes juga tidak bisa, hanya bisa menjalaninya dengan Ikhlas.

Saat Arumi sampai di rumah sang Nenek, di dalam rumah sudah ada Abi Aji yang sedang berbincang dengan beliau. Arumi ingin mengetuk pintu, tetapi Ketika mendengar namanya disebut ia menghentikan tangannya dan memilih untuk mendengarkan percakapan nenek dan abinya.

“Menurut ibu, aku harus bagaimana?”

“Terserah kamu. Dari awal kalian mengambil Arumi aku menyerahkan semua keputusan kepadamu.”

“Aku bingung, Bu. Jika aku meminta pergi dari rumah ini, dia harus ke mana?”

“Kamu tidak tahu Alamat orang tua kandungnya?” Arumi yang mendengarkan membekap mulutnya tak percaya.

“Aku tidak tahu, Bu. Waktu itu, Ibu Imamah yang mengurusnya.”

“Siapa lagi yang tahu selain almarhum mertuamu?”

“Aku tidak tahu.”

Arumi yang sudah tidak tahan mendengarkan percakapan nenek dan abinya, mengetuk pintu dan memberikan pesanan jamu sang nenek. Saat Arumi masuk sampai keluar dari rumah, baik Nenek Ifah atau Abinya tidak ada yang menegurnya.

Mereka seolah mengabaikan Arumi atau mereka merasa bersalah dengan apa yang sebelumnya mereka bicarakan.

Dari rumah Nenek Ifah, Arumi tidak pulang ke rumah melainkan pergi ke rumah Om Yanuar dan Tante Nanik yang berjarak sekitar 50 meter.

“Pas sekali kamu datang, Rum! Ayo ke dapur! Tante mau bikin sredek, kamu bantu parut singkongnya ya?” sambut Tante Nanik.

Arumi menganggukkan kepalanya dan mengikuti beliau masuk ke dapur. Selama membantu Tante Nanik, Arumi tak banyak bicara. Ia hanya menjawab pertanyaan dan ocehan Tante Nanik yang sedang mengidam sredek dengan campuran gula pasir.

Tante Nanik yang sudah mengenal Arumi sejak kecil tentu merasakan kejanggalan. Setelah sredek matang dan mereka menikmatinya di meja makan, Tante Nanik bertanya ada apa Arumi ke rumahnya kali ini.

“Apa Tante tahu aku adalah anak angkat?” pertanyaan Arumi tak hanya mengejutkan Tante Nanik, tetapi juga Om Yanuar yang baru saja kembali dari kebun.

“Pertanyaan kamu aneh sekali, Rum!” elak Tante Nanik.

“Jangan sembunyikan lagi, Te! Aku mendengarnya sendiri dari abi dan nenek.”

“Mereka mengatakan apa?” tanya Om Yanuar yang duduk di samping Tante Nanik.

“Aku tidak sengaja menguping saat mereka mengatakan kalau Abi tidak tahu siapa orang tua kandungku. Apa Om tahu sesuatu?”

Om Yanur dan Tante Anik saling lirik. Mereka yang awalnya ingin bungkam untuk selamanya, tidak menyangka jika hari ini Arumi meminta mereka untuk mengatakan rahasia yang selama ini sudah mereka simpan rapat.

“Dengarkan, Om! Apapun yang kamu dengar dari Om, kamu tetap keponakan Om dan Tante.” Arumi menganggukkan kepalanya dengan cepat agar ia bisa segera mendengar kebenaran dirinya.

Om Yanuar memulai ceritanya dari saat Umi Im beberapa kali mengalami keguguran. Setelah berobat kesana-kemari, barulah diketahui jika Umi Im memiliki miom di rahimnya. Segera operasi pengangkatan dilakukan demi bisa lancar untuk hamil nanti.

Sayangnya, setelah melakukan operasi pengangkatan, Umi Im justru tidak kunjung hamil. Oleh orang tua Umi Im, mereka disarankan untuk mengangkat anak sebagai bentuk pancingan karena Nenek Ifah sudah menekan mereka dengan permintaan cucu.

Umi Im setuju dengan gampang karena beliau sudah tidak sabar ingin memiliki keturunan untuk suaminya. Tetapi Abi Aji tidak setuju karena menurut beliau anak angkat tidak akan sebaik anak kandung dan mereka belum tentu bisa mendapatkan anak angkat yang baik karena latar belakang keluarganya yang tidak jelas.

Ibu dari Umi Im meyakinkan keduanya dengan mengatakan jika anak yang akan mereka angkat berasal dari keluarga yang jujur. Hanya saja mereka miskin dan sudah memiliki 4 anak. Anak kelima yang masih di dalam kandunganlah yang akan mereka angkat. Umi Im yang sudah ingin menimang anak, membujuk Abi Aji sampai beliau setuju.

“Tanpa Mbak Im tahu, Mas Aji saat itu sudah menikah dengan istri keduanya atas permintaan nenekmu dan juga sudah mengandung. Kamu dan Adiba hanya selisih 3 bulan saja.” kata Om Yanuar dengan lemah.

Beliau seperti kembali merasakan pengalaman beberapa tahun yang lalu. Arumi sendiri bisa merasakan jika sebenarnya Om dan Tantenya sangat menyayanginya.

“Singkatnya, kamu sudah dibawa pulang kemari dan dimasukkan ke dalam kartu keluarga. Sama seperti Mas Aji, Ibu tidak mau menerimamu karena kamu bukanlah garis keturunan beliau dan perempuan. Jika saja yang diangkat saat itu laki-laki, mungkin Ibu akan menerimanya.”

“Mas!” tegur Tante Nanik.

“Bukankah begitu? Ibu mementingkan anak laki-laki apalagi anak sulung. Padahal anaknya 3 laki-laki semua.” Tante Nanik mengangkat tinggi sendok yang dipegangnya membuat OM Yanuar kembali menceritakan masa lalu Arumi.

“Mbak Im perempuan malang. Saat ia berharap kamu bisa memancingnya untuk hamil, ternyata Allah tidak memberikannya. Allah justru memberikannya penyakit kanker Rahim saat kamu kelas 5 SD. Dan saat itu juga Mbak Im mengetahui perihal istri kedua Mas Aji. Untuk seterusnya mungkin kamu masih mengingatnya.” Arumi mengangguk.

“Pantas saja sikap Abi dan Nenek selama ini seperti menganggapku orang lain di rumah.”

“Jangan menyalahkan diri sendiri! Salahkan mereka yang tidak menyayangi permata seperti kamu.” Kata Tante Nanik seraya mengusap Pundak Arumi.

“Benar! Meskipun kamu bukan anak kandung Mbak Im, semasa hidup beliau kamu adalah permatanya. Kami juga sudah menganggap kamu sebagai keponakan kami sendiri.” Om Yanuar menimpali.

Arumi yang sebelumnya tidak bergeming, kini meloloskan air matanya. Selama ini Om dan Tantenya adalah orang-orang yang menyayanginya selain Umi Im. Tentu ia sangat bersyukur bisa diterima oleh keduanya.

“Kalau kamu di usir dari rumah, kamu bisa tinggal dengan Om dan Tante.” Kata Tante Nanik yang diangguki oleh Om Yanuar.

“Terima kasih, Tante.”

1
indy
berantemnya aksa dan arumi bikin senyum-senyum sendiri
indy
kasihan aksa, jadi tempat salah
Sunaryati
Sehat selalu Rum, nikmati bang Aska ulah dedek kembar cuma sebentar sampai kandunho berjalan 4 bulan
Sunaryati
Syukurlah kembar selamat ya Rumi, Aksa, calon anakmu yang gugur diganti semoga kamu dan janinmu sehat dan normal sampai lahiran. Kamu makin bahagia.. Bagaimana ya Rum kabar ayah angkatmu dan keluarganya, makin bahagia atau berantakan, ya?
Sunaryati
Nah Rumi jadi pemberi cara memecahkan masalah Nana kan? Jadi uang Arumi tak terpakai seharusnya segera kembalikan, Siti.
indy
wah langsung dapat dua...semoga aksa sabar
indy
semoga hubungan saudara Arumi bisa membaik dan akur
Sunaryati
Ya Thoor semoga hari- hari selanjutnya bisa 2 bab. Segera hamil lagi dan kembar Rum
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
indy
Nana baru sadar ya
Sunaryati
Mulai baik semoga dengan kedatangan Arumi menjadi rukun semua saudaranya.
Sunaryati
Selamat program hamil berhasil malah kembar
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
Sunaryati
Penyesalan kamu memang sangat terlambat Nana, namun jika kamu ingin menebusnya mulai dengan memperbaiki diri
indy
rasanya pengin ikutan kulinernya
indy
arumi sama mertuanya kayak amplop dan prangko
Sunaryati
Syukurlah Arumi mertuamu sangat menyayangimu
Sunaryati
Nana anak paling serakah mungkin, tidak mau merawat orang tua tapi menginginkan warisannya, padahal tidak ada yang ditinggalkan, harusnya sudah banyak untuk Nana.
Sunaryati
Nani memeluk Arumi mungkin ada maunya, dasarnya benalu, sama emaknya saja tega menerima nafkah darinya
Sunaryati
Segera sehat Arumi, untuk Yuni ikutlah Mbak Siti tapi jangan jadi anak manja tapi mandiri, ini Nana dan Nani Semoga sadar, dan tidak egois.
Susanti
ya Alloh nyesek jadi arumi /Sob/
indy
lanjut...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!