NovelToon NovelToon
DOA DI AKHIR SUJUD

DOA DI AKHIR SUJUD

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Chicklit
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Uswatun Kh@

Hai pembaca!
Kali ini, saya akan membawa Anda ke dalam sebuah kisah yang terinspirasi dari kejadian nyata, namun dengan sentuhan kreativitas yang membuatnya semakin menarik. Simaklah cerita tentang Halimah, seorang wanita yang terjebak dalam badai cinta, kekerasan, dan teror yang mengancam jiwa.

Semuanya bermula ketika Halimah bertemu dengan seorang pria misterius di media sosial. Percakapan mereka berlanjut ke chat pribadi, dan tak disangka, suami Halimah menemukan bukti tersebut. Pertengkaran hebat pun terjadi, dan Halimah dituduh berselingkuh oleh suaminya.

Halimah harus menghadapi cacian dan hinaan dari keluarga dan tetangga, yang membuatnya semakin rapuh. Namun, itu belum cukup. Ia juga menerima teror dan ancaman, bahkan dari makhluk gaib yang membuatnya hidup dalam ketakutan.

Bagaimana Halimah menghadapi badai yang menghantamnya? Apakah ia mampu bertahan dan menemukan kekuatan untuk melawan? Ikuti kisahnya dan temukan jawabannya. Jangan lewatkan kelanjutan cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DODIAKSU 13

"Mamak, gak kenapa-napa, ayok kita pulang saja," ajak Halimah dengan suara yang terdengar sedikit berat.

Rafa mengangguk dan membantu ibunya keluar dari klinik. Saat mereka berjalan menuju mobil, Rafa memperhatikan bahwa ibunya terlihat sedikit murung.

Setelah mereka berdua masuk ke dalam mobil, Rafa segera menyalakan mesin dan memulai perjalanan pulang. Selama dalam perjalanan, Halimah memperhatikan baju dasternya yang lusuh.

"Nak, apa penampilan mamak bikin malu ya?" tanya Halimah dengan suara yang terdengar sedikit ragu. "Kamu malu gak punya mamak yang jelek begini?"

Rafa kaget mendengar pertanyaan mamanya yang tak biasa. Ia menatap ke arah mamanya dengan khawatir.

"Kenapa mamak tanya begitu?" tanya Rafa dengan penasaran. "Apa terjadi sesuatu tadi di klinik?"

Halimah menatap ke arah jendela mobil, matahari sore yang masuk melalui kaca jendela membuat wajahnya terlihat sedikit lelah.

"Gak kok, Le, kita langsung pulang saja ya. Mamak belum beres-beres di warung tadi," kata Halimah, masih memandang ke arah jendela dengan wajah yang sedikit lelah.

Rafa menengok ke arah Halimah singkat, kemudian kembali fokus ke arah jalan. "Ia, Mak," jawabnya singkat.

Tak beberapa lama, mereka telah sampai ke rumah. Halimah segera turun dari dalam mobil, diikuti oleh Rafa. "Mamak mau ke mana?" tanya Rafa sambil mengikuti ibunya ke arah warung.

"Mamak mau beresin dagangan, Mak. Ini masih pada berantakan," ujar Halimah dengan nada yang sedikit lelah.

Rafa seketika merampas ember yang Halimah pegang. "Sudah, Mamak, istirahat dulu. Biar Rafa yang beresin semua ini. Mamak gak boleh terlalu capek, Mak. Dan kalau Mamak belum begitu sehat, jangan jualan dulu," tutur Rafa dengan nada yang tegas dan penuh perhatian. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam terhadap ibunya.

Halimah duduk di kursi kayu panjang yang ada di dalam warung, cahaya lembut sore hari memancar melalui jendela, menerangi wajahnya yang penuh kekhawatiran.

"Mana mungkin mamak gak jualan, kamu tau sendiri bapak kamu sudah jarang kasih mama uang," katanya dengan suara yang bergetar, mengungkapkan kesulitan yang selama ini ditanggungnya.

Rafa, anaknya, berdiri di depannya, matanya bersinar dengan semangat dan keyakinan. "Kan ada Rafa mak, Rafa yang akan carikan uang buat mamak," ucapnya dengan nada yang penuh percaya diri, sambil membereskan semua barang dagangan dari etalase.

Mata Halimah terlihat berkaca-kaca, ia merasa sangat terharu dengan ucapan anaknya itu. Kini ia punya teman untuk mengadukan semua keluh kesahnya, seseorang yang dengan setia mendengarkan dan memahami. Rafa telah menjadi teman bercerita yang tak terduga, mengisi kekosongan yang selama ini dirasakan.

Dalam kesunyian warung, Halimah merasakan sebuah ikatan yang kuat dengan anaknya, sebuah ikatan yang dibangun atas dasar kepercayaan dan kasih sayang. Dan dalam momen itu, ia tahu bahwa ia tidak sendirian lagi dalam menghadapi kesulitan hidup.

Halimah melangkah perlahan menuju rumah, lelah setelah seharian mengurus warung. Ia membawa sekantong obat yang menjadi teman setianya dalam menghadapi kesulitan hidup. Saat membuka pintu, ia melihat Anton duduk di meja makan, matanya menatap ke arahnya dengan ekspresi yang tidak menyenangkan.

Halimah tidak menghiraukan Anton, ia berjalan terus menuju kamarnya, berharap bisa beristirahat sebentar sebelum melakukan tugasnya sebagai seorang istri dan ibu. Namun, saat hendak masuk ke kamar, Anton memanggilnya dengan nada kesal.

"Mau kemana kamu? Seharian kamu tidak buatkan aku kopi. Istri macam apa kamu, sama sekali tidak memperhatikan suaminya," ucap Anton, suaranya meninggi dan penuh kekesalan.

Halimah berhenti di ambang pintu, ia merasa lelah dan tidak ingin berdebat dengan Anton. Ia tahu bahwa Anton tidak peduli dengan perasaannya, tidak peduli dengan kesulitan yang ia hadapi. Ia hanya ingin beristirahat, ingin melupakan kesulitan hidupnya, setidaknya untuk sementara waktu.

Dengan napas dalam, Halimah membalikkan badannya dan berjalan menuju dapur, meninggalkan Anton yang masih duduk di meja makan dengan ekspresi kesal. Ia tahu bahwa ia harus melakukan tugasnya sebagai seorang istri, meskipun hatinya tidak ingin melakukannya.

Halimah menatap Anton dengan mata yang terbakar oleh kesal dan sakit. "Seharusnya aku yang bicara begitu, aku ini lagi sakit apa kamu gak bisa bikin kopi sendiri Mas?" katanya dengan nada yang tajam dan penuh kekesalan.

Anton tidak menghiraukan perasaan Halimah, ia malah menatapnya dengan mata yang dingin dan tajam.

"Alah sakit gitu aja sok lemah, kapan sih kamu itu gak penyakitan. Di senggol dikit langsung sakit, bagaimana aku mau bergairah sama kamu?" ucapnya dengan nada yang menghina dan menyinggung.

Halimah merasa sakit dan terluka oleh kata-kata Anton. Ia mencoba untuk tidak terpancing emosi, karena ia tahu bahwa jika ia terlalu stres, maka kesehatannya akan semakin memburuk. Ia mengelus dadanya dan menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk menenangkan dirinya.

Dengan tangan yang gemetar, Halimah menyalahkan kompor dan merebus air untuk membuat kopi. Ia menahan air matanya agar tidak jatuh, karena ia tidak ingin menunjukkan kelemahannya di depan Anton.

Setelah selesai membuat kopi, Halimah meletakkan gelas di depan Anton dengan sedikit kasar. Ia tidak melihat Anton, karena ia tidak ingin melihat ekspresi yang tidak menyenangkan di wajahnya. Ia hanya ingin melupakan semua ini dan berharap bahwa suatu hari nanti, ia akan bebas dari semua kesulitan dan penderitaan ini.

Halimah menarik punggung kursi dan duduk di depan Anton, matanya menyala dengan kemarahan dan kekecewaan.

"Apa maksud kamu bicara sama Mbak Risma begitu?" katanya dengan nada yang tajam dan penuh kesal. "Teganya kamu bilang aku gak pernah melayanimu di ranjang, Mas. Perasaan baru sebulan belakangan aku gak pernah mau kamu sentuh. Tapi kamu bilang sama Mbak Risma sudah 3 bulan."

Halimah menatap Anton dengan kesa. "Kalau bukan karena ulahmu juga aku gak akan melakukan itu, Mas," katanya dengan nada yang penuh kebencian.

"Kini setiap aku melihat wajahmu aku sungguh kesal dan jengkel, Mas. Aku merasa seperti terjebak dalam sebuah penjara yang tidak ada jalan keluarnya."

Halimah mengambil napas dalam-dalam, mencoba untuk menenangkan dirinya. Tapi kemarahan dan kekecewaannya terhadap Anton terus membara, seperti api yang tidak bisa dipadamkan. Ia merasa seperti telah kehilangan semua harapan dan kepercayaannya terhadap Anton, dan bahwa hubungan mereka telah mencapai titik nadir yang tidak bisa lagi diperbaiki.

Anton menatap Halimah. "Oh, jadi kamu sudah tidak mau denganku?" katanya dengan nada yang menghina.

Halimah mengangkat kepala dan menatap Anton dengan mata yang terbakar .

"Aku bukannya tidak mau, tapi aku butuh waktu untuk sembuh dari luka hati yang kamu sebabkan, Mas," katanya dengan suara yang tergoyahkan. "Tapi bagaimana aku bisa sembuh jika kamu selalu menorehkan luka padaku, Mas?"

Halimah terisak, dan air matanya mengalir deras. Anton tersenyum dengan sombong, seperti sedang menikmati penderitaan Halimah.

"Bilang saja kalau kamu sudah tidak mau denganku, Halimah," katanya dengan nada yang menghina. "Kamu lebih memilih dokter itu, kan?"

Halimah menggelengkan kepala dengan kuat. "Aku tidak pernah memilih siapa pun Mas, sedari awal juga aku tidak pernah selingkuh. " katanya dengan suara yang tegas.

"Tapi aku tidak bisa terus-menerus menerima perlakuanmu yang tidak adil dan tidak manusiawi." Tegasnya lagi.

Anton tersenyum lagi, seperti sedang menikmati kekuasaannya atas Halimah. "Ngaca, Halimah, apa ada orang yang mau denganmu kecuali aku?" katanya dengan nada yang menghina. "Kalo kamu bercerai denganku, tidak akan ada yang mau denganmu lagi."

Halimah berdiri ,ia sangat emosi."Aku tidak pernah memikirkan untuk menikah lagi jika kita bercerai, Mas," katanya dengan suara yang tegas.

"Aku takut jika suamiku nanti seperti kamu lagi, Mas. Aku tidak ingin mengalami penderitaan seperti ini lagi." Tambahnya.

1
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
dah selingkuh main pelet2an ckckck 🤦‍♀️
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
jangan mauu /Scream/
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
Anton makin tega, Halimah sabar banget 😭
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
/Cry/ yahhh yahhh
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
suka sama gambar2 visual pilihan author 🥰
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
mang bpkmu sengklek kyk tumor kankerr 🤣
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
mang niat bnget cari kesalahan Halimah 😭 padahal Dy yg slingkuh
.•♫•♬•Luo Yii•♬•♫•.
eh kok mt.. ke gc 🤣🤣
𝙵𝚑𝚊𝚗𝚒𝚊 🦂🦂 🦂
lanjut yi.. nggak sabar pengen liat si Anton itu menyesal
.•♫•♬•Luo Yii•♬•♫•.: iyaa buk.. ini jg lgi berusaha.. oleng ke mt mulu buk
total 1 replies
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
eehh /Panic/
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
hddehhh play victim 😤😤
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
pasti mau tinggal bareng sama selingkuhannya 😌😏
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
si Anton dah beralih ke lain hati, 🤧🤧 makanya berubah jdi suami kamvrett, lebih baik pisah aja jngn mengharapkan hal yg mustahil Halimah 😭
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
mang kyk betina si Anton ini 😂😂🤣🤣
Manik🌼
satu iklan untuk kamu /Drool/
Manik🌼
bener sih kata anha
Nar Sih
sabarr ya halimah
Nar Sih
dri bhsa nya ini cerit orang jawa ya kak thorr ,tpi sedih dan lucu
.•♫•♬•Luo Yii•♬•♫•.: iyaa Halimah orang Jawa di cerita ini
total 1 replies
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
Halimah cepat pisah dari Anton, daripada kamu stress di hina & direndahkan terus 😭😭🤧
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
untungnya si Rafa dah gede & Halimah bisa cari uang sendiri, mang suami gak guna si Anton 🙄🙄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!