NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Untuk Keponakanku

Menjadi Ibu Untuk Keponakanku

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Dijodohkan Orang Tua / Menikah Karena Anak
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.7
Nama Author: syitahfadilah

S 4

Rangga begitu terpuruk saat Fiona, istri tercintanya meninggal dunia setelah melahirkan anak kedua mereka. Di saat duka masih menyelimuti, ia dipaksa menikahi Flora yang merupakan adik kembar mendiang istrinya, demi memberikan kasih sayang sosok ibu untuk kedua anaknya.

Mampukah Flora menghadapi sikap Rangga yang dingin dan terkadang tak ramah padanya, sementara hatinya pun sedang tak baik-baik saja. Selain duka atas kepergian saudari kembarnya, ia juga terpaksa harus memutuskan hubungannya dengan sang kekasih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 25. TAK ADA SALAHNYA MENCOBA

"Belum turun juga panasnya?" Tanya mama Sinta yang baru saja masuk ke kamar Rangga bersama suaminya.

"Belum, Ma." Jawab Rangga lirih sembari membolak-balik kompres didahi Kiara. "Kata Dokter Soni, kalau sampai tengah malam nanti panasnya belum juga turun, besok pagi kita harus bawa Kia ke rumah sakit untuk cek darah." Lanjutnya seraya menghela nafas berat. Ia sedang ada di ruang meeting saat mama Sinta menelpon dan memberitahu bahwa Kiara sedang demam. Dengan terpaksa, ia harus membatalkan meeting dan bergegas pulang.

Sejak tiga hari lalu, Kiara memang sudah tampak lesu dan tak berselera makan. Dan pagi ini suhu tubuhnya tiba-tiba saja naik, obat penurun panas yang diberikan dokter keluarga sama sekali belum bereaksi ditubuh Kiara, yang ada panasnya semakin tinggi saja sampai malam hari.

"Ya sudah, sekarang Kamu istirahat. Biar gantian Mama sama Papa yang jagain Kia." Kata mama Sinta.

Rangga mengangguk, ia memang sangat lelah. Beberapa hari sebelumnya, Azka juga demam, ia harus begadang menjaga putranya itu, beruntung demamnya Azka tak begitu parah. Dan hari ini giliran Kiara yang demam, baru satu jam sampai di rumah dengan perasaan yang benar-benar khawatir melihat keadaan putrinya, Azka juga rewel. Sudah berbagai cara ia lakukan untuk menenangkan putranya itu namun Azka tak kunjung berhenti menangis.

Saat dokter Soni datang barulah mereka tahu penyebab Azka rewel, ternyata perutnya sedang kembung. Setelah ditangani oleh dokter Soni, Azka akhirnya kembali tenang dan kini sudah tertidur pulas.

Rangga merebahkan tubuhnya berbaring di samping Kiara yang matanya sesekali terbuka lalu terpejam kembali. Gadis kecil itu tidak bisa tidur nyenyak karena suhu panasnya benar-benar tinggi.

"Kok bisa gini sih Sayang?" Mama Sinta mengambil kain kompres didahi Kiara, mencelupkannya kedalam wadah yang berisi air hangat kemudian kembali menempelkan didahi Kiara.

"Nek, Mama Flora kapan baliknya? Kata Papa cuma nginap di sana, tapi sudah seminggu gak pulang." Tanya Kiara dengan lirih.

Mama Sinta menoleh menatap suaminya, kedua paruh baya itu menghela nafas. Ternyata Kiara sedang merindukan Flora. Rangga yang baru saja memejamkan mata, semakin merapatkan matanya mendengar ucapan putrinya. Rasa bersalah kian membesar menyeruak di hatinya, ia paham anak-anaknya butuh sosok ibu namun, ia juga sulit menghapus duka di hatinya dan membuka hati menerima kehadiran Flora sebagai pengganti Fiona.

"Kia kangen ya sama Mama Flora?" Tanya papa Digo.

"Kia kangen Mama," jawab Kia. Sebenarnya ia merindukan Fiona mamanya, namun kerinduan terhadap sosok yang telah melahirkannya itu terobati atas kehadiran Flora sebagai ibu sambungnya. Dan selama satu minggu tanpa Flora, kerinduan itu bertambah besar terhadap mama dan tante yang sudah merawatnya dengan sangat baik selama 6 bulan ini.

"Kek, suruh Mama Flora pulang ya, Kia juga kangen sama Mama Flora."

Papa Digo bergeming, ia menatap cucunya dengan sendu. Ia memilih diam daripada menjanjikan sesuatu pada cucunya yang mungkin mustahil untuk ia kabulkan. Rangga dan Flora kini dalam proses perceraian, tak mungkin Flora kembali ke rumahnya lagi.

Rangga yang merasa tak tahan mendengar setiap kata yang diucapkan putrinya, akhirnya membuka mata kemudian beranjak bangun. Dia mengangkat tubuh lemah Kiara dan menundukkan dipangkuannya.

"Kia mau Mama Flora pulang, kan?" Tanya Rangga.

Kiara langsung mengangguk.

"Tapi Kia harus sembuh dulu baru Papa panggil Mama Flora pulang, Kia gak mau kan buat Mama Flora sedih kalau lihat Kia sakit begini."

"Iya Pa, sekarang Kia mau makan baru minum obat lagi biar Kia cepat sembuh."

Rangga tersenyum namun kedua matanya berkaca-kaca. Padahal, sejak sore ia membujuk Kiara untuk makan namun Kiara tak mau membuka mulutnya. Dan sekarang, hanya dengan mengatakan akan menyuruh Flora pulang, Kiara langsung mau makan dan minum obat.

Satu jam kemudian, akhirnya Kiara tertidur setelah beberapa saat lalu usai makan dan minum obat. Sangat teringin sembuh agar Flora cepat pulang, gadis kecil itu memaksa dirinya makan, meski mual ia menahan agar tidak memuntahkan makanannya.

Rangga sedikit bernafas lega, meski panasnya belum sepenuhnya turun, namun sudah terlihat bulir-bulir keringat didahi putrinya.

"Rangga, kamu sadar gak sih apa yang sudah kamu katakan tadi pada Kia? Kamu itu sudah memberikan harapan palsu padanya." Mama Sinta sejak tadi diam menahan kekesalannya, akhirnya meluapkan kekesalannya itu setelah Kiara tidur.

"Aku sangat sadar dengan apa yang aku ucapkan, Ma. Dan aku tidak memberi harapan palsu pada Kia." Ujar Rangga.

"Jangan mengada-ngada, kamu lupa kalau sekarang kamu itu sedang proses perceraian sama Flora. Orangtuanya saja membawanya pulang karena kecewa berat sama kamu, mana mau mereka membiarkan Flora kesini lagi. Apalagi kalau kalian sudah resmi bercerai, paling mertua kamu yang datang menjemput Kia dan Azka dan membawanya menginap di rumah mereka." Ucap mama Sinta panjang lebar dengan nada yang benar-benar terdengar kesal.

"Mama kamu benar, Rangga. Kami berdua saja rasanya sudah malu untuk bertemu dengan orangtuanya Flora. Bagaimana mungkin kamu mengatakan pada Kia akan membawa Flora pulang? Itu sangat tidak mungkin." Ucap Papa Digo menimpali.

"Itu mungkin saja bisa, Pa. Karena aku sampai sekarang belum mendaftar perceraian ku dengan Flora ke kantor pengadilan agama. Aku belum sempat, belakangan ini banyak sekali pekerjaan di kantor, itupun beberapa pertemuan terpaksa aku tunda karena Azka demam dan hari ini Kia juga demam." Ucap Rangga.

"Kamu sudah rasakan sendiri kan, bagaimana reportnya membagi waktu antara anak-anak dan pekerjaan kamu. Mama sama Papa sudah tidak bisa kamu harapkan untuk membantu kamu merawat anak-anak, kamu tahu sendiri kan Papa kamu sudah sering ngeluh sakit pinggang, dan Mama juga sering nyeri lutut. Kami berdua mana bisa menggendong anak-anak mu kalau mereka rewel.

Andai saja sejak awal kamu itu bisa menerima Flora, pekerjaan kamu tidak akan keteteran seperti ini karena ada Flora yang bisa mengatasi anak-anak kamu. Tapi sudahlah, tetap saja nanti kamu akan bercerai dengan Flora." Ketus mama Sinta.

"Kalau aku tetap mempertahankan Flora menjadi istriku, bagaimana Ma, Pa?" Rangga menatap kedua orangtuanya bergantian. Entah ucapannya barusan adalah pertanyaan atau persetujuan, intinya ia ingin mencoba. Yah, mencoba menerima Flora demi anak-anaknya. Mungkin saja hatinya bisa terbuka untuk Flora seiring berjalannya waktu.

Seperti ketika bersama Fiona dulu. Pertemuan mereka bukan karena cinta pandangan pertama, ia yang saat itu menjadi panitia ospek, kerap membully salah satu mahasiswi baru, yaitu Fiona. Namun, setelah beberapa bulan berlalu, ia yang sering membully Fiona akhirnya terpikat dengan pesona mahasiswi baru itu.

"Tapi Mama rasa itu sudah terlambat, Rangga. Orangtuanya Flora itu sudah kecewa berat karena kamu hanya menjadikan anak mereka sebagai pengasuh. Sudahlah, kamu terima saja hasil dari perbuatan kamu sendiri." Meski juga sangat berharap Rangga dan Flora tak bercerai, tapi keraguan itu lebih besar di hati mama Sinta. Melihat kekecewaan yang teramat besar dimata kedua besannya, ia tak yakin jika orangtuanya Flora akan membiarkan Flora kembali pada Rangga.

"Tak ada salahnya aku mencoba, kan Ma?"

"Gak salah, tapi Mama gak yakin masih bisa. Sudahlah, sebaiknya sekarang kamu tidur juga. Walaupun demam Kia sudah mulai turun, tapi tetap saja besok kita harus bawa Kia ke rumah sakit." Usai mengatakan itu, mama Sinta mengajak suaminya keluar dari kamar Rangga.

1
Fie Lian
Luar biasa
Melni Manik
kok lebih ganteng arkan sih thor
Nadira ST
dea yang disuapi ak yang baper sendiri
Nadira ST
hidupmu penuh cobaan Arkan,gak pernah bahagia
Nadira ST
kasian kamu Arkan,dulu ditinggal nikah,sekarang sama flora juga ditinggal nikah,kamu si gak langsung sat set nikahin si flora biar gak dsrobot orang
Fransisca Wahyuni
Luar biasa
George Lovink
Saya heran sama penulis...6 bulan sejak meninggalnya Fiona,orang tua berharap secepat itu menghapus bayangan dari kepala Rangga.Tak semudah itu thor...istri saya juga meninggal butuh waktu menghilangkan moment itu...6 bulan tak secepat itu,butuh waktu tahun...ingat itu
Nurlinda: iya kakak, tpi ini hanya fiksi 🙏🙏🙏
total 1 replies
Lina Suwanti
mampir kak,,kisah papa Rangga n mama Flora
Nurlinda: hai kakak terima kasih sudah mampir 🙏🤗
total 1 replies
Shaa Erahh
/Drool/
Dedek Imutz
Luar biasa
Tuti Supriatin
bagus
Binyo Amore
Luar biasa
Sri Widjiastuti
kurang apa coba??
Sri Widjiastuti
mulai dah menye2 si rangga
Ifah Ifah
bujuk author ny aj biar bisa balikin lg sama flora 🤣🤣🤣🤣
Ifah Ifah
kasian flora 😭😭😭
nentin kartini
Luar biasa
Lilik Juhariah
aku menangis Krn arkan
Misaza Sumiati
gak ngerti ceritanya kan Fiona terpisah dengan flora ketemunya sama keluarganya kembali flora bagaimana
Lilik Juhariah
lah kl GK ada kejadian flora pergi ya mana tergugah Rangga
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!